Bulan Ramadhan selalu dipenuhi dengan kegiatan beribadah yang makin meningkat dan tingkat ke-khusyu-an yang semakin tinggi. Semua kalangan dan lokasi tidak bisa lepas komunikasi dengan Sang Pencipta. Sesuai fitrah-nya manusia tidak lepas dari komunikasi dengan siapapun. Sejumlah mitologi tradisional jawa, mengisahkan betapa ujung daun bisa komunikasi dengan cara menangis karena sedih. Bahkan remeh nasi dikisahkan suka menangis pula tersedu.
Kalau mukadimah undang-undang dasar mengatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, maka komunikasi adalah hak semua mahluk.
Tidak peduli kita berada di mana, baik di udara maupun di perut bumi sekalipun kita masih bisa melakukan komunikasi dengan Sang Pencipta. Seluruh pekerjaan yang kita tekuni selalu bisa menyisihkan waktu untuk tetap bisa beribadah.
Di daerah tambang pun, yang sudah berada ribuan meter di bawah perut bumi pun masih bisa melakukan komunikasi dengan Sang Pencipta. Seperti di daerah tambang Freeport, Papua terletak masjid yang bernama Baabul Munawwar. Masjid yang terletak di daerah pertambangan tepatnya di kedalaman 1.760 meter.
Spoiler for Masjid Perut Bumi:
Apa sih yang bisa membuat kita tenang dengan masalah duniawi? Ya jawabnya hanya, komunikasi transendental.
Komunikasi antara manusia dengan Tuhan Sang Pencipta.
