Kaskus

Entertainment

asp-boiAvatar border
TS
asp-boi
Gagal Lolos, Mental Gamer Indonesia Dipertanyakan
Sebagai trit renungan buat kita rakyat Indonesia dan gamer lokal, ane bikin trit ini...

Gagal Lolos, Mental Gamer Indonesia Dipertanyakan

Jakarta - Dari sejumlah turnamen game bertaraf internasional yang sering diadakan, DotA (Defense of the Ancients) 2 Internasional Championship menjadi salah satu turnamen game yang paling ditunggu-tunggu perhelatannya. Di ajang tahunan ini, para jawara DotA 2 dari berbagai negara di seluruh dunia saling unjuk kebolehan untuk menunjukkan siapa yang terbaik.

Dalam partai final DotA 2 International Championship 2015, tim asal Amerika Serikat, Evil Genuises berhasil menumbangkan tim asal Tiongkok, CDEC dengan skor 3-1. Tim yang digawangi oleh ppd, Suma1L, UNiVeRsE, Fear, dan Aui_2000 berhasil memboyong hadiah sebesar USD 6,6 juta atau sekitar Rp 85 miliar.

Dari sederet negara yang berpartisipasi, sangat disayangkan nama Indonesia tidak ikut serta meramaikan ajang tersebut. Indonesia harus absen lantaran tidak ada satupun jawara DotA 2 Tanah Air yang lolos dari babak kualifikasi yang diadakan secara online.

Padahal, negara tetangga macam Malaysia dan Singapura boleh bangga karena bisa berlaga di pertandingan tersebut. Bahkan, negara negeri jiran itu pernah menduduki peringkat ke tiga dalam turnamen DotA 2 International Championship 2013 silam. Lantas ke manakah para jawara DotA 2 Tanah Air?

Sebagai negara dengan jumlah gamer yang cukup banyak, DotA 2 menjadi game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang paling banyak diganderungi oleh para gamer lokal. Tak heran, game besutan Valve itu pasti tak pernah absen dari daftar game yang hadir di berbagai Wargame dan Warnet.

"Tolak ukur yang paling gampangnya itu adalah jika ada turnamen DotA 2 skala nasional, tim yang berpartisipasi bisa mencapai 200 sampai 300 tim atau sekitar ribuan pemain," papar pengamat sekaligus gamer DotA 2 Indonesia, Tribekti Nasima kepada detikINET, Selasa (11/8/2015)

Dahulu, lanjut Tribekti, Indonesia memiliki tim DotA yang bisa dibanggakan, yakni XcN. Karena prestasinya yang cukup gemilang, XcN pun akhirnya direkrut oleh Fnatic, sebuah organisasi gamer profesional asal Inggris. Setelah XcN, masa keemasan DotA dipegang oleh tim Deperruku, hingga masuk ke masa DotA 2.

"Tim DotA 2 lokal kebanyakan diisi sama veteran-veteran DotA, di mana muncul tim profesional, seperti Rex Regum Qeon, Team NXL>, The Prime, Zero Latitude, dan Kanaya," ungkap Tribekti. Dari sisi prestasi, menurut Tribekti kiprah tim DotA 2 Indonesia sejauh ini yang terbaik di tahun 2014 lalu.

Kala itu Rex Regum Qeon berhasil menjadi runner-up ACG (Asian Cyber Games) SEA Best of the Best 2014 dengan total hadiah USD 3500. Sedangkan untuk gelaran DotA 2 International Championship, Indonesia harus puas bermain di babak kualifikasi.

"Dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya, terutama Malaysia, Indonesia masih banyak ketinggalan yang perlu kita kejar. Inilah yang menjadi PR kita bersama, karena untuk bisa menuju ke sana membutuhkan kolektivitas di ranah DotA 2 Indonesia," ungkapnya.

Memperbaiki DotA 2 di Indonesia dikatakan Tribekti membutuhkan proses yang panjang dan dapat dimulai dari semua aspek, seperti lingkungan kompetitif, profesionalisme pemain dan penyelenggara turnamen, atau dari komunitasnya sendiri. Profesionalisme di sini maksudnya adalah harus mengejar standar yang diterapkan oleh luar negeri.

"Dari sisi pemain, regenerasi itu sangat penting. Para veteran itu mungkin bisa melakukan transfer pengetahuan atau memberikan pelatihan pada talenta-talenta baru. Dan yang penting adalah bagaimana membentuk mental tanding yang selalu menjadi momok bagi DotA 2 di Indonesia," terang Tribekti panjang lebar.

Terakhir yang menjadi perhatian Tribekti adalah bagaimana caranya agar para penyelenggara bisa menggelar turnamen yang sifatnya tahan lama dan berkelanjutan. Karena dengan begitu bisa membantu pengembangan scene DotA 2 di Indonesia.

"Dengan dukungan dari semua pihak, bukan tidak mungkin jika masa depan DotA 2 di Indonesia bisa kembali berjaya seperti era XcN dulu," pungkas Tribekti.

Quote:


Gaada yang gamau menang di ajang bergengsi kaya gini. Tapi ya emang bakal repot kalau gaada campur tangan pemerintah yang mau ngebantu kita... China aja punya asosiasi esport yang lumayan besar, kita baru aja kebentuk beberapa waktu lalu, setidaknya bisa dipakai sebaik mungkin lah... Lalu kita juga butuh infrastruktur yang memadai, kaya koneksi internet yang cepet dan stabil...

Dan lagi, mesti nyari sponsor yang bakal mau ngebiayain tim-tim itu. Semoga aja perusahaan lokal kebuka matanya buat ngesponsorin tim-tim lokal yang berpotensi. Kita kangen zaman Indonesia pernah bertarung di WCG di era 2000an dulu, bermain Counterstrike sama Warcraft 3. Kaan ya kira-kira hal itu bisa keulang?

NOTE : Bahkan katanya dulu kita aja pernah menang lawan tim MVP (yang notabene baru masuk babak utama TI5 kemarin) lho.
Diubah oleh asp-boi 11-08-2015 17:45
0
5.3K
66
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan