- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Siswi SMP Meninggal di Hari Terakhir MOPD / MOS


TS
ellah30
Siswi SMP Meninggal di Hari Terakhir MOPD / MOS
Quote:

ilustrasi (foto Antara)
MEGAMENDUNG-Pasangan suami istri, Sapari dan Diah Badriah, tak pernah menyangka. Putri kesayangan mereka, Febriyanti Safitri (12), kemarin mengembuskan napas terakhir saat mengikuti masa orientasi peserta didik (MOPD) di SMP PGRI Gadog, Megamendung, Kabupaten Bogor.
Informasi yang dihimpun, Febriyanti sempat mengikuti apel pagi sekitar pukul 07:45, sebelum kemudian pingsan saat apel berlangsung. Melihat ada salah satu anak didiknya terjatuh, sejumlah guru langsung membawa Febriyanti ke ruang guru untuk mendapat pertolongan pertama. Karena tak juga sadarkan diri, pihak sekolah membawanya ke Puskesmas UPF Sukamanah.
Namun, nyawa warga Kampung Pasir Kalong RT 04/03, Desa Sukakarya, Megamendung itu tidak tertolong. Diduga, Febriyanti meninggal akibat penyakit yang diidapnya. Jenazahnya pun dibawa pihak keluarga untuk dimakamkan di dekat kediaman mereka.
"Tapi, kami belum tahu riwayat penyakit Febriyanti. Pihak dokter maupun orang tuanya belum memberikan keterangan jelas tentang penyakit Febriyanti," kata Wakil Kesiswaan SMP PGRI Gadog, Muhamad Falah.
Berdasarkan keterangan dari sejumlah siswa, Febriyanti memang kerap pingsan saat bersekolah di madrasah. "Itu kata kakak kelasnya yang memang satu kampung dengan almarhumah," tuturnya.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Megamendung Ipda Try Lesmana mengatakan bahwa korban mempunyai riwayat sakit maag dan sering kejang-kejang. Kondisi itu sudah berlangsung lama. Bahkan ketika pulang mengaji, Febriyanti disebut sering tak sadarkan diri.
"Tapi, kami masih melakukan pengembangan. Termasuk memeriksa guru, puskesmas dan orang tua. Jadi, kami belum bisa memastikan apakah ada unsur kelalain atau kekerasan fisik," katanya.
Meninggalnya Febriyanti menjadi sorotan berbagai pihak. Musababnya, bocah 12 tahun itu tewas di masa orientasi siswa (MOS), yang tengah menjadi sorotan masyarakat luas.
Seperti dibertikan sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan tegas melarang perpeloncoan, kekerasan, dan aksi bullying atau mempermalukan siswa baru saat MOS.
Kemarin (29/7), Anies menyaksikan sendiri bagaimana aturan itu tak digubris tiga sekolah di Tangerang. Pada inspeksi mendadak (sidak) bersama tim dari Kementerian Pendidikan itu, Anies langsung menghentikan aksi tersebut
Ketiga sekolah yang dikunjungi Anies kemarin adalah SMAN 2 Tangerang, SMKN 4 Tangerang, dan SMK Yuppentek 1 Tangerang. Lokasi ketiga sekolahan ini berada di jantung Kota Tangerang. Anies berangkat dari kediamannya di Lebak Bulus sekitar pukul 05:00. Dia didampingi Irjen Kemendikbud Daryanto dan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Hamid Muhammad.
Lokasi sidak MOS pertama adalah di SMAN 2 Tangerang. Ketika mobil rombongan sampai di depan sekolah, gerbang masih ditutup rapat. Sekilas sekolah itu seperti belum buka sama sekali. Namun, setelah masuk agak memaksa, karena guru-guru dan kepala sekolah belum datang, diketahui MOS sudah berlangsung di lapangan sekolah. Anak-anak peserta MOS membawa atribut seperti sapu, kantong plastik, name tag berukuran besar, dan sepasang pita berwarna kuning dan merah untuk para siswi.
Melihat atribut-atribut yang digunakan, Anies mengaku menyesalkan. "Ini sudah termasuk perpeloncoan," katanya. Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta itu mengatakan, perpeloncoan adalah aturan yang diberikan kepada siswa baru saja dan tidak diterapkan kepada siswa lain termasuk panitia MOS.
Anies lantas meminta keterangan dari peserta MOS. Dia semakin dibuat geleng-geleng kepala. Di antara peserta mengaku disuruh membawa nasi plus lauk dan susu dari rumah. Saat mengonsumsi itu diberlakukan durasi tertentu. Jika masih ada sisa, nasi, lauk pauk, dan susu ditumpahkan di atas kepala peserta MOS. Kemudian, setiap hari juga ditugasi membawa pisang dengan panjang tertentu mulai dari 10 cm hingga 20 cm.
Setelah mendapatkan pengakuan itu, Anies mencoba mengorek informasi dari panitia MOS. "Apakah kalian para panitia MOS sudah membaca Permendikbud tentang aturan MOS?" tanya Anies. Ternyata, para panitia mengaku belum membacanya.
Kemudian, guru satu-satunya yang sudah berada di sekolahan pagi itu, juga belum membaca peraturan tersebut. "Jadi, kalian menjalankan MOS ini tanpa mengetahui aturannya. Sekarang copot semua atribut yang membuat orang menjadi malu itu," kata Anies lantas disambut sorak sorai peserta MOS.
Anies mengaku kecewa terhadap para jajaran guru karena tidak melakukan pendampingan pelaksanaan MOS. Bahkan, aturannya adalah, MOS itu menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru, bukan siswa kakak kelas.
Anies menegaskan jika MOS dilaksanakan menyimpang dari aturan, jabatan kepala sekolah menjadi taruhannya. Hingga selesai sidak, Kepala SMAN 2 Tangerang Tatang Murdio Hermanto belum tiba di sekolah. Anies lantas melanjutkan inspeksinya ke SMKN 4 Tangerang.(nal/wan/kim/jpnn/c)


sumber:radarbogor.id / Harian Radar Bogor Kamis 30 Juli 2015
Diubah oleh ellah30 30-07-2015 08:19
0
12.1K
Kutip
83
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan