- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Senyuman Sang Istri
TS
omolizer
Senyuman Sang Istri
Semoga Kelar Membaca, Please Enjoy...
Aku sedang duduk bersama Dian kekasihku sambil memandangi dia menikmati ice cream rasa durian kesukaannya, sedangkan aku baru saja menghabiskan ice cream cokelat, aku pilih rasa cokelat karena aku tidak suka durian, sesuatu yang sangat tidak wajar bagi Dian diawal perkenalan kita saat ia pertama kali nya tahu aku sangat tidak menyukai buah durian.
"Mustahil ada orang yang gak suka durian!!".
begitulah kira-kira ekspresi pertama Dian saat mengetahuinya.
"Akulah saksi hidup pertama yang kamu tahu tidak menyukai durian." jawabku pada saat itu.
Dian tidak hanya menyukai buah itu dimakan dari congkangnya langsung, bahkan ice cream durian setiap minggu dia mencicipinya, tapi anehnya dia tidak pernah menuntaskan ice cream itu sampai habis, takut ke gemukan katanya, aku hanya tahu itulah kodratnya wanita saat di hantui kata Gemuk dan mengurangi porsi makanan nya selalu, untuk menghindari kekecewaan saat menaiki alat pengukur berat badan, pernah sesekali aku mendengarnya berteriak
"Ya allah, naik 1 Kg, kenapa bisa begini!!??".
iya, hanya 1 Kg bisa membuatnya histeris,
berkebalikan denganku yang pastinya senang jika berat badanku bertambah.
"Sayang, aku pergi kerja sekarang yah?". pamitnya padaku saat ia menyisakan sedikit ice cream durian itu dan membuangnya,
"kamu yakin gak mau aku anter ke tempat kerja?".
disaat itu hari sabtu, dian yang seharusnya libur di minta masuk untuk lembur oleh atasan nya,
"gak usah, kalo lembur santai koq gak harus tepat waktu, aku gak mau kepagian dan aku juga gak mau ngerepotin kamu".
pengertian dia padaku yang membuat aku masih mencintainya sampai sekarang,
dan dian menambahkan kalimat
"aku juga akan mencari alasan untuk gak lembur seharusnya, tapi kan kamu tahu ini untuk tambahan biaya pernikahan kita".
iya, kami memang berencana menikah 2 bulan kedepan, bahkan orang tua kami telah bertemu dan sepakat.
"iyaudah, kalo kamu butuh di jemput pulangnya nanti kasih tau aku yah?". untuk itu dian pun berangkat kerja sendiri.
Tapi ada yang terlupakan olehku, kunci mobilku masih di tas kerja dia, tanpa sepengetahuan dian aku menaruhnya disana setelah kami pergi membeli ice cream, aku pun bergegas mengejarnya sebelum dia naik angkutan umum di ujung jalan rumahku, tapi cerita ini pun di mulai, yang seharusnya aku tahu dian berangkat naik angkutan umum, aku malah melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria lain, dan tersenyum.
Aku memanggilnya tapi tidak terdengar oleh dian saat suara klakson mobil dan sirine kendaraan lain di jalan raya beradu kuat dengan suara ku, klakson dan sirine lah pemenangnya, dian pun menaiki bus yang membawa mereka berdua pergi, aku tidak punya prasangka buruk saat itu hanya kunci mobil yang aku butuhkan, karena siang nanti aku berencana mencari pilihan untuk membuat undangan persiapan pernikahan kami nanti.
Saat itu bisa saja aku menelfon dian tapi entah kenapa aku seperti ingin membuatnya terkejut saja. saat itu aku sama sekali tidak menaruh kecurigaan pada dian, yang hanya terpikir olehku pria tadi hanyalah teman yang sekantor dengannya. sudah mendekati kantor kerja dian, aku pun segera turun, tapi ada yang salah disini, aku melihat dian bersama pria tadi duduk di restoran, yang berada di bagian bawah gedung perkantoran tempat dian bekerja,
"Apa yang sebenarnya terjadi disini?". hatiku pun berbisik dengan membawa kepercayaan yang berbalik menjadi kecurigaan.
aku pun mulai melangkah seperti penguntit, bergerak perlahan tapi tidak mencurigakan, semua ini kulakukan saat melihat dian lebih sering menampilkan senyum dan tawa kecilnya didepan pria tadi dan duduk bersamanya.
Iya, sekejap rasanya hari cerah ini berubah menjadi gelap, pepohon di luar yang sepoi-sepoi di tiup angin seakan mengejekku diluar sana, Dian berciuman dengan pria itu di restoran!!. aku harusnya bergerak sekarang dan memergoki mereka tapi tidak kulakukan, aku lebih memilih untuk tetap tenang dan mengambil foto moment mereka berdua saat berciuman untuk kedua kalinya, ini kulakukan sebagai bukti kepada orang tua ku nanti agar pembatalan pernikahan antara aku dan dian bukan karena alasan yang tidak masuk akal.
Baru selesai moment tadi mereka berdua pun kembali beranjak dan pergi, aku kembali mengikutinya dan berniat langsung mengeluarkan kalimat perpisahan pada dian. saat mereka berdua berjalan aku berada tepat dibelakang mereka dan tanpa mereka dapat sadari, yang kemudian masuk kembali kedalam bus dimana aku sudah tidak perdulikan lagi kemana arah tujuan mereka, aku pun menghampiri mereka berdua di dalam bus, dan memang sudah seharusnya dian kaget melihat wajahku, aku pun terkejut saat melihat dari dekat wajah si pria yang ternyata adalah mantan kekasihnya dian sebelum bersamaku.
"Kamu gak perlu ngomong apa-apa, cukup aku saja yang berbicara sedikit dan kalian berdua mendengarkan", kalimat pertama dariku yang disambut tatapan gugup Roni yang tidak lain adalah nama mantan kekasih dian,
"Sudah sangat jelas bagiku bahwa sekarang kamu selingkuh dengan Roni" tambahku, dan itu bukan pertanyaan.
"Setelah ini aku hanya minta satu hal dian, berilah alasan yang jujur pada orang tua mu apa yang membuat pernikahan kita dibatalkan!". serentak para penumpang yang lain menaruh perhatiannya pada kami, mereka seperti sedang bergantian melirik kami bertiga disana.
"Kamu gak bisa tiba-tiba ngelakuin itu dong..!", dian mencoba mengelak
"aku menyimpan foto kalian saat berciuman direstoran tadi dian" jawabku lagi,
pandangan penasaran para penumpang berubah sekejap menjadi benci pada Dian dan Roni, mereka berdua pun tidak bisa mengeluarkan sepatah kata lagi.
"aku melakukan ini hanya untuk bukti kepada orang tuaku saja, aku tidak akan mengirim foto ini pada orang tua mu, itu adalah urusan mu sendiri".
aku berpaling pada kondektur bus
"berapa yang harus ku bayar, sekalian dengan 2 orang ini?", aku menunjuk Dian dan Roni sambil memberikan uang pecahan 50 ribu,
"Mas dan pasangan baru itu tidak perlu membayar!!", teriak pak supir bus padaku yang berada tepat dibelakangku,
dimana yang ia maksud pasangan baru tadi ialah Roni dan Dian,
"iya mas kali ini gratis untuk mas dan mereka berdua", tambah bapak kondektur.
"Terima kasih kalau begitu bapak-bapak" jawabku,
dan tanggapan mereka hanya tersenyum padaku tapi setelah berpaling pada Dian dan Roni lenyap seketika senyuman bapak kondektur.
Saat aku bergegas untuk turun aku berpaling lagi pada Roni dan berkata
"aku sudah tidak butuh lagi cincin ini, mungkin lebih pas kau yang pakai Ron". sambil mencoba melepaskan cincin tunangan di jari manisku,
aku pun akhirnya mengeluarkan kalimat terakhir pada dian
"Terima kasih untuk 3 tahunnya", aku memegang pundak Dian yang sedang menunduk nangis dengan wajah di tutupi kedua telapak tangannya.
Dian mencoba memegang tanganku tapi aku berhasil menghindarinya dan turun. Jujur saja bisa di bilang itu adalah hari terburuk dalam hidupku, tapi juga adalah hari paling beruntung dalam hidupku, Tuhan telah menunjukkan sosok dian sebelum kami memulai kehidupan yang lebih serius, mungkin aku tidak akan sanggup menanggung beban ini bila kejadian di mulai setelah pernikahanku dan dian, Tapi Tuhan berkehendak lain.
"Sayang, mamah kamu baru sampe tuh, aku mau bukakan pintu untuk dia dulu yah" bisik istriku saat kami sedang menikmati kebersamaan di ruang keluarga,
pasangan hidup ku yang sekarang adalah seorang wanita yang menjadi saksi pada saat di bus antara Aku, Roni, dan mantan pacarku dulu Dian, berpisah. Secara kebetulan dia adalah wanita yang duduk disamping dian pada saat di bus waktu itu, posisi bangku Roni Dian Dan Mala, adalah bangku untuk kapasitas 3 orang yang berada tepat di belakang Pak Sopir bus. Dan Mala adalah nama istriku.
Pertemuanku dengan Mala sangat kebetulan, pada saat turun langsung dari bus setelah aku berbicara dengan Dian dan Roni untuk terakhir kalinya, aku berencana membeli kartu perdana provider baru di salah satu kios pinggir jalan, yang ternyata di belakang kios itu adalah Masjid, dimana masjid itu adalah tempat Mala mengajar mengaji anak-anak untuk sekolahan Taman Kanak-kanak, Mala mengaku mampir ke kios untuk membeli pulsa, sedangkan aku membeli kartu perdana.
"Maaf, kalo tidak salah mas pria yang didalam bus 46 barusan kan?" sapaan Mala pertama kali padaku,
"Iya, betul mba, tapi bagaimana mba bisa tahu itu?" tanyaku,
yang sebetulnya besar kemungkinan Mala memang berada dalam bus itu juga. Mala hanya Tersenyum mendengar jawabanku,
"Beli kartu baru Mas?" tanya dia.
"Iya, kartu baru atau bisa di bilang Hidup baru" jawabku,
Mala pun tersenyum kecil lagi,
"kalo kamu? beli kartu baru juga?" tambahku,
"Oh.. nggak mas, aku beli pulsa aja, isi hidup baru dong yah?" canda dia padaku,
"Wah cocok dong, yang satu menginginkan kehidupan baru dan yang satu mengisi kehidupan baru" ocehan tak di undang sang bapak pemilik kios yang seperti malaikat pemilik panah dan busur cinta.
Aku dan Mala pun terkejut mendengar itu sambil melihat kearah bapak pemilik kios, lalu Aku dan Mala bertatapan, dan Tersenyum. iya aku memang mengingat wajah Mala, karena disaat dia masih didalam bus aku beberapa kali meliriknya, sedangkan dia hanya mendengarkan penghakimanku pada Dian dan Roni saat itu, sambil tersenyum kecil, senyuman kecil yang bisa setiap hari ku lihat, senyuman manisnya yang selalu dia ekspresikan untukku. senyuman sang Istri yang Tuhan titipkan untukku.
THE ENDS..
Lanjutan Story : Side story Dian
Diubah oleh omolizer 08-01-2016 22:11
anasabila memberi reputasi
1
2.7K
11
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan