Langkah mengejutkan China untuk mendevaluasi yuan memberi dampak buruk pada nilai tukar mata uang wilayah Asia. Hampir semua negara Asia mengalami pelemahan nilai tukar atas dolar Amerika (USD).

Rupiah ikut terlibas dengan kembali menguatnya nilai tukar USD. Yuan selama ini menjadi satu-satunya mata uang diharapkan bisa melawan dominasi USD.

Head of Research NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan tidak ada lagi mata uang yang sanggup menandingi kedigdayaan USD. Kondisi ini membuat nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, terpukul.

Reza belum terlihat adanya sentimen positif untuk membalikkan laju Rupiah ke zona hijau. Namun, semua pihak diyakini berharap pelemahan yang terjadi dapat lebih terbatas dan Rupiah tak semakin terpuruk.

Namun demikian, pelemahan nilai tukar Rupiah ternyata menjadi terburuk se-Asia. Dilansir dari CNBC, Rupiah melemah hingga 1,7 persen terhadap USD dan menyentuh titik terendah sejak Juli 1998. Sedangkan ringgit Malaysia hanya melemah 1,4 persen ke level terendah sejak September 1998.

Dolar Singapura, dolar Taiwan dan Peso Filipina juga turun hingga menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir. Namun, penurunannya tidak sebesar yang dirasakan Indonesia.

"Sebagian besar negara yang mengalami penurunan nilai tukar karena dominasi 'pemain' yang melemahkan. Bank sentral negara tersebut kurang bersedia mempertahankan mata uang mereka jangka pendek," ucap ahli strategi mata uang dari National Australia Bank, Emma Lawson dikutip dari CNBC di Jakarta, Rabu (12/8).

Beberapa pejabat bank sentral di Asia, termasuk Indonesia menanggapi dingin turunnya nilai tukar. Bank Indonesia mengatakan depresiasi atau melemahnya nilai tukar Rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi, tapi sentimen global. Sedangkan Menteri Keuangan Korea Selatan mengatakan pemerintahnya sedang memantau pasar valuta asing.


Sumber


Ini artinya Export Indonesia akan menjadi yang TERBAIK se-Asia

Mantab nih Ekonomi era Jokowi