Kaskus

Entertainment

BiemzMRinfoAvatar border
TS
BiemzMRinfo
Jamu lokal yang Tembus Pasar Global
Jamu Lokal Tembus Pasar Global
Wednesday, 25 July 2012
Industri jamu Indonesia sangat potensial.Beberapa perusahaan jamu besar lokal pun tengah fokus berekspansi ke mancanegara.Potensi industri jamu Tanah Air amatlah besar,termasuk untuk berekspansi ke mancanegara.

Amatlah wajar,mengingat Indonesia sangat kaya dengan spesies tanaman obat.Setidaknya ada 40.000 spesies tanaman obat di dunia dengan 30.000 di antaranya tumbuh di Indonesia.“Atau nomor dua setelah Amazon,”kata Charles Saerang, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI).Tak kurang dari 95,6% masyarakat Indonesia dari total 250 juta jiwa,mengaku merasakan khasiat jamu,baik pria maupun wanita,anak-anak atau orang tua,penduduk yang tinggal di kota maupun di pedesaan.

Hal ini dibenarkan oleh Presiden Direktur PT Sinde Budi Sentosa Budi Yuwono Tjioe.Menurut dia,produk jamu dan sejenisnya masih potensial untuk dikembangkan.Industri jamu tercatat memiliki potensi pasar senilai Rp25 triliun per tahun. Berbanding lurus dengan ekspektasi pasar domestik dan internasional yang sangat besar terhadap jamu lokal.Di antara produk jamu, minuman larutan penyegar termasuk produk yang cukup menonjol di pasar. Konsumen minuman larutan penyegar ini pun bukan hanya dari kalangan menengah ke bawah, melainkan sudah merambah konsumen di kalangan atas.

Budi mengatakan,rata-rata pertumbuhan bisnis minuman penyegar sebesar 15% per tahun dengan market size mencapai Rp2 triliun secara keseluruhan.Pertumbuhan tersebut juga didukung dengan kapasitas mesin yang mampu memproduksi 86.000 kaleng per jam. “Potensi pasar larutan penyegar masih sangat besar.Kami optimistis, dengan rencana investasi menambah satu buah mesin produksi lagi, pertumbuhan Cap Badak juga akan mencapai 15%–20% pada tahun ini,” ujar Budi.

Wujud jamu tradisional kini pun sudah menjelma semakin modern mengikuti perkembangan zaman.Ini terlihat dari kemasan larutan penyegar yang berupa kaleng.Bahkan,PT Sinde berencana merilis kemasan dalam bentuk slim caneserta menghadirkan produk terbaru untuk kategori soft drink. Selain itu,tahun ini PT Sinde juga mulai merencanakan untuk ekspor ke luar negeri,salah satunya ke Vietnam.

Charles yang juga Dirut PT Nyonya Meneer menilai,pasar produk herbal atau jamu di Amerika dan Eropa masih dirajai Tiongkok sehingga Indonesia harus berani mencoba memasarkan ke negara lain, seperti Taiwan dan Afrika Selatan (Afsel) yang pasarnya masih terbuka.Dibeberkan Charles,sejumlah produk dari perusahaan jamu besar lokal memang sudah menembus pasar Amerika dan Eropa,tapi produk dari perusahaan lainnya masih terhambat.

Adapun produsen penghasil obat tradisional lainnya,PT Deltomed, sudah sejak lama mengekspor produknya ke Malaysia,Brunai,dan negara Arab.“Produk kami sudah dikenal di luar negeri dan selalu laris manis,”kata Presiden Direktur PT Deltomed Laboratories Nyoto Wardoyo. Sementara itu,Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif,dan Komplementer Kemkes Abidinsyah Siregar mengatakan,Indonesia sangat optimistis dengan perkembangan produk herbal Indonesia untuk menembus pasar internasional.

“Seperti kita tahu,Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang amat besar.Orang kita pun terbiasa memanfaatkan tanaman herbal ini. Kalau mau ditelusuri,karena Indonesia kaya dengan tanaman herbal sehingga bangsa asing dahulu akhirnya masuk ke Indonesia,” bebernya. Ya,segenap industri jamu Tanah Air memang sedang gencar menyosialisasikan produk jamu herbal Indonesia hingga ke pasar mancanegara.Contoh lain seperti yang dilakukan PT Sido Muncul.

Dalam pameran produk halal di Singapura beberapa bulan lalu,PT Sido Muncul mengklaim mendapat respons positif dari calon konsumen yang merupakan warga asing. Kampanye serupa juga dilakukan di Amerika Serikat,Arab Saudi, China,Hong Kong,Malaysia,dan Australia. Adapun Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Wahono Sumaryono memaparkan,transaksi perdagangan obat-obatan herbal di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini meningkat tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni dari Rp400 miliar menjadi Rp10 triliun.

“Untuk obat nonherbal, rata-rata kenaikan antara 11%–12%, sedangkan obat herbal mencapai 20% setiap tahun,”kata Wahono. Wahono mengatakan,pada 2011 transaksi perdagangan kimia sintetik mencapai Rp43 triliun, sedangkan industri obat herbal Rp10 triliun.“Melihat tren yang meningkat setiap tahun,saya yakin industri obat herbal akan melampaui industri obat kimia yang selama ini mendominasi obat-obatan di Tanah Air,”tandasnya. sri noviarni

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/514014/
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
1.5K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan