Menteri Komisi Pembangunan dan Reformasi China Xu Shaoshi menyampaikan presentasi mengenai hasil studi kelayakan rencana pembangunan kereta cepat kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Dalam feasibility studies atau hasil studi kelayakan tersebut, Xu Shaoshi memamerkan kereta cepat kajiannya jika pihaknya ditunjuk sebagai investor dan pelaksana proyek tersebut.

"Dalam laporan feasibility studies itu ada beberapa ciri khas, pertama jalur ini lebih panjang, stasiun lebih banyak dan lebih cepat," kata Xu Shaoshi di Istana, Jakarta, Senin (10/8).

Dalam proposal studi kelayakannya, panjang jalur kereta cepat ini 150 km, rasio jembatan terhadap terowongan 62 persen dan memiliki kecepatan 350 km/jam. Sepanjang jalur ada 8 stasiun dan dari Halim akan diekstensi ke Manggarai dan Gambir. Kereta cepat ini juga akan terkoneksi dengan kereta api yang sudah ada dan MRT yang akan ada.

"Kami memberi harga dan financial plan yang lebih kompetitif. Proposal kami lebih baik. Dan kami bisa menjamin proyek ini bisa rampung dalam Agustus groundbreaking Agustus dan mulai dibangun September dan sudah selesai pada tahun 2018," jelasnya.

Hal keempat, kata Xu Shaoshi, akan dibentuk kerjasama konsorsium antara Indonesia dan China. Kedua pihak menikmati keuntungan bersama keduanya melakukan pengelolaan dan pelatihan terhadap personel. Sehingga Indonesia dan China akan bentuk komunitas keuntungan bersama.

"Ada dua yang ingin sampaikan hal pertama China memang serius, supaya bisa mendorong kereta cepat di Indonesia. Pertama teknologi kereta cepat kami cukup matang. Ini ada beberapa langkah mendukung saya. Sekarang kereta cepat yang beroperasi di China adalah 17 ribu km mengambil 55 persen hingga seluruh dunia," jelasnya.

"Kecepatan 300 km per jam itu 9.000 kilometer ambil 60-an persen dari seluruh dunia. Saat ini sudah ada 3600 unit high speed railway yang beroperasi dan berasal dari China. Yang terakhir ada 1,7 miliar penumpang gunakan high speed railway yang 30 persennnya berasal dari China," tambahnya.

Selain itu, Xu Shaoshi juga mengklaim bila teknologi kereta cepat yang digunakannya sangat komprehensif. Pihaknya mengunggulkan dan berpengalaman membangun kereta di iklim yang berbeda.

Dia mencontohkan di Pulau Hainan kawasan tropikal yang mirip Indonesia, pihaknya telah membangun kereta cepat dengan jalur rute sepanjang 3.600 km dan sudah beroperasi secara aman selama 5 tahun.

"Kami sudah membentuk sistem yang cukup lengkap baik rancangan pengelolaan maupun maintenance. Keamanan kereta cepat bisa dijamin. Kami membangun sistem cepat khususnya peringatan gempa bumi," tutupnya.

http://www.merdeka.com/peristiwa/ini...tan-china.html

KALO BUAT TRANPORTASI MASSAL HARUSNYA PEMERINTAH HARUS TELITI DAN BELAJAR DARI PENGALAMAN SEBELUMNYA, BUKAN LIAT MURAHNYA
BERKACALAH DARI KASUS BUS TRANSJAKARTA