Kita seringkali mendengar pujian kalau bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah. Katanya orang Indonesia itu suka membantu, gampang senyum, penuh sopan-santun dan sebagainya. Tapi apakah itu memang benar adanya atau topeng belaka? Coba kita lihat disekitar kita. Seringkali kita jumpai terjadi tawuran dan anarkisme di negeri kita tercinta ini, mungkin hampir setiap hari. Tidak jarang juga ada aksi masyarakat yang main hakim sendiri, seakan negeri adalah bangsa barbar yang tidak punya hukum sama sekali. Apakah yang seperti itu pantas disebut sebagai bangsa yang ramah?

Alam Indonesia memang terkenal dengan keindahannya. Namun keindahan alam tersebut seringkali ternodai oleh keburukan orang Indonesia sendiri. Kebiasaan buruk yang seringkali dianggap lumrah oleh masyarakat Indonesia adalah membuang sampah sembarangan. Contohnya saja bisa dilihat dari kegiatan yang menjadi trend akhir-akhir ini, yaitu mendaki gunung. Kebanyakan dari mereka yang mendaki gunung tersebut mengaku sebagai pencinta alam, tapi kenyataannya mereka malah mencemari alam dengan sampah-sampah yang mereka sisakan. Dosa Indonesia terhadap alam bukan cuma dalam hal pencemaran, tetapi dalam hal perusakan. Indonesia pernah disebut-sebut sebagai negara tercepat di dunia dalam melakukan pengrusakan hutan. Jadi masih indahkah alam yang tercemar dan rusak tersebut? Bagi saya tidak. Ketika kita mengunjungi suatu daerah yang terkenal akan keindahan namun kita menemukan sampah berserakan dimana-mana, pastinya akan membuat kita berpikir dua kali untuk berkunjung lagi ke sana.

Masih ingatkah kasus betrok antara etnis Lampung dengan etnis Bali? Itu hanyalah salah satu contoh dan menjadi bukti kalau orang Indonesia belum siap sepenuhnya menerima perbedaan. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan kasus-kasus bentrok antar etnis lainnya. Belum lagi kalau menyangkut urusan agama. Konflik di negara orang malah kita disini yang perang-perangan. Padahal katanya bangsa Indonesia adalah bangsa menjunjung tinggi persatuan. Bahkan kita memakai slogan Bhineka Tunggal Ika yang bermakna walau berbeda tetapi tetap satu. Tapi sepertinya kenyataan dilapangan jauh berbeda dengan slogan yang kita miliki.

Kita seringkali menyebut budaya barat tidak sesuai dengan Indonesia karena bertentangan dengan moralitas bangsa. Betulkah demikian? Saya tidak bermaksud untuk pro budaya barat, tetapi kenyataan ada sebagian budaya barat tersebut justru sama dengan Indonesia. Contohnya dalam hal pergaulan bebas. Sekitar 20-30 persen remaja Indonesia di kota-kota besar mengaku pernah melakukan seks bebas. Fakta lainnya adalah terungkapnya kasus prostitusi artis baru-baru ini. Disebut-sebut pelangganannya kebanyakan berasal dari kalangan pejabat. Begitu banyak kasus amoral di Indonesia. Belum lagi pejabat yang korupsi, masyarakat yang suka melanggar peraturan, pelajar yag suka tawuran dsb,

Balik lagi ke masalah moral. Kalau Indonesia negara yang religius, pastinya orang-orang Indonesia takut berbuat amoral. Takut melakukan korupsi, seks bebas, melanggar peraturan dan sebagainya. Tapi kenyataannya hal-hal diatas tetap saja sering terjadi di Indonesia. Jadi kita ini negara yang religius atau munafik?

Sumber thread ini pemikiran TS sendiri dengan referensi sebagai berikut :
Pergaulan bebas diperkotaan
Indonesia perusak hutan tercepat