- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lima Alasan Film Adaptasi Game Gagal


TS
Velmar19
Lima Alasan Film Adaptasi Game Gagal
Halo, Agan-agan sekalian, pada demen maen game nggak? Game uda jadi hobi ane sejak ane SMP (it’s about 15 years ago). Sampe sekarang ane demen ngegame. Selain game ane juga demen movie. Tapi sebagai pecinta game dan movie, entah kenapa tiap kali ada film adaptasi dari game ane uda yakin film itu bakal flop (secara kualitas).
Pertanyaannya, kenapa film adaptasi dari game cenderung untuk gagal ketimbang film adaptasi dari novel atau komik? Berikut ane coba uraikan beberapa hal yang membuat film adaptasi dari game gagal (kualitasnya jelek)
Spoiler for spoiler:
- Durasi (Jalan Cerita)
Durasi game modern berkisar 15 jam sampe 100 jam lebih. Ini belum termasuk side quest
Maksimal durasi film 180 menit. Sehingga game memiliki kesempatan untuk membangun cerita lebih dalam dan detail ketimbang film. Film dengan durasinya yang pendek biasanya menceritakan satu konflik tertentu saja. Selain durasi yang panjang, game juga memiliki elemen tertentu di dalamnya untuk mendukung kedalaman cerita, dokumen dan notes. Game-game RPG seperti Witcher dan Dragon Age, juga beberapa game petualangan memiliki dokumen dan surat-surat yang bisa kita bisa baca sepanjang game. Dokumen dan surat ini biasanya memberikan detail cerita lebih dalam tentang latar belakang game yang sedang kita mainkan.
Baru kelar setelah 2,5bulan
Spoiler for spoiler:
- Elemen yang ditawarkan
Berbeda dengan game, film tidak menawarkan interaksi. Dalam game kita memerankan seorang karakter dan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan dunia yang ada di dalam game itu. Apa yang menjadi perhatian bagi developer game adalah bagaimana mereka bisa memberikan interaksi antara game dengan player secara memuaskan. Dalam film, yang ditawarkan hanya jalan cerita, adegan aksi, musik yang bagus, dan angle2 yang menarik. Tapi film tidak menawarkan interaksi. Ketika film hendak mengadaptasi game, mereka harus sadar bahwa mereka tidak bisa mengadaptasikan keasyikan bermain (interaksi) game ke dalam film. Doom misalnya. Doom adalah legenda game FPS. Lalu bagaimana mengadaptasikan keasyikan bermain game FPS ke dalam film? Film Doom sebenarnya tidak jelek-jelek amat, tapi film ini tidak terkesan sebagai adaptasi dari sebuah game FPS berjudul Doom. Memang ada adegan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, tapi ini baru muncul di bagian klimaks film bukannya utuh sepanjang film. Ane justru baru dapet ide bagaimana kalau film Doom dibuat dengan mengikuti formula film [Rec] atau Cloverfield
FPS Legend
Spoiler for spoiler:
- Kostum
Salah satu dosa film maker dalam mengadaptasi game ke dalam film adalah dengan mengadopsi mentah-mentah desain karakter dalam game tersebut, termasuk model rambut dan pakaian yang dikenakan oleh sang karakter. Dalam game, kostum yang dikenakan karakter utama kita biasanya ditonjolkan untuk keindahan artistik belaka, sementara di film, kostum yang dikenakan selain untuk kepentingan sedap dipandang juga mempertimbangkan faktor fungsionalnya. Ambil contoh kostum Ada Wong dalam film Resident Evil Retribution. Ada Wong dalam film ini mengadaptasi secara mentah-mentah desain Ada Wong dari game-game Resident Evil, dengan kostum cheongsamnya. Ada adalah seorang mata-mata dari perusahaan saingan Umbrella, dia terlatih sebagai pembunuh juga. Dalam game, kita menyaksikan adegan-adegan aksi yang dilagakan oleh dirinya. Menariknya, sebagai karakter yang banyak melakukan adegan aksi, dia mengenakan pakaian cheongsam yang mencolok sekaligus ribet jika digunakan untuk beraksi. Bandingkan dengan kostum Agen Maria Hill dan Agen Kate/Agen 13 dalam Capt. America Winter Soldier. Atau setidaknya jika Sutradara ingin menonjolkan karakter Ada Wong sebagaimana karakter Black Widow, kenapa dia tidak mendesain kostum baru Ada yang lebih nyaman untuk adegan aksi, yang tidak meninggalkan corak khas Ada Wong, yaitu warna merah? Bandingkan dengan film yang diadaptasi dari komik. Bagaimana kostum anggota X-Men dikreasi ulang sehingga selain sedap dipandang namun juga tidak meninggalkan aspek fungsionalnya.
Abis kondangan, diuber zombie....
Spoiler for spoiler:
- Logika
Ada perbedaan logika dalam game dengan logika dalam film. Sekalipun keduanya mengandung unsur fiksi, namun game cenderung mengandung unsur fantasi. Sementara di film, kita semakin menikmati film yang mendekati kenyataan dengan setting yang bersinggungan dengan sejarah (seperti dalam X-Man First Class). Dalam game, cerita yang dikembangkan cenderung liar dan kurang memperhatikan aspek-aspek logis dalam kehidupan nyata. Resident Evil contohnya (sorry, fans Resident Evil, ane juga fans Resident Evil kok… uda jadi eks tapi…). Tanpa mempertimbangkan logika, di Resident Evil 1 kita disuguhi cerita sekawanan pasukan khusus terjebak di mansion yang terletak di hutan di pinggiran kota Raccoon. Secara nalar, tidak mungkin sebuah mansion berdiri di tengah hutan tanpa menjadi sorotan publik, apalagi jika kemudian mansion itu ternyata dijadikan laboratorium biokimia. Di sisi lain, mengirimkan satu regu penyelamat saja untuk menolong satu regu pasukan khusus yang menghilang secara misterius di hutan Raccoon adalah konyol, apalagi dengan tidak dilengkapi persenjataan-persenjataan berat (sekedar pisau dan pistol berretta doang). Bandingkan realitanya jika ada orang yang menghilang di gunung, badan SAR, tentara, sampai rakyat sipil ikut bantu membantu mencari korban. Jelas ada logika yang tidak jalan dalam game, yang harus dipermak habis jika ingin diadaptasi ke dalam film. Sementara di film, ketika kita menyaksikan Trilogy Dark Knight karya Christopher Nolan, kita disuguhkan versi Batman yang logis. Batman yang cacat karena bertarung dengan musuh-musuhnya. Film juga memiliki fantasi liar, seperti film-film yang diadaptasi dari komik Marvel maupun DC. Namun ketika tokoh Marvel/DC ini bertempur di Bumi, logikanya masih jalan. Ada tindakan dari pemerintah pusat melalui angkatan bersenjata mereka yang diutus untuk menyelesaikan konflik tersebut. Sementara di game, kita dipaksa untuk menelan cerita bombastis di mana seorang agen rahasia diutus sendirian untuk menemukan putri Presiden yang diculik. Satu orang agen rahasia saja! Film-film jenis ini ada, sebutlah Rambo, namun mulai ditinggalkan. Kita makin banyak melihat karakter utama dalam film membutuhkan karakter lain untuk menyelesaikan tugasnya.
.........
Spoiler for spoiler:
- Dosa Dari Film Adaptasi Game
Menurut ane ada satu lagi dosa dari film yang diadaptasi dari game, yaitu kecenderungan untuk memasukan adegan yang fantastis, bahkan terkesan bombastis. Tapi kerap kali adegan itu tidak digarap dengan baik sehingga menimbulkan kesan berlebihan. Adegan tersebut tidak esensial sehingga menimbulkan kesan lebay. Ada satu adegan dalam film Need for Speed yang saya tidak suka sama sekali. Adegannya fantastis, mungkin dengan maksud menyaingi film Fast and Furious yang semakin banyak memasukan adegan tidak masuk akal, namun konyol. Yaitu waktu ada sebuah mobil diangkat dengan helicopter. Imo, adegan ini bukan keren justru konyol. Belum lagi adegan rekan karakter utama yang keluar dari pekerjaannya dengan telanjang, juga rekan yang satu lagi meminta menonton balapan melalui sebuah laptop di penjara. Terlalu banyak non sense di film ini. Need for Speed adalah game balap, itu saja yang ditawarkan. Dia tidak menjanjikan sebuah cerita dan kedalaman karakter. Mengadaptasi Need for Speed ke dalam film jelas sulit. Imo, Fast and Furious sudah cukup bagus mewakili Need for Speed (sekalipun beda merk). Kita tidak butuh film balapan dengan cerita sampah yang mengandalkan ketenaran gamenya. Ini juga terjadi di (lagi-lagi) film Resident Evil. Alice, seorang superwoman berkat rekayasa Umbrella, yang memiliki kloning berpuluh-puluh jumlahnya. Kita sudah cukup kesulitan mencari sebab terjadinya wabah zombie, ditambah lagi omong kosong seperti ini? Menurut ane, film yang benar-benar mewakili Resident Evil (RE Outbreak) adalah Dawn of The Dead karya Zack Snyder. Seperti itulah seharusnya film zombie dibuat.
Yes, it is.....
Spoiler for Sumur:
Pemikiran ane sendiri

Itulah menurut ane lima alasan kenapa film adaptasi game cenderung gagal. Semoga trit ini menghibur buat Agan-agan sekalian 

Diubah oleh Velmar19 16-08-2015 07:26
0
92.9K
Kutip
435
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan