- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pengen ke Luar Negeri? Awas Shock Culture!


TS
lokii.dijee
Pengen ke Luar Negeri? Awas Shock Culture!
Spoiler for intro:
MARI TINGKATKAN PERSATUAN DAN KESATUAN!
HINDARI RASISME, PERANG SUKU DAN PERBEDAAN, UNTUK INDONESIA JAYA!

HINDARI RASISME, PERANG SUKU DAN PERBEDAAN, UNTUK INDONESIA JAYA!

Kejutan budaya merupakan istilah yang digunakan dalam menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kagok, dll.) yang dirasakan seseorang ketika tinggal dalam kebudayaan yang berbeda sama sekali seperti ketika berada di negara asing. Perasaan ini timbul akibat kesukaran dalam asimilasi terhadap kebudayaan baru dan menyebabkan seseorang sulit mengenali apa saja hal yang wajar dan tidak wajar. Sering kali perasaan ini disertai dengan kebencian moral atau estatik yang kuat mengenai beberapa aspek dari budaya yang berlainan atau budaya baru tersebut.

Quote:
Istilah ini mulai diperkenalkan pertama kali pada tahun 1954 oleh Kalvero Oberg. Peneliti lain yang kemudian meneruskan penyelidikan mengenai kejutan budaya yaitu Michael Winkelman. Kejutan budaya merupakan bagian penelitian dalam komunikasi antar budaya Saat ini sebagian peneliti menunjukkan bahwa kejutan budaya memberikan banyak keuntungan, seperti meningkatkan jati diri seseorang dan membantu meningkatkan motivasi diri.
Quote:
Fase kejutan budaya
Quote:
Kejutan budaya yang kuat (seperti tinggal di negara asing) terdiri dari fase yang berlainan, -walaupun tidak semua orang melalui semua fase ini dan juga dipengaruhi oleh faktor waktu-:
"Fase bulan madu" - pada fase ini perbedaan antara budaya baru dan lama dilihat sebagai suatu pandangan romantik, menarik, dan baru, Sebagai contoh, saat berpindah ke negara asing, seseorang mungkin menyukai makanan yang baru, ritme kehidupan yang baru, sifat masyarakat yang baru, arsitektur bangunan yang baru, dan seterusnya.
Fasa pembelajaran ("negosiasi") - setelah beberapa hari, minggu, atau bulan, perbedaan kecil antara budaya baru dan lama terhapuskan. Seseorang mungkin akan mulai rindu makanan rumah, menyadari ritme kehidupan yang terlalu pelan atau terlalu cepat, sifat masyarakatnya yang mengganggu, dll.
Fasa "semuanya baik" - setelah beberapa hari, minggu atau bulan, seseorang mulai biasa dengan perbedaan budaya baru dan kebiasaan-kebiasaannya. Pada fase ini, seseorang tidak lagi memikirkan kesan positif atau negetif kepada budaya baru tersebut, karena budaya tersebut tidak lagi dirasakan sebagai budaya baru, melainkan sudah menjadi budaya keduanya.
"Fase bulan madu" - pada fase ini perbedaan antara budaya baru dan lama dilihat sebagai suatu pandangan romantik, menarik, dan baru, Sebagai contoh, saat berpindah ke negara asing, seseorang mungkin menyukai makanan yang baru, ritme kehidupan yang baru, sifat masyarakat yang baru, arsitektur bangunan yang baru, dan seterusnya.
Fasa pembelajaran ("negosiasi") - setelah beberapa hari, minggu, atau bulan, perbedaan kecil antara budaya baru dan lama terhapuskan. Seseorang mungkin akan mulai rindu makanan rumah, menyadari ritme kehidupan yang terlalu pelan atau terlalu cepat, sifat masyarakatnya yang mengganggu, dll.
Fasa "semuanya baik" - setelah beberapa hari, minggu atau bulan, seseorang mulai biasa dengan perbedaan budaya baru dan kebiasaan-kebiasaannya. Pada fase ini, seseorang tidak lagi memikirkan kesan positif atau negetif kepada budaya baru tersebut, karena budaya tersebut tidak lagi dirasakan sebagai budaya baru, melainkan sudah menjadi budaya keduanya.
Quote:
Pada sebagian kasus, tidak jarang orang tidak sanggup untuk menangani kejutan budaya. Sebagian orang tidak mampu menyerap budaya baru dan kembali kepada budaya asal mereka, sementara sebagian yang lain menjadi begitu terpesona dengan budaya asing sehinggakan mereka merasakan mereka harus mengadopsinya sebagai budaya asal mereka.
Quote:
Menangani kejutan budaya
Quote:
Orang yang sering bepergian cenderung untuk lebih baik dalam menangani kejutan budaya. Beberapa langkah untuk membantu seseorang mengatasi kejutan budaya:
Membaca mengenai negara dan kebudayaannya tujuan sebelum berangkat.Dengan cara ini, negara dan penduduknya lebih dikenali ketika tiba di sana. Dengan itu mereka akan lebih memahami perbedaan dalam negara baru dan dengan itu lebih bersedia bagi menanganinya apabila mungkin (contoh, perbedaan dalam kebersihan).Berpikir terbuka mengenai budaya yang didatangi.Ambil masa istirahat atau mengasingkan diri dari pertukaran budaya untuk mengurangkan kejutan sambil menyesuaikan diri.
Membaca mengenai negara dan kebudayaannya tujuan sebelum berangkat.Dengan cara ini, negara dan penduduknya lebih dikenali ketika tiba di sana. Dengan itu mereka akan lebih memahami perbedaan dalam negara baru dan dengan itu lebih bersedia bagi menanganinya apabila mungkin (contoh, perbedaan dalam kebersihan).Berpikir terbuka mengenai budaya yang didatangi.Ambil masa istirahat atau mengasingkan diri dari pertukaran budaya untuk mengurangkan kejutan sambil menyesuaikan diri.
Quote:
Kejutan budaya balik
Quote:
Kejutan budaya balik adalah kejutan budaya yang dirasakan ketika seseorang kembali ke negara asal setelah cukup lama tinggal di negara asing. Kejutan semacam ini sering menimbulkan kesan yang sama seperti digambarkan di atas.

Quote:
PENGALAMAN GONCANGAN BUDAYA DI INDONESIA
Quote:
Pengalaman Goncangan kebudayaan atau dalam bahasa kerennya sering disebut dengan istilah cultural shock saya alami ketika awal masuk kuliah. Ketika awal masuk universitas yang amat pekat dengan nuasa agama Islam. Karena pendidikan saya dari SD.SMP,hingga SMA saya tempuh di umum saya kurang terbiasa dengan pelajaran agama secara mendalam sedangkan di universitas mau tidak mau saya harus menjalaninya karena merupakan mata kuliah wajib yang harus di tempuh. Diawali dengan mata kuliah sejarah kebudayaan islam, hadist, tauhid, dan tasawuf di semester pertama cukup membuat saya kelimpungan untuk memahami dan mengerti mata kuliah tersebut. Ditambah pada semester dua ada mata kuliah bahasa Arab yang belum saya pelajari, karena belum pernah ada di mata pelajaran ketika jenjang pendidikan saya sebelumnya, alhasil dalam minggu-minggu awal masuk kuliah semester dua saya sering tidak masuk kuliah karena biasanya dosen meminta mahasiswa untuk membaca teks bahasa arab yang tidak ada harokatnya.
Pengalaman lain saya yang lain, ketika saya harus tinggal di Jogja dan satu kos dengan teman yang dari beberapa daerah yaitu Pati, Pondowoso, Bogor, Wonogiri, dan Solo. Meski kami sama-sama orang Jawa namun ternyata bahasa yang kami gunakan berbeda. Meski katanya sama namun berbeda makna yang menyebabkan kami harus mnyesuaikan satu dengan yang lain.
Suatu ketika saat hari minggu saya dan teman satu kos untuk makan bersama, ketika itu kami membeli mie ayam dan bakso di pedagang kaki lima dekat kos. Saat sedang asyik menikmati makanan tiba-tiba teman saya Riza dari Pati berkata “ hawane kok anyep banget ya” saya yang tepat di sampingnya sejenak bingung, istilah “anyep” yang saya ketahui biasanya untuk menunjukkan mkanan yang hambar bukan untuk cuaca, untuk itulah saya putuskan untuk bertanya apa makna kata tersebut. Ternyata di daerah Pati kata “anyep” bermakna dingin. Kejadian lain yang agak konyol yaitu saat saya meminta tolong teman sekamar saya Nurul yang berasal dari Bogor untuk membelikan buah pisang di warung depan kos untuk makan tablet vitamin. Tanpa berfikir panjang dengan logat jawa yang melekat saya mengatakan “ Nurul, aku nitip gedhang neng warung ngarep ya” . Ketika ia pulang alngkah terkejutnya saya ketika yang ia belikan bukanlah buah yang saya maksud. Dengan santai ia berkata “ini gedhangnya” sambil menyerahkan buah itu. Namun yang ia berikan bukanlah “gedhang” yang saya maksud pisang melainkan pepaya. Singkatnya ternyata di Bogor menyebut buah pisang bukanlah “gedhang” melainkan pepaya atau kalau orang jawa menyebutnya “gandul”.
Untuk itulah ketrampilan memahami kebudayaan masyarakat lain sangat perlu dilakukan agar kita mampu menjalin komunikasi yang efektif.
http://www.kompasiana.com/mulyanii/a...3311971fb6591c
Pengalaman lain saya yang lain, ketika saya harus tinggal di Jogja dan satu kos dengan teman yang dari beberapa daerah yaitu Pati, Pondowoso, Bogor, Wonogiri, dan Solo. Meski kami sama-sama orang Jawa namun ternyata bahasa yang kami gunakan berbeda. Meski katanya sama namun berbeda makna yang menyebabkan kami harus mnyesuaikan satu dengan yang lain.
Suatu ketika saat hari minggu saya dan teman satu kos untuk makan bersama, ketika itu kami membeli mie ayam dan bakso di pedagang kaki lima dekat kos. Saat sedang asyik menikmati makanan tiba-tiba teman saya Riza dari Pati berkata “ hawane kok anyep banget ya” saya yang tepat di sampingnya sejenak bingung, istilah “anyep” yang saya ketahui biasanya untuk menunjukkan mkanan yang hambar bukan untuk cuaca, untuk itulah saya putuskan untuk bertanya apa makna kata tersebut. Ternyata di daerah Pati kata “anyep” bermakna dingin. Kejadian lain yang agak konyol yaitu saat saya meminta tolong teman sekamar saya Nurul yang berasal dari Bogor untuk membelikan buah pisang di warung depan kos untuk makan tablet vitamin. Tanpa berfikir panjang dengan logat jawa yang melekat saya mengatakan “ Nurul, aku nitip gedhang neng warung ngarep ya” . Ketika ia pulang alngkah terkejutnya saya ketika yang ia belikan bukanlah buah yang saya maksud. Dengan santai ia berkata “ini gedhangnya” sambil menyerahkan buah itu. Namun yang ia berikan bukanlah “gedhang” yang saya maksud pisang melainkan pepaya. Singkatnya ternyata di Bogor menyebut buah pisang bukanlah “gedhang” melainkan pepaya atau kalau orang jawa menyebutnya “gandul”.
Untuk itulah ketrampilan memahami kebudayaan masyarakat lain sangat perlu dilakukan agar kita mampu menjalin komunikasi yang efektif.
http://www.kompasiana.com/mulyanii/a...3311971fb6591c
BONUS
Quote:
CARA MENGATASI SHOCK CULTURE
Pertama, sangatlah berguna untuk berbicara dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa.Cari ekspatriat dari negara Anda dan berbagilah mengenai kesulitan Anda. Berkomunikasi dengan orang lain yang telah melakukan perjalanan sebelumnya. sering mengetahui tentang kejutan budaya yang lain dapat menenangkan Anda.
Kedua, habiskan waktu sendirian. Berjalan disekitar tempat Anda tinggal, temukan toko yang menarik atau kafe. Anda akan dapati bahwa di tempat baru ini akan nyaman dengan fasilitas yang ada. Shock akan memudar setelah Anda mulai belajar lebih banyak tentang budaya baru dan orang-orangnya.
Pelan-pelan berjelajah untuk bertemu orang dan mengeksplorasi segala sesuatu di tempat yang baru. Baca tentang sejarah dan tradisi lokasi baru Anda, jalan-jalan, mencicipi hidangan baru dan menemukan favorit baru di antara mereka.
Selain itu, cobalah untuk mengingat alasan Anda datang ke tempat yang baru tsb.
Membuka diri untuk orang-orang dari negara-negara lain, menghadapi ketidaknyamanan yang sama yang Anda rasakan, karena itu mereka akan mengerti perasaan Anda. Anda harus memberikan preferensi kepada orang-orang yang benar-benar mencintai kota Anda berada.
Hindari berkawan dengan orang-orang yang mengeluh tentang negara itu. Persahabatan dengan mereka sangat beracun dan akan mencegah Anda menetap dengan baik.
http://survival.abroadplanet.com/articles/2351
KAGA JARANG PERBEDAAN BUDAYA MENJADI MASALAH RASIS LOH GAN.. BERIKUT UPAYA AGAR MENGHINDARI RASISME AKIBAT PERBEDAAN BUDAYA DAN KULTUR


Quote:

ceritakan apa yang anda lakukan dalam melawan rasis dengan hastag #FightRacism
gabung komunitas perlindungan rasis di daerahmu : buka di mari
Quote:

pelajari budaya lain: http://www.un.org/en/letsfightracism/stories.shtml
tes pengetahuanmu tentang rasisme: http://www.un.org/en/events/humanrig.../2010/test.asp
cek rencana PBB dalam melawan rasisme: http://www.un.org/en/ga/durbanmeetin...11/index.shtml
bahan bacaan untuk melawan rasisme: http://www.un.org/en/letsfightracism...nglish_web.pdf

Quote:
Quote:

Quote:
SILAHKAN BAGI PENGALAMAN AGAN MENGENAI SHOCK CULTURE BAIK DI INDONESIA MAUPUN LUAR NEGERI
CERITA AGAN BISA MEMBUKA PIKIRAN KITA SEMUA
CERITA AGAN BISA MEMBUKA PIKIRAN KITA SEMUA
Quote:
Diubah oleh lokii.dijee 02-08-2015 14:35
0
14K
Kutip
80
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan