Inikah etika seorang lulusan UGM dan kontributor Jakarta Post?
TS
kevinbarata15
Inikah etika seorang lulusan UGM dan kontributor Jakarta Post?
Pertama untuk meluruskan judul, saya menyebutkan Universitas ternama serta The Jakarta Post bukan untuk menjelekkan institusi dan media tersebut, hanya untuk membuat penasaran
Quote:
PERHATIAN : Tolong dibaca dulu seluruh isi thread baru komen, jangan komen yang tidak penting seperti Gagal paham dsb. Terima kasih
Kemarin saya menemukan sebuah share-an facebook seorang teman yang cukup menarik, post tersebut milik Bapak Eddy Kasdiono dengan judul KLEMENSIA SIAL, setelah saya lihat foto pada post tersebut saya ingat kemarin saya juga sedang menonton Metro TV pada saat berita tersebut disiarkan.
Berikut kronologi yang sudah saya rangkum.
Quote:
1. Hari Jumat, 7 Agustus 2015
Seorang reporter Metro TV bernama Klemensia M. membawakan berita mengenai musim kemarau di daerah Gunung Kidul, DIY.
Kemarau panjang menyulitkan petani di Gunung Kidul karena kesulitan memperoleh air, demikian Klemensia membuka reportasenya. Kamera segera mengarah pada bapak petani.
K(lemensia): "Apakah bapak mengalami kesulitan di musim kemarau ini?"
B(apak)T(ani):"Tidak saya menanam cabai dan bawang"
Background hamparan tanaman sayur hijau subur.
K: "Apakah bapak mengalami kesulitan memperoleh air?"
BT: "Tidak, selama sumur bor ini tetap mengeluarkan air"
Background orang menyiram tanaman sayur menggunakan pipa GEDHE!
Klemensia reporter tangguh itu masih berjuang.
K: "Bagaimana penghasilan bapak di musim kemarau ini dibanding musim penghujan?"
BT: "Lebih banyak di musim kemarau, kalau musim hujan saya hanya bisa menanam padi. Kalau musim kemarau begini saya bisa tanam macam-macam, bawang, cabai, sayur".
Baiklah Klemensia, hari ini kamu salah mengambil nara sumber. Sepertinya kamu contoh yang baik dari seorang jurnalis yang berangkat kerja berbekal asumsi, lalu memakai kaca mata KUDA.
Seandainya saja kamu berangkat dari temuan data di lapangan, kamu bisa merubah lead reportasemu "Kemarau, ternyata membawa rejeki untuk beberapa petani yang beralih menanam sayur".
Gitu, Klem.
Quote:
3. Hari Jumat, 7 Agustus 2015 sekitar jam 12 malam
Halo, Pak Eddy.
Terima kasih atas perhatian Pak Eddy untuk tayangan Metro TV terlebih pada reportase saya hari ini (0708). Saya ingin memberi komentar langsung pada foto yang Pak Eddy unggah namun akses terhalang karena kita belum bertemu di jejaring ini.
Melihat banyaknya teman-teman lain yang turut memberi perhatian, ada beberapa hal yang perlu saya klarifikasi.
1. Reportase tadi saya buka dengan menjelaskan kondisi lahan pertanian yang terlihat tertanam beberapa tanaman yang tidak membutuhkan air yang banyak. Laporan saya memang tidak untuk menunjukkan kesulitan para petani, namun tentang kesigapan para petani di Karanggumuk, Wonosoari, dalam mengatasi kekeringan dengan mengalihfungsikan lahan. Begitu pula dengan pengantar dari presenter ke saya.
2. Bapak petani, Pak Waladi, menjawab cabai dan bawang karena saya menanyakan "apa saja tanaman yang bapak tanam di musim kemarau ini ?”
3. Membahas tentang alih fungsi lahan yang dilakukan para petani di Karanggumuk, Wonosari, rasanya tidak lengkap jika tidak menanyakan bagaimana sistem pengairan mereka. Dan ternyata para petani memanfaatkan sumur bor.
4. Penonton dapat tahu bahwa pada musim kemarau, para petani yang biasa menanam padi ternyata masih bisa mendapatkan penghasilan pada saat kekeringan ini dengan menanam tanaman jenis lain.
5. Wawancara saya tutup dengan menyatakan kegiatan lahan pertanian di Karanggumuk masih bisa dilakukan oleh para petani namun dengan menanam tanaman yang berbeda (selain padi).
Pernyataan yang tidak sesuai dengan fakta bisa disebut fitnah. Bisa juga dianggap sebagai rekayasa smile emoticon
Senang jika Pak Eddy mau membantu saya untuk copy-paste pernyataan saya ini ke bagian komentar foto yang bapak unggah. Saya yakin yang ikut berkomentar atau share foto ini adalah para penerima informasi yang cerdas dan kritis hingga memberikan perhatian yang lebih saat informasi yang saya berikan dianggap salah. Masyarakat yang kritis tentunya menginginkan informasi yang berimbang.
Meski judul yang Bapak berikan adalah “KLEMENSIA SIAL”, saya merasa sangat beruntung hari ini. Karena kritikan yang Bapak dan teman-teman lain berikan menjadi pelajaran besar untuk saya yang masih dalam proses belajar ini. Namun akan jauh lebih baik jika kritik yang diberikan disertai dengan solusi. Pasti akan lebih bernuansa positif dan membangun.
Akhir kata.. Kita memang belum berteman di jejaring sosial FB, tapi saya sempat melihat profile pak Eddy dan ada satu kalimat yang saya anggap menarik : “Mari perhatikan timeline kita, jangan jangan kita hanya bersemangat membagi hasutan” (06/07). Semoga hal ini dapat diterapkan oleh semua pengguna sosial media.
Terima kasih.
Salam,
Klemensia Michelle
Quote:
4. Sabtu, 8 Agustus 2015 sekitar pukul 10 siang
Bapak Eddy Kasdiono menyunting post-an tersebut
Spoiler for Suntingan:
KLEMENSIA SEDANG SIAL
Kemarau panjang menyulitkan petani di Gunung Kidul karena kesulitan memperoleh air, demikian Klemensia membuka reportasenya. Kamera segera mengarah pada bapak petani.
K(lemensia): "Apakah bapak mengalami kesulitan di musim kemarau ini?"
B(apak)T(ani):"Tidak saya menanam cabai dan bawang"
Background hamparan tanaman sayur hijau subur.
K: "Apakah bapak mengalami kesulitan memperoleh air?"
BT: "Tidak, selama sumur bor ini tetap mengeluarkan air"
Background orang menyiram tanaman sayur menggunakan pipa GEDHE!
Klemensia reporter tangguh itu masih berjuang.
K: "Bagaimana penghasilan bapak di musim kemarau ini dibanding musim penghujan?"
BT: "Lebih banyak di musim kemarau, kalau musim hujan saya hanya bisa menanam padi. Kalau musim kemarau begini saya bisa tanam macam-macam, bawang, cabai, sayur".
Baiklah Klemensia, hari ini Anda mungkin salah mengambil nara sumber
smile emotikon
Seandainya saja Anda berangkat dari temuan data di lapangan, lead reportasenya bisa dimulai dengan "Kemarau, ternyata membawa rejeki untuk beberapa petani yang beralih menanam sayur".
Gitu, mbak Klem.
*) maaf di edit, semoga terasa lebih sopan
Quote:
5. Sabtu, 8 Agustus pukul 3 Siang
Saya tidak tahu percakapan apa yang terjadi di antara mereka, reporter tersebut mempost penjelasannya tetapi
Pak Eddy terkesan tidak menanggapi ini sebagai hal yang serius dengan menggunakan emoticon - emoticon seperti di gambar.
Setelah itu tidak ada tanggapan apa-apa dari beliau, sadarkah beliau ini menyangkut nama baik reporter tersebut?
UPDATE
Quote:
6. Selasa, 11 Agustus
Hari ini saya iseng - iseng untuk melihat, apa lagi yang dilakukan oleh Pak Eddy, dan ternyata mengejutkan, seperti ingin mencari musuh.
Saya tidak habis pikir, apa masalah bapak yang satu ini dengan reporter tersebut.
Perlu di ingat kembali, saya juga menonton berita tersebut saat disiarkan dan tidak sesuai dengan apa yang diberitakan oleh Bapak Eddy Kasdiono, saya merasa kasihan dengan reporter tersebut.
Selain mem-post tanpa bukti konkrit yang menjelekkan nama reporter tersebut secara langsung, secara tidak langsung juga menjelekkan Metro TV.
Iseng - iseng saya melihat akun Facebooknya, ada banyak postingan yang hanya bisa komentar serta menjelekkan dan ternyata yang mengejutkan, Bapak tersebut adalah seorang kontributor di The Jakarta Post serta lulusan salah satu universitas ternama.
Lalu saya googling dengan kata kunci 'Eddy Kasdiono Jakarta Post', dan benar ternyata ada berita - berita yang di post oleh beliau di The Jakarta Post.
Yang ingin saya katakan adalah apakah ini ETIKAseorang lulusan sarjana (berpendidikan) serta kontributor The Jakarta Post yang notabene juga salah satu media ternama di Indonesia. Saya tidak tahu apa sebenarnya motif dari beliau sampai 'mengulas dengan tajam' pemberitaan tersebut ditambah dengan judul KLEMENSIA SIAL, tidak beretika bukan.
Banyak teman beliau yang share dan berkomentar tanpa tau berita asli, hanya bisa meracau berdasarkan postingan beliau.
Bukankah beliau seorang pengecut yang hanya bisa membuat masalah lalu meninggalkannya?
*Edit : Menghapus nama institusi, tidak mau menambah masalah baru. Maaf kalau sebelumnya ada yang tersinggung.