- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Adegan Intim Gay, Juara Kontroversial World Press Photo


TS
charzakux
Adegan Intim Gay, Juara Kontroversial World Press Photo
akarta - Bulan Februari ini, institusi bergengsi World Press Photo telah rampung memilih foto terbaik tahun 2014 karya fotografer Mads Niessen yang menunjukkan intimasi antara dua pasangan homoseksual.
Pemilihan foto ini tentunya cukup kontroversial mengingat budaya homoseksual ini tidak diterima oleh sebagian masyarakat dunia. Tapi bagi fotografer ada hal lain yang juga kontroversial yaitu tentang tata cara seleksi foto.
Di tahun ini, panitia menerima 97.912 foto dari 5.692 fotografer seluruh dunia. Setelah para ahli membandingkan hasil foto asli (RAW) dengan hasil foto yang diserahkan, 20% dari foto didiskualifikasi karena dianggap mengunakan teknik editing foto yang berlebihan.
Peraturan yang cukup ketat ini salah satunya dipicu oleh pemenang foto dua tahun lalu, yang menurut sebagian besar khalayak terlalu sempurna secara momen dan estetika.
Foto ini ternyata telah melalui proses editing yang mengubah tonalitas warna sehingga mempengaruhi emosi orang yang melihat foto.
Menurut Managing Director Lars Boering, foto yang diserahkan seharusnya tidak boleh diubah. Maksudnya hal-hal yang ada di dalam foto tidak boleh ditambahkan atau dikurangi.
Bukan hanya itu, toning warna/terang gelap yang berlebih untuk tujuan estetika juga dibatasi. Misalnya menggelapkan atau menerangkan (dodge and burn) sesuatu dalam foto untuk menutupi dan menghilangkan isi foto.
David Campbell, sekretaris kontes foto tahun ini, memberikan contoh editing foto yang tidak diperbolehkan di blog pribadinya. https://www.david-campbell.org/photo...tion-examples/
Tentunya aturan baru yang cukup ketat ini memancing perdebatan antara fotografer. Sebagian pihak merasa senang karena setidaknya ada aturan yang cukup jelas di era digital dan juga integritas foto terjaga dengan baik.
Sedangkan bagi pihak lain peraturan ini dirasa terlalu ketat. Mereka mengeluhkan bahwa editing bisa memberikan efek yang lebih positif terutama untuk menekankan aspek emosi dan estetika foto. Di zaman kamera film, fotografer cukup bebas untuk memanipulasi foto dengan teknik kamar gelap, mengapa di era digital kini malah dibatasi dengan ketat?
http://m.detik.com/inet/read/2015/02.../2837979/1277/
foto ada di link ya cin
Pemilihan foto ini tentunya cukup kontroversial mengingat budaya homoseksual ini tidak diterima oleh sebagian masyarakat dunia. Tapi bagi fotografer ada hal lain yang juga kontroversial yaitu tentang tata cara seleksi foto.
Di tahun ini, panitia menerima 97.912 foto dari 5.692 fotografer seluruh dunia. Setelah para ahli membandingkan hasil foto asli (RAW) dengan hasil foto yang diserahkan, 20% dari foto didiskualifikasi karena dianggap mengunakan teknik editing foto yang berlebihan.
Peraturan yang cukup ketat ini salah satunya dipicu oleh pemenang foto dua tahun lalu, yang menurut sebagian besar khalayak terlalu sempurna secara momen dan estetika.
Foto ini ternyata telah melalui proses editing yang mengubah tonalitas warna sehingga mempengaruhi emosi orang yang melihat foto.
Menurut Managing Director Lars Boering, foto yang diserahkan seharusnya tidak boleh diubah. Maksudnya hal-hal yang ada di dalam foto tidak boleh ditambahkan atau dikurangi.
Bukan hanya itu, toning warna/terang gelap yang berlebih untuk tujuan estetika juga dibatasi. Misalnya menggelapkan atau menerangkan (dodge and burn) sesuatu dalam foto untuk menutupi dan menghilangkan isi foto.
David Campbell, sekretaris kontes foto tahun ini, memberikan contoh editing foto yang tidak diperbolehkan di blog pribadinya. https://www.david-campbell.org/photo...tion-examples/
Tentunya aturan baru yang cukup ketat ini memancing perdebatan antara fotografer. Sebagian pihak merasa senang karena setidaknya ada aturan yang cukup jelas di era digital dan juga integritas foto terjaga dengan baik.
Sedangkan bagi pihak lain peraturan ini dirasa terlalu ketat. Mereka mengeluhkan bahwa editing bisa memberikan efek yang lebih positif terutama untuk menekankan aspek emosi dan estetika foto. Di zaman kamera film, fotografer cukup bebas untuk memanipulasi foto dengan teknik kamar gelap, mengapa di era digital kini malah dibatasi dengan ketat?
http://m.detik.com/inet/read/2015/02.../2837979/1277/
foto ada di link ya cin

0
13.8K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan