Mereka makan dari uang hasil mengamen. Kesehariannya hanya mengharapkan uang dari keringat mereka menyanyi. Ada yang terpaksa namun juga ada yang datang dari keinginannya sendiri alias termotivasi untuk mengamen. Bersuara bagus syukur Alhamdulillah, namun suara pas pasan dan juga gaya bermain yang minim juga banyak.

Mereka seperti penodong, seperti orang yang kotor. Memang tidak lain setelah mereka menyanyi mereka seperti penodong yang halus. Setelah menyanyi mereka bilang “nuwun sewu pak” sambil memegang orang yang berada dalam bis, untuk yang ngamen di dalam bis. Untuk yang mengamen dari rumah ke rumah, mereka mengetuk pintu, setelah si tuan rumah datang mereka menyanyikan beberapa buah lagu. Ada yang memberi uang ada juga yang langsung mengusir mereka seperti pengemis. Padahal mereka hanya meminta hak mereka.

Tampang mereka bermacam macam. Mulai dari yang dinas berbatik bercelana bersih dan baik sampai dengan pakaian compang camping. Ada yang bersuara bagus namun juga ada yang tidak. Ada yang menggunakan alat musik satu yang biasanya hanya gitar ataupun minimnya icrik icrik sampai dengan dua alat, gitar bersama alat music tiup. Ada yang menyanyikan lagu buatan sendiri ada juga yang menyanyikan lagu orang(ada juga yang di evolusi dengan inovasi mereka), kebanyakan mereka menyanyikan lagi islami.

Mereka sebenarnya tidak perlu dikasihani secara berlebihan. Yang paling saya tidak suka itu ketika mereka meminta uang dengan memaksa, suara pas pasan, bermain alat minim sekali alias tidak berskil, pakaian gaya sok sokan, berbau. Yang paling menjengkelkan itu ketika mereka menjadi munafik. Menyanyikan sebuah lagu islami namun mereka sendiri tidak menjalankan tuntunan islam sendiri. Berbeda dalam ucapan dan perbuatan itulah kebanyakan mereka. Bersyukur hidup ini harmonis, mereka berevolusi melalui sindiran dan perilaku kasar ataupun sindiran alam. Namun tergantung bagaimana evolusi itu sendiri, adayang menjadi lebih baik, namun juga ada yang menjadi lebih sembrono.

Tiada tersangka sangka dari perilaku mereka. Mereka juga manusia mereka juga punya hati. Tidak seperti orang yang di dalam bis berpura pura mengantuk ataupun tidur, di senggol tidak menjawab juga bertingkah seperti batu, bahkan bisa berperilaku senggol bacok. Mereka masih mau berbagi dengan sesama. Pengamen di dalam bis yang baik hati. Pernah suatu hari pengamen di bis ketika turun dari bis dan bertransaksi dengan tukang Koran. Terlihat seperti pengamen itu berbelas kasih terhadap si penjual Koran, mengingat bahwa Koran dewasa ini sudah jarang laku . Walaupun mereka hanya menerima receh, mereka juga masih mempunyai jiwa besar.

sumur