Berbagi informasi dan data:
1. Ternyata di Tolikara, konflik dimulai tanggal 9 Juli 2015 dan 2 hari sebelum Idul Fitri, tepatnya tanggal 15 Juli 2015 jam 05.00 WIT (alias jam 3 pagi waktu Jakarta/WIB) acara bakar hanoi (rumah) dan puskesmas dimulai.

Beritanya sendiri sudah masuk ke redaksi kompas dan dipublish di regional.kompas.com hari Kamis tanggal 16 Juli 2015 jam 00.50 WIB
(Tepat 1 hari sebelum Idul Fitri)
Bisa dilihat disini:
http://regional.kompas.com/read/2015...bakar.di.Papua


2. Jika dilihat dari sisi toleransi sebenarnya sudah sangat ideal.

a. Disatu sisi penduduknya menghargai sesamanya.
Kutipannya:
Apalagi selama ini toleransi antar umat beragama di kota yang genap berusia 13 tahun pada 30 Juni 2015 itu cukup baik.
Hal itu dikatakan oleh seorang tokoh muslim di Tolikara Haji Ali Muhtar. Selama 9 tahun menjadi minoritas di Tolikara, umat muslim merasa aman.
Umat muslim di Tolikara bisa dengan leluasa beribadah, termasuk saat menggelar Salat Idul Fitri maupun Idul Adha. "Kami selama sembilan tahun di sini (merasa) aman," kata Haji Ali kepada wartawan di Karubaga, Tolikara, Papua, Sabtu (18/7/2015).

b. Disisi lain, umat muslimnya juga bertoleransi banget.
Kutipannya:
Haji Ali mengaku baru kali ini saja terjadi penyerangan saat umat muslim menggelar Salat Id. Itu pun terjadi karena adanya kesalahpahaman. Dia mengaku, umat muslim tidak mengetahui adanya surat edaran himbauan agar menggelar Salat Id di Musala, bukan di lapangan terbuka.
Apabila surat edaran itu sampai ke dia, Haji Ali sebagai tokoh muslim di Tolikara mengaku akan melaksanakan. "Ada surat edaran larangan melakukan Salat Id dilapangan, tapi surat itu tidak ada kami terima. Kalau memang ada surat seperti itu harusnya disampaikan secara tertulis kepada kami. Kalau memang ada surat seperti itu kami akan laksanakan. Tapi kami tidak ada menerima," kata Haji Ali.

Semua sumber poin 2 dari sini:
http://news.detik.com/read/2015/07/1...i-aman-di-sini


3. Selanjutnya ada sebuah statement menarik dari surat dari GIDI:
"GIDI Wilayah Toli, selalu melarang Agama lain dan gereja Denominasi lain tidak boleh mendirikan tempat-tempat Ibadah di Wilayah Kabupaten Tolikara. Dan Gereja adven di Distrik Paido kami sudah tutup dan umat Gereja Adven bergabung dengan GIDI."

Penutupan Gereja oleh orang yang mengakunya .......
Saya rasa saudara-saudara yang kristen bisa memahami perasaan saudara yang muslim yang menjadi korban, karena sama saudara yang kristen aja sikapnya kaya gini...

Sumbernya?
Udah banyak media yang posting suratnya, cari sendiri ya...
Klo diposting disini juga ntar kepanjangan...


4. Kerugian yang timbul akibat konflik ini:
a. Hilangnya nyawa manusia;

b. Rusaknya tempat ibadah;

c. Hilangnya rasa nyaman dan kesempatan untuk melaksanakan ibadah;

d. Tercorengnya toleransi di Tolikara yang sudah (minimal) 9 tahun tidak ada konflik terkait pelaksanaan perayaan hari raya keagamaan;

e. Saling menfitnah dan menyalah2kan antar sesama umat beragama;

f. Terancamnya kerukunan di bagian Indonesia yang lain (selain Papua, diluar Tolikara);

e. Dan terlalu banyak kerugian lain yang tidak dapat ditulisakan disini tapi dapat kita rasakan sebagai bangsa indonesia.

Pada poin 4 ini saya sengaja tidak spesifik menyebutkan kelompok tertentu, karena tidak mau ada yang merasa lebih menderita dari saudaranya.
Karena pada dasarnya kita semua sebagai Bangsa Indonesia yang menderita kerugian itu semua tanpa terkecuali.


Klo diatas tadi saya berbagi informasi dan sumber data, selanjutnya hanya pandangan pribadi saja:
Dibalik ini semua, saya percaya masih banyak Pemuda dan Pemudi Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan kerukunan dan toleransi yang sudah diwariskan turun-temurun.

Biasanya jika ada salah satu anggota badan yang terluka atau infeksi, maka bagian tubuh lain menjadi lebih sensitif, jadi pesan saya hanya satu:
Jika pernyataan anda bisa menyakiti saudara anda, mohon disimpan saja.