- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Buka Mata Agan, Masalah di Papua Bukan Hanya Pembakaran Saat Idul Fitri Saja!


TS
blueskywalker
Buka Mata Agan, Masalah di Papua Bukan Hanya Pembakaran Saat Idul Fitri Saja!
Quote:
Spoiler for cek repost:
Insya Allah nggak akan repost, tulisan di thread ini dibuat sendiri oleh ane, dengan data dan gambar yang dirangkum dari berbagai sumber.
Quote:
Alhamdulillah, thread ini jadi Top Thread di forum The Lounge (22 Juli 2015). Terimakasih untuk agan-aganwati Kaskuser semua. 

Spoiler for Top Thread:
Quote:
WARNING!
Quote:
Sepertinya banyak Kaskuser yang salah paham dengan maksud dan tujuan ane membuat thread ini. Ada yang bilang ane sekedar ingin mengalihkan isu, ada yang bilang ane mengajak kaskuser lain supaya tidak usah mempedulikan kasus di Tolikara, ada yang bilang harusnya ane menyalahkan pemerintahnya, dll. Sekali lagi, ane tegaskan, tujuan ane membuat thread ini semata-mata karena ane ingin agar banyak orang tahu bahwa masih banyak problematika di Papua yang juga perlu dan pantas disoroti juga diketahui selain kasus di Tolikara, syukur-syukur kalau bisa menambah wawasan agan.
Permasalahan-permasalahan yang ane sampaikan ini bahkan sudah ada jauh sebelum kasus di Tolikara. Di thread ini, fokus utama ane ya orang-orang yang pada heboh komentar ini-itu soal kasus pembakaran di Tolikara, namun saat isu-isu kemanusiaan lain diangkat ke media, hal itu hanya seperti angin lalu. Jadi fokus ane bukan di pemerintahnya. Ane yakin sudah terlalu banyak thread yang membahas Papua dengan fokus utama di pemerintahannya, jadi di sini ane coba ambil dari sudut pandang lain. Kasus rusuh saat Sholat Idul Fitri 1436 H di Tolikara memang bukan hal yang bisa dibenarkan, dan ane sendiri mengecam hal itu. Tapi, itu bukan alasan bagi kita semua untuk terus bungkam dan tidak tahu-menahu terhadap kasus-kasus lain yang sama memprihatinkannya di Papua.
Permasalahan-permasalahan yang ane sampaikan ini bahkan sudah ada jauh sebelum kasus di Tolikara. Di thread ini, fokus utama ane ya orang-orang yang pada heboh komentar ini-itu soal kasus pembakaran di Tolikara, namun saat isu-isu kemanusiaan lain diangkat ke media, hal itu hanya seperti angin lalu. Jadi fokus ane bukan di pemerintahnya. Ane yakin sudah terlalu banyak thread yang membahas Papua dengan fokus utama di pemerintahannya, jadi di sini ane coba ambil dari sudut pandang lain. Kasus rusuh saat Sholat Idul Fitri 1436 H di Tolikara memang bukan hal yang bisa dibenarkan, dan ane sendiri mengecam hal itu. Tapi, itu bukan alasan bagi kita semua untuk terus bungkam dan tidak tahu-menahu terhadap kasus-kasus lain yang sama memprihatinkannya di Papua.
Quote:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, selamat datang di thread ane.
kali ini ane akan membahas beberapa masalah serius yang ada di Papua. Sebelumnya, biar nggak dibilang ane sok tahu sama kondisi di sana, ada baiknya ane ceritakan sedikit tentang diri ane. Ane lahir dari keluarga Jawa di Merauke, Papua, kota paling timur Indonesia yang berbatasan dengan Papua Nugini. Mbah ane ikut program transmigrasi dari pulau Jawa ke Papua sekitar tahun 80-an, jadi ane dan tiga saudara ane yang lain lahir dan besar di Merauke. Ane menghabiskan 19 tahun hidup ane di kota kecil dan damai itu sebelum akhirnya merantau ke Jogja untuk kuliah.
Meskipun suku ane Jawa, ane bangga menjadikan Merauke dan Papua sebagai kampung halaman ane. Bagaimanapun di tanah Papualah ortu ane mencari makan, dan ane mulai belajar berbagai hal.
Cukup perkenalannya ya gan, kalau kepanjangan nanti agan keburu kabur karena bosan.



Cukup perkenalannya ya gan, kalau kepanjangan nanti agan keburu kabur karena bosan.

Mohon dibaca dengan perasaan dan logika
Quote:
RIBUT-RIBUT SOAL ISU AGAMA DI PAPUA, TAPI SAAT ISU KELAPARAN, WABAH PENYAKIT, PENDIDIKAN TERTINGGAL, KALIAN KEMANA?
Quote:
Adalah hal yang menarik ketika baru-baru ini kejadian rusuh saat umat Islam di Kabupaten Tolikara, Papua sedang melaksanakan sholat Idul Fitri 1436 H menuai banyak respon dari seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Dari mulai pakar terpelajar, sampai rakyat jelata biasa. Semua berlomba-lomba mengomentari fenomena ini. Ada yang menyayangkan, kebanyakan yang mengecam. Media sosial penuh link-link berisi berita dan opini soal kejadian ini. Beragam komentar dilantunkan di setiap barisnya. Ratusan tombol retweet dan share di-klik. Tak ketinggalan berbagai media massa berlomba-lomba memuat berita tentang perkembangannya terkini. Ada yang memang bisa dipertanggungjawabkan , netral, dan akurat, ada pula yang hanya berdasar pada sentimen dan fanatisme semata. Pokoknya semua orang peduli pada nasib kaum muslim yang teraniaya di Tolikara, titik.
Tapi, apakah respon-respon serupa juga terjadi saat isu-isu yang tidak kalah menyayat hati terjadi di pulau burung cendrawasih itu? Seperti isu-isu di bawah ini misalnya.
Tapi, apakah respon-respon serupa juga terjadi saat isu-isu yang tidak kalah menyayat hati terjadi di pulau burung cendrawasih itu? Seperti isu-isu di bawah ini misalnya.
Quote:
1. Penderita HIV/AIDS di Papua Mencapai 17.639 Orang
Spoiler for penderita HIV/Aids:
Data di atas langsung disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Silvanus A. Sumule, SpOG. Jumlah tersebut adalah jumlah yang sudah teridentifikasi, diperkirakan jumlah penderita yang belum teridentifikasi bisa mencapai lebih dari 7.000 orang. Dengan begitu, diperkirakan ada sekitar 25.000 orang di Papua yang tengah mengidap HIV/AIDS. Penyebab tingginya angka penderita HIV/AIDS ini 97,5% dikarenakan hubungan seks tidak sehat, dan 2% karena penularan virus dari Ibu ke bayinya. Fakta ini tentu bukan fakta yang biasa-biasa saja, bukan? Jumlah penderita yang mencapai 25.000 orang tentunya bukan jumlah yang sedikit dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk Papua yang mencapai 3.032.488 juta jiwa (data Badan Pusat Statistik 2013). Papua bahkan menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan jumlah penderita HIV/AIDS tertinggi di Indonesia, berikut tabelnya (Sumber data: Ditjen PP & PL Kemenkes RI 17 Oktober 2014, Edit terakhir: 18 November 2014).
Pemerintah memang telah menunjukkan aksi pedulinya dengan mensubsidi obat Antiretroviral (ARV) bagi penderita HIV/AIDS, tapi adakah masyarakat biasa diluar pemerintah dan anggota LSM atau organisasi tertentu yang vokal menyampaikan kepeduliannya terhadap fenomena ini di media sosial? Adakah orang-orang yang men-share berkoar-koar menunjukkan kepeduliannya terhadap saudara sesama bangsa dan negara kita tersebut di sosial media dengan tagar #SavePapua atau #SaveODHAPapua? Adakah? Anda sebagai orang yang melek teknologi pasti bisa menjawabnya sendiri. (Sumber bacaan: http://www.cenderawasihpos.com/index...detail&id=7601)
Quote:
2. Pendidikan yang Memprihatinkan
Spoiler for salah satu sekolah:
Gedung reyot, tenaga pengajar kurang, tidak tersedianya akses jalan yang memadai menuju sekolah, fasilitas yang jauh dibawah standar, kurangnya buku bacaan bagi siswa, adalah hal yang sampai saat ini masih menghantui wajah pendidikan di daerah Papua, terutama di daerah-daerah terpencil. Jumlah guru di Papua yang aktif mengajar sama sekali tidak sebanding dengan jumlah siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Berikut dapat dilihat perbandingan jumlah guru dan siswa yang diajar di Kabupaten Supiori, Papua (sumber data tertera).
[img]

[img]

Jumlah tersebut sudah termasuk guru-guru yang jarang datang mengajar. Jadi bukan hal aneh ketika seorang guru di pedalaman Papua harus mengajar enam kelas sekaligus atau seorang TNI yang menggantikan peran mengajar seorang guru (sumber bacaan: http://news.liputan6.com/read/828022...guru-di-papua,dan http://majalahselangkah.com/content/...rmutu-di-papua ).
Faktor yang menyebabkan kurangnya guru di Papua antara lain:
1. Guru yang tinggal di daerah kota harus melewati akses jalan yang sulit, seperti tebing-tebing, sungai, hutan, maupun rawa.
2. Tidak tersedianya fasilitas untuk mendukung guru di tempat dinasnya seperti rumah dinas yang dekat dengan sekolah tempat ia mengajar.
3. Guru yang telah mendapatkan SK mengajar cenderung malas jika ditempatkan di daerah terpencil karena fasilitas yang tidak bisa didapatkan seperti di kota.
4. Banyak guru yang tidak bertanggungjawab untuk datang ke sekolah pada jam mengajar.
Quote:
3. Banyak Daerah di Papua Masih Kekurangan Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis
Spoiler for salah satu puskesmas:
Pada tahun 2013, Papua kekurangan sekitar 16.000 tenaga medis, entah itu bidan, perawat, dokter, tenaga kesehatan masyarakat, dll (sumber bacaan: http://nasional.tempo.co/read/news/2...naga-kesehatan), begitupula dengan jumlah puskesmas maupun rumah sakit. Ada 4.000 kampung di Papua, namun hanya sekitar 1.100 kampung yang memiliki sarana dan tenaga kesehatan yang memadai (sumber bacaan: http://nasional.tempo.co/read/news/2...tugas-di-papua). Dari 440 distrik di Papua, ada 46 distrik di Papua yang belum memiliki puskesmas. Padahal peran Puskesmas sebagai tempat layanan kesehatan sangat penting di Papua, mengingat jumlah rumah sakit di sana juga terbatas. Mungkin sebagian besar akan berpikir ini permasalahan sepele karena toh di distrik tetangga ada puskesmas, kan? Ya, tapi dengan akses jalan yang harus melewati tebing, hutan, rawa, dll, apakah ini masih jadi masalah yang sepele?
Kurangnya tenaga medis dan sulitnya akses ke pusat kesehatan juga yang mengakibatkan tingginya angka kematian bagi Ibu Hamil yang ingin melahirkan. Pada tahun 2013, sebanyak 320 dari 100 ribu ibu melahirkan meninggal di Papua. Angka ini bahkan lebih besar dari rata-rata nasional yaitu 228 per 100 rbu ibu melahirkan di Indonesia. (sumber bacaan: http://www.merdeka.com/uang/basuki-i...-di-jalan.html dan http://nasional.tempo.co/read/news/2...tian-ibu-papua ).
Quote:
4. Anak-Anak Di Kabupaten Puncak Kelaparan
Spoiler for hasil kebun gagal panen:
Sudah sebulan lebih 3 kampung di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua dilanda hujan es. Fenomena ini menyebabkan gagalnya panen hasil kebun dan matinya ternak-ternak warga. Hal ini menyebabkan daerah tersebut terancam kelaparan. Suhu yang dihasilkan juga terlampau ekstrem, di malam hari, suhu dapat mencapat 3 derajat celcius saja, sementara di siang hari mencapai 10-13 derajat celcius. Ketiga kampung yang letaknya di ketinggian 2.300 mdpl ini menyebabkan kurangnya jumlah oksigen. Selain itu, di daerah ini juga tidak terdapat listrik dan sinyal untuk berkomunikasi. Bantuan makanan berdatangan dari pemerintah kabupaten, Kementrian Sosial, juga dari PT Freeport yang mencapai 3,3 ton.
Ironisnya, meski sudah dimuat di beberapa media, adakah masyarakat yang terlihat peduli pada musibah ini? Lebih sederhana lagi, adakah masyarakat yang bahkan tahu bahwa saudara sebangsanya kini tengah berjuang bertahan dari kelaparan, dinginnya hujan es dan sesaknya bernapas di Distrik Agandume, Puncak, Papua? Sekali lagi, kita semua tahu jawaban dari pertanyaan ini. (sumber bacaan: http://news.liputan6.com/read/227206...erajat-celsiusdan http://bisnis.tempo.co/read/news/201...antuan-makanan ).
Quote:
5. Harga Sembako dan Barang-Barang Melambung Tinggi
Spoiler for sembako:
Suara jeritan masyarakat di Kabupaten Puncak soal melambungnya harga barang-barang seakan tidak sampai ke masyarakat Indonesia di daerah lain. Di kabupaten tersebut, harga BBM jenis premium mencapai Rp. 50.000,- per liter, bandingkan dengan di daerah lain yang bisa didapatkan dengan harga Rp. 6000-7000 per liter. Bukan hanya harga bahan bakar, semen yang pada umumnya dijual dengan harga Rp. 60.000,-, di Kabupaten Puncak, jangan kaget ketika mendapati harga semen per saknya mencapai 1,5-2 juta rupiah. Di kabupaten tersebut, dengan uang 50 ribu, anda hanya akan mendapatkan minyak goreng sebanyak 1 liter. Harga sembako yang lain pun dibrendol dengan harga yang kalau di Pulau Jawa mungkin seluruh masyarakat sudah tumpah ruah di jalan dan melakukan aksi demo. Air mineral kemasan yang kecil Rp 15 ribu, ukuran sedang Rp 25 ribu, dan yang besar Rp 60 ribu.
Ayam 1 ekor Rp 90 ribu, telur Rp 5 ribu per butir, ikan lema Rp 70 ribu per kilogram. Gula pasir Rp 30 ribu per 6 ons, dan beras Bulog Rp 500 ribu per 15 kilogram.
Melonjaknya harga barang di sana disebabkan karena mahalnya biaya angkut. Sembako yang dijual dipasok menggunakan pesawat perintis dari Bandara Mozes Kilangin, Timika. Keterisolasian daerah karena infrastruktur transportasi buruk jadi kendala utama. Harga-harga kebutuhan pokok sangat mahal, sedangkan daya beli masyarakat sangat rendah.
(Sumber bacaan: http://news.detik.com/berita/2833414...bisa-dapat-apadan http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...k.Jokowi.Kaget ).
Quote:
Inilah segelintir kenyataan pahit di Papua. Permasalahan di Papua lebih kompleks, bukan hanya kasus pembakaran saat Idul Fitri di Kabupaten Tolikara saja. Namun entah mengapa ketika masalah yang terjadi di sana menyangkut soal agama, masyarakat Indonesia ramai berkoar, sibuk mengomentari, rajin menyebarkan, dan asyik membawakan pendapat. Seakan yang menghubungkan Papua dengan Indonesia adalah agama saja. Dengan dalih membela umat yang seagama, borok-borok lain di Papua seakan terlupakan. Seakan hanya angin lalu yang tidak perlu dibesar-besarkan. Sungguh miris.
Saya di sini tidak bermaksud mengecam atau mengajak pembaca untuk tidak usah memikirkan tragedi di Tolikara. Saya malah bersyukur dapat melihat ternyata masyarakat Indonesia di luar Pulau Cendrawasih ini masih memiliki kepedulian terhadap sebuah tragedi di Papua. Hanya, bukankah akan lebih baik jika kita dapat mengetahui dan menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan lain yang sampai saat ini masih menghantui saudara-saudara kita di Papua, terlepas dari apakah permasalahan tersebut menyangkut soal agama atau bukan.
Papua sangat rindu kepedulian warna negara Indonesia yang lain, bukan hanya kepedulian pemerintah. Sudah sebaiknya sebagai saudara satu bangsa, negara, dan tanah air, kita lebih mawas diri dan membuka mata terhadap musibah lain yang dialami warga Papua, bahkan daerah lain yang kondisinya sama memprihatinkannya dengan Papua. Kita tidak perlu datang langsung ke sana untuk menjadi guru atau menyumbangkan beras, syukur-syukur kalau memang bisa. Kita hanya perlu sadar, jangan apatis, dan merangkul mereka. Jika ada sebuah berita nyata seperti poin-poin di atas, bantulah disebarkan. Jika ada orang Papua di sekitar anda, entah di lingkungan sekolah atau tempat kerja, jangan diskriminasi dia. Karena yakinlah bahwa dia sedang berusaha memperbaiki daerahnya dengan ilmu maupun pekerjaannya.
Saya di sini tidak bermaksud mengecam atau mengajak pembaca untuk tidak usah memikirkan tragedi di Tolikara. Saya malah bersyukur dapat melihat ternyata masyarakat Indonesia di luar Pulau Cendrawasih ini masih memiliki kepedulian terhadap sebuah tragedi di Papua. Hanya, bukankah akan lebih baik jika kita dapat mengetahui dan menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan lain yang sampai saat ini masih menghantui saudara-saudara kita di Papua, terlepas dari apakah permasalahan tersebut menyangkut soal agama atau bukan.
Papua sangat rindu kepedulian warna negara Indonesia yang lain, bukan hanya kepedulian pemerintah. Sudah sebaiknya sebagai saudara satu bangsa, negara, dan tanah air, kita lebih mawas diri dan membuka mata terhadap musibah lain yang dialami warga Papua, bahkan daerah lain yang kondisinya sama memprihatinkannya dengan Papua. Kita tidak perlu datang langsung ke sana untuk menjadi guru atau menyumbangkan beras, syukur-syukur kalau memang bisa. Kita hanya perlu sadar, jangan apatis, dan merangkul mereka. Jika ada sebuah berita nyata seperti poin-poin di atas, bantulah disebarkan. Jika ada orang Papua di sekitar anda, entah di lingkungan sekolah atau tempat kerja, jangan diskriminasi dia. Karena yakinlah bahwa dia sedang berusaha memperbaiki daerahnya dengan ilmu maupun pekerjaannya.
Quote:
Silakan dibuffer untuk mengetahui bagaimana kondisi di sana gan. 

Quote:
“Papua adalah raksasa yang sedang tertidur, hanya tinggal tunggu untuk dibangunkan. Dan yang akan membangunkannya adalah generasi-generasi kita.”–Yohana Yambise, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak-

Quote:
Demikian thread ane. Sekali lagi, ane di sini tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu atau memprovokasi. Tujuan ane hanya mengingatkan dan membuka mata agan-aganwati semua, bahwa masih banyak permasalahan di Papua yang juga perlu disoroti dan diketahui oleh kita, saudara mereka sebangsa dan setanah air.
Ane tidak mengharapkan agan untuk memberikan ane cendol (apalagi bata
), karena bagi ane ketika agan memberikan ane reputasi, berarti thread ane berhasil menggerakkan hati agan.
Yang lebih ane butuhkan adalah komentar, saran, dan kritikan agan. Dengan begitu ane bisa tahu bahwa masih banyak orang yang peduli dengan Papua.
Dan kalau suka sama thread ane boleh dong di-rate
gan.






Quote:
Sumber tulisan: ditulis oleh TS sendiri
Sumber gambar: diambil dari Google dan link yang bersangkutan
Sumber data: tertera
Quote:
Terimakasih banyak untuk agan-aganwati semua yang sudah bersedia membagikan cendol dan abu gosoknya ke ane. 

Spoiler for reputasi:
Quote:
Kaskuser yang baik selalu meninggalkanJEJAK

Diubah oleh blueskywalker 23-07-2015 01:55
0
45.9K
Kutip
424
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan