- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ternyata CEO PT Go-Jek Indonesia, Suka Nongkrong dengan Tukang Ojek


TS
infonitascom
Ternyata CEO PT Go-Jek Indonesia, Suka Nongkrong dengan Tukang Ojek
Quote:

Nadiem Makarim menamatkan SMA di Singapura. Sejak saat itu, Nadiem tidak lagi pulang ke Indonesia. Dia menghabiskan waktu pendidikannya di luar negeri. Nadiem baru pulang ke Indonesia setelah menyandang gelar MBA dari Harvard Business School di Amerika Serikat.
Sebelumnya, pria berusia 31 tahun ini pernah menempuh pendidikan di Brown University, Amerika Serikat, jurusan Hubungan Internasional. “Setelah lulus dari Brown, saya sempat bekerja sebagai konsultan di McKinsey and Company, suatu perusahaan konsultan manajemen selama 3 tahun,” ungkap mantan Managing Director PT Zalora Indonesia ini, ketika dibincangi di kantor Go-Jek di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (29/7/2015).
Nadiem mengurusi Go-Jek setelah hengkang dari Kartuku.com. Di Kartuku, Nadiem sempat menjadi Chief Innovation Officer selama setahun. Setelah itu, Nadiem fokus membesarkan Go-Jek.
Nadiem dibesarkan dalam keluarga Jawa. Ibunya dari Pasuruan, Jawa Timur. Sedangkan ayahnya yang berprofesi sebagai pengacara dari Pekalongan, Jawa Tengah. Langkah pria keturunan Jawa ini dalam mendirikan Go-Jek karena kesukaannya nongkrong dengan tukang ojek. Hasil dari nongkrong itu, dia mendapati bahwa keseharian mayoritas tukang ojek menghabiskan waktu menunggu penumpang. Di mata Nadiem, kegiatan itu tidak produktif.
Lantas Nadiem berpikir tentang bagaimana caranya para tukang ojek itu bisa mendapatkan penumpang tanpa harus menunggu berlama-lama di pangkalan. Pada akhirnya Nadiem melahirkan gagasan untuk mendekatkan para tukang ojek dengan pelanggannya. Tujuannya, agar para tukang ojek lebih produktif lagi.
Akhirnya, Nadiem dan teman-temannya mendirikan usaha di bawah bendera PT Go-Jek Indonesia. Dalam usaha itu, Nadiem menghimpun tukang ojek untuk menjadi mitra kerjanya.
“Awalnya tidak mudah mengajak para tukang ojek untuk bergabung ke Go-Jek. Saya sampai nongkrong di pangkalan-pangkalan ojek. Saya ngobrol dengan mereka hingga akhirnya menjadi tertarik masuk ke Go-Jek. Mereka yang sudah menjadi mitra kerja kami banyak juga yang mengajak teman-temannya untuk bergabung ke sini,” jelas pria yang baru saja melepas masa lajang ini.
Sebelum adanya aplikasi Go-Jek, dulu pemesan ojek melalui telepon dan SMS. Baru setelah itu berkembang menjadi aplikasi di Android setelah melihat perkembangan teknologi dan penggunaan gadget yang masif di masyarakat.
“Migrasi teknologi dari SMS dan telepon ke aplikasi Android membutuhkan waktu hingga 8 bulan, migrasi itu buat saya lama sekali, karena waktu itu tim saya masih sedikit, hanya 6 orang,” ujarnya.
Tapi siapa yang sangka. Pergeseran teknologi untuk memesan ojek dari SMS dan telepon berubah melalui aplikasi membuat heboh sejagat. Sekarang ini siapa tidak mengenal Go-Jek. Saban hari pasti melihat tukang ojek berjaket dan berhelm hijau khas Go-Jek berseliweran di jalanan ibu kota.
Go-Jek pun telah hadir Bandung, Surabaya dan Bali. Masyarakat yang memesan ojek melalui Go-Jek saat ini setiap harinya mencapai seribuan pelanggan. “Saat ini kami punya 12 ribu driver Go-Jek. Mereka mitra kerja kami,” pungkas Nadiem bersemangat.
Sumber
Inofatif, tukang ojek jadi lebih produktif, tanpa harus menunggu berlama-lama di pangkalan

1
6.3K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan