- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Benarkah Indonesia Ditakdirkan Menjadi Bangsa Nyinyir?


TS
anwar04
Benarkah Indonesia Ditakdirkan Menjadi Bangsa Nyinyir?

Quote:
Gan, benar nggak sih bangsa Indonesia ditakdirkan menjadi bangsa nyinyir?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyinyirdiartikan sebagai perintah atau permintaan yang dilakukan secara berulang-ulang, cerewet, bawel.
Nah, kalau dilihat dari gejalanya, nyinyir itu erat kaitannya dengan kegiatan menggunjing orang atau lembaga yang dijadikan objek. Awalnya memang berasal dari kecerewetan, tapi lambat laun berubah menjadi kegiatan mengkritisi orang dengan sudut pandang yang berlebihan. Seolah mencari-cari kejelekan dari setiap hal yang dijadikan objek. Bahkan, jika ditelaah lebih dalam, nyinyir itu lebih seperti sebuah ekspresi rasa iri hati atas kesuksesan orang.
Kalau menurut agan gimana tuh? Benar nggak sih kalau orang Indonesia nggak bisa lihat orang lain bahagia?
Contoh yang lagi HOT di Kaskus. Beberapa Kaskuser lagi sibuk mengomentari Evan Dimas yang ngarepnya dipinang Barca B, tapi kenyataannya bukan demikian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyinyirdiartikan sebagai perintah atau permintaan yang dilakukan secara berulang-ulang, cerewet, bawel.
Nah, kalau dilihat dari gejalanya, nyinyir itu erat kaitannya dengan kegiatan menggunjing orang atau lembaga yang dijadikan objek. Awalnya memang berasal dari kecerewetan, tapi lambat laun berubah menjadi kegiatan mengkritisi orang dengan sudut pandang yang berlebihan. Seolah mencari-cari kejelekan dari setiap hal yang dijadikan objek. Bahkan, jika ditelaah lebih dalam, nyinyir itu lebih seperti sebuah ekspresi rasa iri hati atas kesuksesan orang.
Kalau menurut agan gimana tuh? Benar nggak sih kalau orang Indonesia nggak bisa lihat orang lain bahagia?
Contoh yang lagi HOT di Kaskus. Beberapa Kaskuser lagi sibuk mengomentari Evan Dimas yang ngarepnya dipinang Barca B, tapi kenyataannya bukan demikian.
Quote:
Nyinyir itu gangguan kejiwaan, gan!

Montreal- Menyalahkan orang lain termasuk cara mudah untuk menghindari stres, namun efeknya hanya bertahan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, sikap nyinyir atau selalu menyalahkan orang lain justru membuat seseorang mudah kena penyakit.
Carsten Wrosch, seorang psikolog dari Concordia University di Montreal mengatakan bahwa sikap nyinyir serta judes termasuk gangguan kejiwaan yang disebut Post-traumatic Embitterment Disorder (PTED). Pemicunya antara lain masa lalu yang penuh penyesalan dan kesedihan.
PTED sendiri merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Michael Linden, kepala klinik psikiatri di Free University, Berlin. Linden memunculkan istilah tersebut dalam jurnalnya tahun 2003, untuk menggambarkan orang-orang yang jadi judes setelah putus dari pasangan atau tidak pernah diterima kerja di perusahaan yang sangat diidamkan.
detik.com

Montreal- Menyalahkan orang lain termasuk cara mudah untuk menghindari stres, namun efeknya hanya bertahan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, sikap nyinyir atau selalu menyalahkan orang lain justru membuat seseorang mudah kena penyakit.
Carsten Wrosch, seorang psikolog dari Concordia University di Montreal mengatakan bahwa sikap nyinyir serta judes termasuk gangguan kejiwaan yang disebut Post-traumatic Embitterment Disorder (PTED). Pemicunya antara lain masa lalu yang penuh penyesalan dan kesedihan.
PTED sendiri merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Michael Linden, kepala klinik psikiatri di Free University, Berlin. Linden memunculkan istilah tersebut dalam jurnalnya tahun 2003, untuk menggambarkan orang-orang yang jadi judes setelah putus dari pasangan atau tidak pernah diterima kerja di perusahaan yang sangat diidamkan.
detik.com
Quote:
Studi: Alasan kenapa seseorang suka nyinyir

TEMPO.CO, Baltimore: Sebuah studi telah menemukan bahwa kerusakan pada struktur otak yang disebut lapisan sagital akan berkorelasi dengan ketidakmampuan seseorang mendeteksi sifat sarkasme yang ada pada dirinya.
Daerah ini (lapisan sagital) berfungsi untuk menghubungkan daerah-daerah di otak satu dengan yang lain yang diketahui terlibat dalam mengolah isyarat visual dan pendengaran, serta proses pengambilan keputusan.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh peneliti The Johns Hopkins Hospital Baltimore, Amerika Serikat, Argye Hillis, percaya telah menemukan tempat misterius di mana kecenderungan sarkasme itu berdiam jauh di dalam otak manusia.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Neurocase, para spesialis menjelaskan bagaimana setelah melihat catatan medis dari 24 orang yang dijadikan obyek penelitian, mereka menemukan bukti bahwa orang-orang yang menderita kerusakan pada belahan bagian kanan otak cenderung kehilangan kemampuan mereka untuk mengenali sifat sarkasme.
Secara khusus, para ilmuwan mengatakan wilayah otak yang rusak itu membuat seorang tidak mampu mendeteksi perilaku sarkasmenya adalah lapisan sagital. Daerah pada otak ini tampak dalam gambar yang ditandai dengan lingkaran kuning.
Menariknya, para peneliti menjelaskan bahwa orang-orang yang menderita kerusakan pada lapisan sagital tidak mengalami kesulitan mendengar atau memahami kata per kata. Satu hal yang tidak mampu mereka atasi adalah nuansa sarkastik dari kata yang mereka ucapkan dan isyarat wajah yang menunjukkan maksud menyindir.
"Meskipun mereka memahami kata-kata, sering ada kegagalan nyata saat komunikasi,"kata Argye Hillis pada Live Science.
tempo.co

TEMPO.CO, Baltimore: Sebuah studi telah menemukan bahwa kerusakan pada struktur otak yang disebut lapisan sagital akan berkorelasi dengan ketidakmampuan seseorang mendeteksi sifat sarkasme yang ada pada dirinya.
Daerah ini (lapisan sagital) berfungsi untuk menghubungkan daerah-daerah di otak satu dengan yang lain yang diketahui terlibat dalam mengolah isyarat visual dan pendengaran, serta proses pengambilan keputusan.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh peneliti The Johns Hopkins Hospital Baltimore, Amerika Serikat, Argye Hillis, percaya telah menemukan tempat misterius di mana kecenderungan sarkasme itu berdiam jauh di dalam otak manusia.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Neurocase, para spesialis menjelaskan bagaimana setelah melihat catatan medis dari 24 orang yang dijadikan obyek penelitian, mereka menemukan bukti bahwa orang-orang yang menderita kerusakan pada belahan bagian kanan otak cenderung kehilangan kemampuan mereka untuk mengenali sifat sarkasme.
Secara khusus, para ilmuwan mengatakan wilayah otak yang rusak itu membuat seorang tidak mampu mendeteksi perilaku sarkasmenya adalah lapisan sagital. Daerah pada otak ini tampak dalam gambar yang ditandai dengan lingkaran kuning.
Menariknya, para peneliti menjelaskan bahwa orang-orang yang menderita kerusakan pada lapisan sagital tidak mengalami kesulitan mendengar atau memahami kata per kata. Satu hal yang tidak mampu mereka atasi adalah nuansa sarkastik dari kata yang mereka ucapkan dan isyarat wajah yang menunjukkan maksud menyindir.
"Meskipun mereka memahami kata-kata, sering ada kegagalan nyata saat komunikasi,"kata Argye Hillis pada Live Science.
tempo.co
Quote:
Sekian dulu tret ane, gan. Semoga ada manfaat yang bisa diambil sekaligus jadi bahan evaluasi untuk mengontrol diri, ya
Tentu agan sista nggak mau kan dianggap sadis karena perilaku sarkasme agan terus mengakar kuat dalam diri dan mewarnai setiap kata dan atau komen yang terucap dan tertulis dalam setiap komunikasi di media sosial maupun kehidupan keseharian agan, kan?
Jangan cuma jadi pembaca sunyi, ya!
Ane doain yang bantu
biar cepat kaya. Yang kasih
cepat naik pangkat, dan ane menolak dengan keras pelemparan 

Tentu agan sista nggak mau kan dianggap sadis karena perilaku sarkasme agan terus mengakar kuat dalam diri dan mewarnai setiap kata dan atau komen yang terucap dan tertulis dalam setiap komunikasi di media sosial maupun kehidupan keseharian agan, kan?

Jangan cuma jadi pembaca sunyi, ya!
Ane doain yang bantu



Diubah oleh anwar04 05-01-2016 13:41
0
8.6K
Kutip
57
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan