- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Rupiah terus keok dari dolar AS, Menko sebut bukan masalah besar ( for Panastak )


TS
madrid1981
Rupiah terus keok dari dolar AS, Menko sebut bukan masalah besar ( for Panastak )
Rupiah terus keok dari dolar AS, Menko sebut bukan masalah besar

Merdeka.com - Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Kamis (23/7), nilai tukar Rupiah berada di kisaran Rp 13.394 per dolar AS. Nilai ini terus melemah dari hari ke hari.
Meski demikian, pemerintah tetap tenang. Bahkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil melihat pelemahan masih bisa ditoleransi.
"Iklim yang kita ketahui, pasar yang seperti ini naik turunnya masih dalam batas wajar. Saya pikir tidak menjadi masalah yang besar," ujarnya di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (23/7).
Beberapa faktor yang diyakini jadi penyebab anjloknya nilai tukar Rupiah antara lain kondisi ekonomi Yunani, penurunan perekonomian China dan penguatan perekonomian Amerika. Pemerintah mengimbau masyarakat tak khawatir. Alasannya, Bank Indonesia terus memonitor pergerakan di pasar uang.
"Saya pikir masih (wajar), walaupun orang mengatakan 'under value'. Tetapi ini kan banyak faktor ketidakpastian. Misalnya, kondisi Amerika sudah semakin baik itu juga mempengaruhi juga dan pergerakan berbagai mata uang dunia," jelasnya.
Walaupun masih menganggap wajar, pemerintah mengaku melakukan pelbagai upaya untuk kembali memperkuat posisi Rupiah.
"Jadi saya pikir itu bukan masalah yang terlalu harus dibesar-besarkan," tutup Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era pemerintahan SBY ini.
Sebelumnya, Bank Indonesia mengklaim semua mata uang di dunia cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Dan, pelemahan rupiah terhadap mata uang Negeri Paman Sam itu bukanlah yang terburuk.
Meskipun kurs rupiah saat ini sudah di atas Rp 13.000 per USD. Namun, jika dihitung dari awal tahun hingga saat ini, rupiah hanya melemah 7,5 persen. Jauh lebih enteng ketimbang pelemahan real (Brasil) dan Lira (Turki) sebesar 11 persen hingga 14 persen.

Merdeka.com - Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Kamis (23/7), nilai tukar Rupiah berada di kisaran Rp 13.394 per dolar AS. Nilai ini terus melemah dari hari ke hari.
Meski demikian, pemerintah tetap tenang. Bahkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil melihat pelemahan masih bisa ditoleransi.
"Iklim yang kita ketahui, pasar yang seperti ini naik turunnya masih dalam batas wajar. Saya pikir tidak menjadi masalah yang besar," ujarnya di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (23/7).
Beberapa faktor yang diyakini jadi penyebab anjloknya nilai tukar Rupiah antara lain kondisi ekonomi Yunani, penurunan perekonomian China dan penguatan perekonomian Amerika. Pemerintah mengimbau masyarakat tak khawatir. Alasannya, Bank Indonesia terus memonitor pergerakan di pasar uang.
"Saya pikir masih (wajar), walaupun orang mengatakan 'under value'. Tetapi ini kan banyak faktor ketidakpastian. Misalnya, kondisi Amerika sudah semakin baik itu juga mempengaruhi juga dan pergerakan berbagai mata uang dunia," jelasnya.
Walaupun masih menganggap wajar, pemerintah mengaku melakukan pelbagai upaya untuk kembali memperkuat posisi Rupiah.
"Jadi saya pikir itu bukan masalah yang terlalu harus dibesar-besarkan," tutup Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era pemerintahan SBY ini.
Sebelumnya, Bank Indonesia mengklaim semua mata uang di dunia cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Dan, pelemahan rupiah terhadap mata uang Negeri Paman Sam itu bukanlah yang terburuk.
Meskipun kurs rupiah saat ini sudah di atas Rp 13.000 per USD. Namun, jika dihitung dari awal tahun hingga saat ini, rupiah hanya melemah 7,5 persen. Jauh lebih enteng ketimbang pelemahan real (Brasil) dan Lira (Turki) sebesar 11 persen hingga 14 persen.


tien212700 memberi reputasi
1
6.2K
120


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan