- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Polemik JK vs RR: Awas, Bau Busuk dari Kubu JK Terbuka
TS
mas.patub
Polemik JK vs RR: Awas, Bau Busuk dari Kubu JK Terbuka
KONFRONTASI- Agak aneh, ternyata terbukti bahwa Revolusi Mental patah dalam gebrakan tahun pertama pemerintahan Jokowi dan gagal total saat ekonom terkemuka Dr Rizal Ramli (RR) menyeruak membangunkan bahwa Republik ini tidak bisa dibangun diatas mimpi-mimpi.Malah ada bau busuk yang terbuka dari kubu JK dan jaringan politik serta kongsinya, yang ramai-ramai menghajar RR di media.
Dalam seri managemen dikenal dengan istilah SMART atau kepanjangan dari Specify, Measurable, Achiable, Result Oriented dan Timeline untuk menyusun sebuah target dan dilakukan agar bisa menghindari kesan asal mangap, asal terlihat keren dan utopis. Achievable adalah faktor yang di tuding oleh RR dalam proyek 35 ribu MW. Dan RR mendobrak mimpi yang dibangun tersebut.
Para analis dan media melihat, reaksi keras Wakil Presiden Jusuf Kalla terhadap Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Rizal Ramli (RR) justru membuat JK secara tak sengaja malah mempermalukan dirinya, menelanjangi diri sendiri dan kongsi bisnisnya serta menimbulkan kecurigaan dan tanda tanya besar. Mengapa Wapres bersikap sedemikian keras dan marah? Layakkah Wakil Presiden bersikap demikian? Apa hubungan JK dengan pernyataan RR soal rencana utang Meneg Rini Sumarno yang diduga untuk ''keruk'' rente dari Garuda, proyek listrik 35 ribu MW dan beking dalam proyek kereta api cepat?
Mau tahu potensi kerugian Negara dari pembelian 30 unit pesawat Airbus A350-XWB menggunakan pinjaman uang 44,5 milyar dolar itu? mau tahu harga pesawat A350-XWB (Extra Wide Body)? Buka website Airbus, www.airbus.com/presscentre/pressreleases/press-release-detail/detail/new... biar tahu potensi markup/ korupsi dari pembelian pesawat ini. Harga A350-1000, A350-XWB yang termahal, adalah 351,9 juta dolar per unit. Untuk 30 unit, harganya 10.5 milyar dolar. Kemana yang 34 milyar dolar sisanya? ini senilai Rp. 469,2 trilyun atau setara dengan 20,9 persen APBN 2015. Ini antara lain yang mau diselamatkan Rizal Ramli, apalagi proyek 35 ribu MW senilai lebih dari Rp 1200 trilyun (US$120 milyar).
Proyek ambisius ini bukan bergulir hanya di era Jokowi saja, bahkan semenjak tahun 2001 dengan dengan pembangunan PLTU di Tarahan Lampung dengan target sebesar 2 x 100 MW, proyek yang tersendat-sendat hingga tahun 2010 ini karena terkendala dana pinjaman yang kemudian juga di 'congkel' oleh politisi PDI Perjuangan Emir Moeis yang diganjar penjara 3 tahun. Kemudian Proyek PLTU Batang digarap oleh Konsorsium Bimasena Power Indonesia (BPI) yang dipimpin Adaro Energi Tbk. Bimasena bekerja sama dengan Japan Bank for International Corporation (JBIC). Proyek mangkrak selama 4 tahun dan tidak karuan karena diganggu oleh para makelar pembebasan tanah.
PLTU Batang juga diharapkan menghasilkan 2 x 100MW, alhasil 2 proyek ambisius ini yang seyogyanya menghasilkan daya sebesar 4000 MW saja belum jelas karuan juntrungannya. Rizal melihat sebuah proyek tidak sekedar sebuah mimpi terbangun secara sistimatis (pencanangan sebagai proyek negara) namun secara dramatis terganjal oleh sekian banyak variable. Biaya pembangunan hingga mencapai ribuan trilyun dengan menurunnya kemampuan negara setelah terhajar kurs rupiah terhadap dollar yang menggiring opini publik akankah kembalinya Indonesia memasuki masa kelam seperti tahun 1998 membuat pernyataan RR patut diperhatikan dengan seksama.
RR tidak dalam konteks menghina dan mempermalukan kedua atasannya melainkan membangun logika publik bahwa proyek listrik yang sedemikian mahal dengan kondisi keterkinian bukanlah sebuah gerakan moral yang konstruktif melainkan mengajak publik memasuki ruang hampa udara dan menyebabkan sesak nafas akut karena berkurangnya pasokan oksigen ke batok kepala.
Revolusi Mental adalah bangunan sikap diri berangkat dari nalar sehat dan bukan menjadikan sepasang pemimpin sedemikan anti kesalahan dan tidak patut untuk dikritisi. Logika yang dibangun oleh para pendukung fanatik seperti Juru Bicara JK Husain Abdullah yang mengatakan RR menginginkan Indonesia gelap total adalah ungkapan tolol dan layak untuk di tepak jidatnya agar segera sadar bahwa rakyat Indonesia tidak senaif dia mengartikulasikan pernyataan seorang Menko yang dilantik secara sadar dan sepenuh-penuhnya paham oleh seorang presiden.
Pernyataan Husain bahwa jika setahun bisa dibangun PLTU berkapasitas 7000 MW, dan dalam 5 tahun selesai sudah PLTU yang berkapasitas 35.000 MW . Inilah pernyataan yang tak berdasar data dan fakta. Mangkrak dan tidak keruannya beberapa proyek PLTU di beberapa daerah belum menyadarkan Tuan Pembisik ini.
Rizal Ramli memang betul adalah pembantu presiden namun dia tetap seorang rakyat yang memiliki hak moral untuk menyatakan ketidaksetujuan terkait proyek ambisius yang hanya akan melenakan rakyat dari kenyataan yang terpapar didepan mata. Jika jubir JK tersebut dengan arif dan tekun menyusun faktor-faktor yang memicu harga daging naik secara nasional maka dapat ditemukan sebuah alur bahwa rendahnya pasokan daging kepasar karena pemerintah salah memberikan angka demand untuk kebutuhan daging.
Dan jika pemerintah cukup gentle mengatakan bahwa sebaiknya negara jangan absen dalam mengenyahkan anasir-anasir yang secara substantif menjadi pemicu turunnya daya beli, menjauhnya taraf kemakmuran dari rakyat Indonesia dan segera melakukan teroboson dramatis maka sikap seorang RR adalah sebuah sikap yang patut diperhatikan oleh Jokowi dan didukung sepenuhnya oleh publik.
Ada pernyataan menggelitik, mengapa JK sebegitu sewotnya ya kepada reaksi seorang RR? Apakah ada manifes bisnis didalam 'pelayanannya' kepada rakyat Indonesia? Bukan nuduh lho ya? Hanya bertanya saja lho. Jangan marah dan dendam ya..(Imam Prasetyo, jurnalis warga/berbagai sumber)
http://konfrontasi.com/content/polit...ubu-jk-terbuka
Dalam seri managemen dikenal dengan istilah SMART atau kepanjangan dari Specify, Measurable, Achiable, Result Oriented dan Timeline untuk menyusun sebuah target dan dilakukan agar bisa menghindari kesan asal mangap, asal terlihat keren dan utopis. Achievable adalah faktor yang di tuding oleh RR dalam proyek 35 ribu MW. Dan RR mendobrak mimpi yang dibangun tersebut.
Para analis dan media melihat, reaksi keras Wakil Presiden Jusuf Kalla terhadap Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Rizal Ramli (RR) justru membuat JK secara tak sengaja malah mempermalukan dirinya, menelanjangi diri sendiri dan kongsi bisnisnya serta menimbulkan kecurigaan dan tanda tanya besar. Mengapa Wapres bersikap sedemikian keras dan marah? Layakkah Wakil Presiden bersikap demikian? Apa hubungan JK dengan pernyataan RR soal rencana utang Meneg Rini Sumarno yang diduga untuk ''keruk'' rente dari Garuda, proyek listrik 35 ribu MW dan beking dalam proyek kereta api cepat?
Mau tahu potensi kerugian Negara dari pembelian 30 unit pesawat Airbus A350-XWB menggunakan pinjaman uang 44,5 milyar dolar itu? mau tahu harga pesawat A350-XWB (Extra Wide Body)? Buka website Airbus, www.airbus.com/presscentre/pressreleases/press-release-detail/detail/new... biar tahu potensi markup/ korupsi dari pembelian pesawat ini. Harga A350-1000, A350-XWB yang termahal, adalah 351,9 juta dolar per unit. Untuk 30 unit, harganya 10.5 milyar dolar. Kemana yang 34 milyar dolar sisanya? ini senilai Rp. 469,2 trilyun atau setara dengan 20,9 persen APBN 2015. Ini antara lain yang mau diselamatkan Rizal Ramli, apalagi proyek 35 ribu MW senilai lebih dari Rp 1200 trilyun (US$120 milyar).
Proyek ambisius ini bukan bergulir hanya di era Jokowi saja, bahkan semenjak tahun 2001 dengan dengan pembangunan PLTU di Tarahan Lampung dengan target sebesar 2 x 100 MW, proyek yang tersendat-sendat hingga tahun 2010 ini karena terkendala dana pinjaman yang kemudian juga di 'congkel' oleh politisi PDI Perjuangan Emir Moeis yang diganjar penjara 3 tahun. Kemudian Proyek PLTU Batang digarap oleh Konsorsium Bimasena Power Indonesia (BPI) yang dipimpin Adaro Energi Tbk. Bimasena bekerja sama dengan Japan Bank for International Corporation (JBIC). Proyek mangkrak selama 4 tahun dan tidak karuan karena diganggu oleh para makelar pembebasan tanah.
PLTU Batang juga diharapkan menghasilkan 2 x 100MW, alhasil 2 proyek ambisius ini yang seyogyanya menghasilkan daya sebesar 4000 MW saja belum jelas karuan juntrungannya. Rizal melihat sebuah proyek tidak sekedar sebuah mimpi terbangun secara sistimatis (pencanangan sebagai proyek negara) namun secara dramatis terganjal oleh sekian banyak variable. Biaya pembangunan hingga mencapai ribuan trilyun dengan menurunnya kemampuan negara setelah terhajar kurs rupiah terhadap dollar yang menggiring opini publik akankah kembalinya Indonesia memasuki masa kelam seperti tahun 1998 membuat pernyataan RR patut diperhatikan dengan seksama.
RR tidak dalam konteks menghina dan mempermalukan kedua atasannya melainkan membangun logika publik bahwa proyek listrik yang sedemikian mahal dengan kondisi keterkinian bukanlah sebuah gerakan moral yang konstruktif melainkan mengajak publik memasuki ruang hampa udara dan menyebabkan sesak nafas akut karena berkurangnya pasokan oksigen ke batok kepala.
Revolusi Mental adalah bangunan sikap diri berangkat dari nalar sehat dan bukan menjadikan sepasang pemimpin sedemikan anti kesalahan dan tidak patut untuk dikritisi. Logika yang dibangun oleh para pendukung fanatik seperti Juru Bicara JK Husain Abdullah yang mengatakan RR menginginkan Indonesia gelap total adalah ungkapan tolol dan layak untuk di tepak jidatnya agar segera sadar bahwa rakyat Indonesia tidak senaif dia mengartikulasikan pernyataan seorang Menko yang dilantik secara sadar dan sepenuh-penuhnya paham oleh seorang presiden.
Pernyataan Husain bahwa jika setahun bisa dibangun PLTU berkapasitas 7000 MW, dan dalam 5 tahun selesai sudah PLTU yang berkapasitas 35.000 MW . Inilah pernyataan yang tak berdasar data dan fakta. Mangkrak dan tidak keruannya beberapa proyek PLTU di beberapa daerah belum menyadarkan Tuan Pembisik ini.
Rizal Ramli memang betul adalah pembantu presiden namun dia tetap seorang rakyat yang memiliki hak moral untuk menyatakan ketidaksetujuan terkait proyek ambisius yang hanya akan melenakan rakyat dari kenyataan yang terpapar didepan mata. Jika jubir JK tersebut dengan arif dan tekun menyusun faktor-faktor yang memicu harga daging naik secara nasional maka dapat ditemukan sebuah alur bahwa rendahnya pasokan daging kepasar karena pemerintah salah memberikan angka demand untuk kebutuhan daging.
Dan jika pemerintah cukup gentle mengatakan bahwa sebaiknya negara jangan absen dalam mengenyahkan anasir-anasir yang secara substantif menjadi pemicu turunnya daya beli, menjauhnya taraf kemakmuran dari rakyat Indonesia dan segera melakukan teroboson dramatis maka sikap seorang RR adalah sebuah sikap yang patut diperhatikan oleh Jokowi dan didukung sepenuhnya oleh publik.
Ada pernyataan menggelitik, mengapa JK sebegitu sewotnya ya kepada reaksi seorang RR? Apakah ada manifes bisnis didalam 'pelayanannya' kepada rakyat Indonesia? Bukan nuduh lho ya? Hanya bertanya saja lho. Jangan marah dan dendam ya..(Imam Prasetyo, jurnalis warga/berbagai sumber)
http://konfrontasi.com/content/polit...ubu-jk-terbuka
0
2.2K
30
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan