- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
GILA!! Mesjid wamena dibakar oleh pemuda kristen papua #savemuslimpapua


TS
qwackorama
GILA!! Mesjid wamena dibakar oleh pemuda kristen papua #savemuslimpapua
Spoiler for berita:
Solopos.com, TOLIKARA – Kerusuhan pecah di Kabupaten Tolikara, Papua, sejak Kamis (17/7/2015). Sebuah masjid dilempari dan dibakar saat perayaan Idulfitri, Jumat (17/7/2015) 07.00 WIT.
Dilaporkan MetroTV, Jumat, pembakaran itu terjadi saat Umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.
Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mutaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Mereka juga membakar rumah ibadah tersebut. Selain musala, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu.
Hingga berita ini dimuat, polisi dan TNI berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian. Petugas gabungan mengantisipasi kerusuhan berlanjut. Alasan pengrusakan dan pembakaran tersebut pun belum diketahui. Belum ada pula keterangan resmi dari aparat setempat.
Dilaporkan MetroTV, Jumat, pembakaran itu terjadi saat Umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.
Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mutaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Mereka juga membakar rumah ibadah tersebut. Selain musala, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu.
Hingga berita ini dimuat, polisi dan TNI berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian. Petugas gabungan mengantisipasi kerusuhan berlanjut. Alasan pengrusakan dan pembakaran tersebut pun belum diketahui. Belum ada pula keterangan resmi dari aparat setempat.
Spoiler for foto kejadian:


kacau banget nih, masa sampai bakar-bakaran segala, dasar ekstrimis gila!!
beredar juga, surat edaran dari pemuda gereja Injili di Indonesia
Spoiler for surat larangan umat muslim:
Surat tertanggal 11 Juli 2015 itu berisi pemberitahuan jika di Kabupaten Tolikara ada kegiatan seminar dan KKR Pemuda GIDI tingkat internasional pada 13 sampai 19 Juli 2015.
Badan Pekerja GIDI pun meminta umat Islam membatalkan dan menunda semua kegiatan yang mengundang umat besar, termasuk Idul Fitri.
Ada tiga poin permintaan Badan Pekerja GIDI itu. Pertama, tidak mengizinkan perayaan Idul Fitri pada 17 Juli 2015 di wilayah Tolikara. Kedua, jika umat Islam akan merayakan Idul Fitri harus dilaksanakan di luar wilayah Kabupaten Tolikara. Ketiga, melarang wanita muslim menggunakan jilbab saat kegiatan GIDI berlangsung.
Surat ini ditandatangai ketua GIDI Navus Wenda dan sekretaris Marten Jingga. Surat ini ditembuskan ke Bupati Kabupaten Tolikara, Ketua DPRD, kapolres, dan Danramil setempat.
Badan Pekerja GIDI pun meminta umat Islam membatalkan dan menunda semua kegiatan yang mengundang umat besar, termasuk Idul Fitri.
Ada tiga poin permintaan Badan Pekerja GIDI itu. Pertama, tidak mengizinkan perayaan Idul Fitri pada 17 Juli 2015 di wilayah Tolikara. Kedua, jika umat Islam akan merayakan Idul Fitri harus dilaksanakan di luar wilayah Kabupaten Tolikara. Ketiga, melarang wanita muslim menggunakan jilbab saat kegiatan GIDI berlangsung.
Surat ini ditandatangai ketua GIDI Navus Wenda dan sekretaris Marten Jingga. Surat ini ditembuskan ke Bupati Kabupaten Tolikara, Ketua DPRD, kapolres, dan Danramil setempat.
Spoiler for bukti surat:

***update 1***
Spoiler for masuk ke metrotv:
Metrotvnews.com, Tolikara: Kekacauan terjadi pada pelaksanaan salat Idul Fitri 1436 Hijriah di Kabupaten Tolikara, Papua. Sebuah musala dilempar dan dibakar. Warga setempat jadi ketakutan.
Peristiwa itu terjadi sekira pukul 07.00 WIT, Jumat 17 Juli. Umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.
Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mutaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Mereka juga membakar rumah ibadah tersebut. Selain musala, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu.
Hingga berita ini dimuat, polisi dan TNI berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian. Petugas gabungan mengantisipasi kerusuhan berlanjut. Alasan pengrusakan dan pembakaran tersebut pun belum diketahui. Belum ada pula keterangan resmi dari aparat setempat.
RRN
Peristiwa itu terjadi sekira pukul 07.00 WIT, Jumat 17 Juli. Umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.
Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mutaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Mereka juga membakar rumah ibadah tersebut. Selain musala, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu.
Hingga berita ini dimuat, polisi dan TNI berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian. Petugas gabungan mengantisipasi kerusuhan berlanjut. Alasan pengrusakan dan pembakaran tersebut pun belum diketahui. Belum ada pula keterangan resmi dari aparat setempat.
RRN
***update 2***
Spoiler for pelaku diidentifikasi!!:
pelaku sudah diidentifikasi kepolisian dan TNIvideo metro tv
atau link
http://video.metrotvnews.com/play/20...diidentifikasi
atau link
http://video.metrotvnews.com/play/20...diidentifikasi
***update 3***
Spoiler for jawaban dari pemerintah:
Metrotvnews.com, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyesalkan aksi pembakaran musala di Kabupaten Tolikara, Papua. Ia berharap polisi bisa segera menyelesaikan masalah ini.
"Saya menyesalkan kejadiannya. Saya yakin kepolisian setempat bisa menyelesaikan dengan baik," kata JK seusai shalat Jumat di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (17/7/2015)
Menurut JK, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 07.00 WIT itu dikarenakan kesalahpahaman warga muslim dan nonmuslim. Dua kelompok sama-sama menggelar acara di tempat yang berdekatan dengan menggunakan pengeras suara atau speaker.
"Ada dua acara berdekatan di situ, ada acara Idul Fitri di sana dan ada acara gereja juga. Memang asal muasal soal speaker itu," ungkap dia.
JK pun berpesan agar kedua pihak saling menahan diri dan saling meningkatkan rasa toleransi. "Mestinya dua-duanya menahan diri. Yang mempunyai acara lain juga harus memahami. Saling memahamilah masalah itu," pungkas dia.
Umat Islam di Tolikara, Papua, melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702/JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.
Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Satu jam kemudian, orang-orang itu melempari dan membakar Musala Baitul Mutaqin. Enam rumah dan 11 kios juga jadi sasaran emosi orang-orang tersebut.
TRK
"Saya menyesalkan kejadiannya. Saya yakin kepolisian setempat bisa menyelesaikan dengan baik," kata JK seusai shalat Jumat di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (17/7/2015)
Menurut JK, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 07.00 WIT itu dikarenakan kesalahpahaman warga muslim dan nonmuslim. Dua kelompok sama-sama menggelar acara di tempat yang berdekatan dengan menggunakan pengeras suara atau speaker.
"Ada dua acara berdekatan di situ, ada acara Idul Fitri di sana dan ada acara gereja juga. Memang asal muasal soal speaker itu," ungkap dia.
JK pun berpesan agar kedua pihak saling menahan diri dan saling meningkatkan rasa toleransi. "Mestinya dua-duanya menahan diri. Yang mempunyai acara lain juga harus memahami. Saling memahamilah masalah itu," pungkas dia.
Umat Islam di Tolikara, Papua, melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702/JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.
Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Satu jam kemudian, orang-orang itu melempari dan membakar Musala Baitul Mutaqin. Enam rumah dan 11 kios juga jadi sasaran emosi orang-orang tersebut.
TRK
***update 4***
Spoiler for masuk ke berita satu:
Nih berita nya di tv.

komentar TS : memang kacau nih ektremis gila! mudah mudahan ditangkap semuanya sama pemerintah
***update 5***
Spoiler for sudah masuk berita internasional:
JAKARTA, July 17 (Xinhua) -- A violent mob from a Christian congregation dismissed a Muslim rite of Eid prayer in Tolikara regency in Indonesia's easternmost province of Papua on Friday morning, arson a mosque and set ablaze public houses and kiosks.
The violence that was carried out by violent mob from Indonesian Bible Church (GIDI) congregation dispersed the Muslims who were in the middle of the prayer, forced them to seek refuge to a military compound to avoid violent act from the mob.
Papua Police headquarters Spokesperson Rudolf Patrice Renwarin said that the violence occurred at 7:00 a.m. local time.
"The mob repeatedly shouted out to forbid the conduction of the Eid prayer in Tolikara," he was quoted by a local media as saying.
He added that it made the Muslims stopped their prayer and sought refuge to the military compound located nearby the scene.
However, an hour later, the violent mob comprised of hundreds of people started to hurl stones to a mosque and eventually set fires on it along with eleven kiosks and six public houses in the location.
The violent mob finally dismissed themselves after police and military personnel made warning shots with their rifles into the air. Rudolf said that the situation in the regency was now under control.
He said that no one was hurt in the event, while losses from the arson were still being calculated at the moment.
Responding to the religious violence in Tolikara, Indonesian Vice President Jusuf Kalla regretted it, calling on Muslims and Christianity followers in other regions to restrain themselves.
"We truly regret the occurrence of such an incident. I believe that police and local administrators are capable to settle this problem well," Jusuf said in his office here later in the day.
Citing to reports that he has received, Jusuf said that the violence was sparked by the loudness of sound enhancers operated by the two groups who conducted their respective events in locations that were considerably close to each other.
"It was incited by the sound enhancers. It probably needs a better communication measures to hold such events," the vice president said.
Meanwhile, at a different occasion, Indonesian Police Chief General Badrodin Haiti said that police would not deploy more personnel to Papua in dealing with this issue.
"Each group was expected to make peace. If considered necessary, it can be conducted with the help of regional figures so as to reach mutual solution to settle this issue," Badrodin said later in the day.
Copyright2015 Xinhua News Agency
The violence that was carried out by violent mob from Indonesian Bible Church (GIDI) congregation dispersed the Muslims who were in the middle of the prayer, forced them to seek refuge to a military compound to avoid violent act from the mob.
Papua Police headquarters Spokesperson Rudolf Patrice Renwarin said that the violence occurred at 7:00 a.m. local time.
"The mob repeatedly shouted out to forbid the conduction of the Eid prayer in Tolikara," he was quoted by a local media as saying.
He added that it made the Muslims stopped their prayer and sought refuge to the military compound located nearby the scene.
However, an hour later, the violent mob comprised of hundreds of people started to hurl stones to a mosque and eventually set fires on it along with eleven kiosks and six public houses in the location.
The violent mob finally dismissed themselves after police and military personnel made warning shots with their rifles into the air. Rudolf said that the situation in the regency was now under control.
He said that no one was hurt in the event, while losses from the arson were still being calculated at the moment.
Responding to the religious violence in Tolikara, Indonesian Vice President Jusuf Kalla regretted it, calling on Muslims and Christianity followers in other regions to restrain themselves.
"We truly regret the occurrence of such an incident. I believe that police and local administrators are capable to settle this problem well," Jusuf said in his office here later in the day.
Citing to reports that he has received, Jusuf said that the violence was sparked by the loudness of sound enhancers operated by the two groups who conducted their respective events in locations that were considerably close to each other.
"It was incited by the sound enhancers. It probably needs a better communication measures to hold such events," the vice president said.
Meanwhile, at a different occasion, Indonesian Police Chief General Badrodin Haiti said that police would not deploy more personnel to Papua in dealing with this issue.
"Each group was expected to make peace. If considered necessary, it can be conducted with the help of regional figures so as to reach mutual solution to settle this issue," Badrodin said later in the day.
Copyright2015 Xinhua News Agency
***update 6***
Spoiler for pemerintah meminta maaf:
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Agama cepat merespons kericuhan di Papua berlatar agama yang menyebabkan satu masjid di Karubaga, ibu kota Tolikara, Papua, terbakar pagi ini.
Terkait hal itu, Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama, Oditha R Hutabarat, menyatakan, pihaknya telah menghubungi ketua Sinode Gereja Injil di Indonesia (GIDI) untuk meminta keterangan sekaligus meminta mereka menyampaikan permohonan maaf.
"Saya telah menghubungi ketua Sinode GIDI agar segera membuat surat penjelasan kronologis kejadian sekaligus pernyataan permohonan maaf kepada umat Islam Indonesia terkait dengan peristiwa itu," kata Hutabarat, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, ketua Sinode GIDI akan membuat surat tersebut dan mengirimkannya lewat surat elektronika.
Selanjutnya, Hutabarat menghubungi Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) di mana GIDI berafiliasi. PGLII diminta agar bisa bersama-sama menempuh langkah-langkah strategis menyikapi persitiwa itu.
Rencananya, besok (18/7), Hutabarat bersama pengurus Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia akan mengadakan konferensi pers di Kantor Pusat PGI, Jakarta, untuk memberikan penjelasan sekaligus menyampaikan permohonan maaf kepada umat Islam.
Hutabarat menegaska, umat Kristen sangat prihatin atas penundaan shalat Ied dan pembakaran rumah ibadah di Tolikara, Papua itu.
Dia juga prihatin karena insiden justru terjadi pada saat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, yang merupakan hari kemenangan bagi umat muslim.
"Atas nama pemerintah kami mohon maaf atas peristiwa yg melukai hati umat muslim yang adalah saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air. Kami berharap agar masalah ini dapat diselesaikan sesuai peraturan perundangan berlaku," katanya.
Terkait hal itu, Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama, Oditha R Hutabarat, menyatakan, pihaknya telah menghubungi ketua Sinode Gereja Injil di Indonesia (GIDI) untuk meminta keterangan sekaligus meminta mereka menyampaikan permohonan maaf.
"Saya telah menghubungi ketua Sinode GIDI agar segera membuat surat penjelasan kronologis kejadian sekaligus pernyataan permohonan maaf kepada umat Islam Indonesia terkait dengan peristiwa itu," kata Hutabarat, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, ketua Sinode GIDI akan membuat surat tersebut dan mengirimkannya lewat surat elektronika.
Selanjutnya, Hutabarat menghubungi Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) di mana GIDI berafiliasi. PGLII diminta agar bisa bersama-sama menempuh langkah-langkah strategis menyikapi persitiwa itu.
Rencananya, besok (18/7), Hutabarat bersama pengurus Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia akan mengadakan konferensi pers di Kantor Pusat PGI, Jakarta, untuk memberikan penjelasan sekaligus menyampaikan permohonan maaf kepada umat Islam.
Hutabarat menegaska, umat Kristen sangat prihatin atas penundaan shalat Ied dan pembakaran rumah ibadah di Tolikara, Papua itu.
Dia juga prihatin karena insiden justru terjadi pada saat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, yang merupakan hari kemenangan bagi umat muslim.
"Atas nama pemerintah kami mohon maaf atas peristiwa yg melukai hati umat muslim yang adalah saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air. Kami berharap agar masalah ini dapat diselesaikan sesuai peraturan perundangan berlaku," katanya.
***update 7*** (18 juli 2015 pukul 11.03)
Spoiler for kronologi pembakaran:
Merdeka.com - Sejumlah pihak menyayangkan insiden pembakaran musala Baitul Mutaqin di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua. Pejabat negara dan tokoh nasional ramai-ramai mengimbau agar rakyat Indonesia, khususnya warga Papua, menahan diri dan tidak terpancing berbuat anarkis dalam menanggapi insiden tersebut.
Sumber kepolisian menyebutkan, insiden itu terjadi sekitar pukul 07.00 WIT di mana saat itu tengah berlangsung salat Idul Fitri 1436 H di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara. Salat Id dipimpin Ustaz Junaedi. Di saat bersamaan Jemaat Gidi sedang melaksanakan seminar internasional dipimpin Pdt. Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo (Korlap).
Dari sumber kepolisian, Merdeka.com merangkum detik-detik insiden di bumi cenderawasih. Berikut paparannya:
1. Pukul 07.00 WIT saat Jamaah muslim akan memulai Salat Id di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga, Pdt. Marthen Jingga dan sdr. Harianto Wanimbo menggunakan megaphone berorasi meminta tidak melaksanakan Salat Id di ruang terbuka.
2. Pukul 07.05 WIT, saat memasuki Takbir ke 7 Salat Id, sekelompok massa dari Pdt. Marthen Jingga dan sdr. Harianto Wanimbo mulai berdatangan dan melakukan aksi pelemparan batu dari bandara Karubaga dan luar lapangan Makoramil 1702-11/karubaga. Mereka meminta kegiatan Salat Id dihentikan. Terjadi kepanikan jamaah yang melaksanakan Salat Id.
3. Pukul 07.10 WIT massa mulai aksi pelemparan batu dan perusakan kios yang berada di dekat musala baitul mutaqin.
4. Pukul 07.20 WIT aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan mengeluarkan tembakan. Namun massa semakin bertambah dan melakukan pelemparan batu kepada aparat keamanan.
5. Pukul 07.52 WIT massa yang merasa terancam dengan tembakan peringatan dari aparat keamanan melakukan aksi pembakaran kios yang berada di dekat masjid.
6.Pukul 08.30 WIT api yang sudah membesar merambat ke masjid.
7. Pukul 08.53 WIT bangunan kios-kios dan masjid rata terbakar.
8. Pukul 09.10 WIT massa kembali berkumpul di ujung bandara karubaga.
Sumber kepolisian menyebutkan, insiden itu terjadi sekitar pukul 07.00 WIT di mana saat itu tengah berlangsung salat Idul Fitri 1436 H di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara. Salat Id dipimpin Ustaz Junaedi. Di saat bersamaan Jemaat Gidi sedang melaksanakan seminar internasional dipimpin Pdt. Marthen Jingga dan Harianto Wanimbo (Korlap).
Dari sumber kepolisian, Merdeka.com merangkum detik-detik insiden di bumi cenderawasih. Berikut paparannya:
1. Pukul 07.00 WIT saat Jamaah muslim akan memulai Salat Id di lapangan Makoramil 1702-11/Karubaga, Pdt. Marthen Jingga dan sdr. Harianto Wanimbo menggunakan megaphone berorasi meminta tidak melaksanakan Salat Id di ruang terbuka.
2. Pukul 07.05 WIT, saat memasuki Takbir ke 7 Salat Id, sekelompok massa dari Pdt. Marthen Jingga dan sdr. Harianto Wanimbo mulai berdatangan dan melakukan aksi pelemparan batu dari bandara Karubaga dan luar lapangan Makoramil 1702-11/karubaga. Mereka meminta kegiatan Salat Id dihentikan. Terjadi kepanikan jamaah yang melaksanakan Salat Id.
3. Pukul 07.10 WIT massa mulai aksi pelemparan batu dan perusakan kios yang berada di dekat musala baitul mutaqin.
4. Pukul 07.20 WIT aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan mengeluarkan tembakan. Namun massa semakin bertambah dan melakukan pelemparan batu kepada aparat keamanan.
5. Pukul 07.52 WIT massa yang merasa terancam dengan tembakan peringatan dari aparat keamanan melakukan aksi pembakaran kios yang berada di dekat masjid.
6.Pukul 08.30 WIT api yang sudah membesar merambat ke masjid.
7. Pukul 08.53 WIT bangunan kios-kios dan masjid rata terbakar.
8. Pukul 09.10 WIT massa kembali berkumpul di ujung bandara karubaga.
***update 8*** 18 juli, pukul 13.51
Spoiler for presiden jokowi, meminta maaf:
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta maaf atas peristiwa di Tolikara, Papua, yang terjadi tepat pada saat hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Jumat (17/7/2015). Dalam kerusuhan tersebut, terjadi pembakaran rumah, kios, dan mushala.
"Saya atas nama lembaga masyarakat adat Papua dan atas nama Presiden RI, memohon maaf kepada seluruh masyarakat Muslim di seluruh Indonesia atas musibah di Tolikara," ujar staf khusus presiden, Lenis Kogoya, dalam jumpa pers di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Sabtu (18/7/2015) siang.
Lenis mengaku, telah mengirimkan laporan soal insiden di Tolikara kepada Presiden Jokowi, Jumat malam. Laporan tersebut, kata Lenis, melengkapi laporan dari Kepolisian dan TNI. (baca: Dirjen Bimas Kristen: Kami Mohon Maaf atas Peristiwa di Tolikara)
Rencananya, Lenis akan bertolak ke Tolikara pada 29 Juli 2015, untuk memediasi pihak-pihak yang berkonflik. Tim khusus juga diterjunkan untuk mempersiapkan mediasi.
"Seluruh rencana saya sudah saya laporkan ke Presiden, termasuk upaya untuk membangun kembali seluruh bangunan yang rusak," ujar dia.
Lani menyesalkan insiden itu. Dia menyebut, baru kali ini ada konflik bernuansa agama di tanah Papua. (baca: Stafsus Presiden: Baru Kali Ini Ada Konflik Agama di Papua)
"Pengalaman saya sampai detik ini, di Papua tak pernah terjadi konflik agama. Tak pernah sekalipun. Kalau perang suku sering," ujar dia.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Kombes Patrige Renwarin sebelumnya mengatakan, berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kepala Polres Tolikara, insiden pembakaran itu berlangsung sekitar pukul 07.00 WIT. (baca: Menag Minta Polisi Usut Tuntas Kasus di Tolikara)
Saat itu, ratusan warga tiba-tiba berdatangan dari berbagai arah dan melempari mushala. Tak lama berselang, massa lalu membakar mushala dan beberapa rumah serta kios yang ada di sekitarnya. (Baca Wapres Minta Warga Menahan Diri Pasca-pembakaran Mushala di Tolikara)
Ratusan umat Muslim di Karubaga yang sedang melaksanakan shalat Id di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa. Puluhan aparat gabungan kepolisian dibantu TNI membubarkan massa dengan melepas tembakan ke udara.
Melihat kedatangan aparat, massa lalu mundur, tetapi terlihat masih berkumpul di beberapa tempat.
"Saya atas nama lembaga masyarakat adat Papua dan atas nama Presiden RI, memohon maaf kepada seluruh masyarakat Muslim di seluruh Indonesia atas musibah di Tolikara," ujar staf khusus presiden, Lenis Kogoya, dalam jumpa pers di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Sabtu (18/7/2015) siang.
Lenis mengaku, telah mengirimkan laporan soal insiden di Tolikara kepada Presiden Jokowi, Jumat malam. Laporan tersebut, kata Lenis, melengkapi laporan dari Kepolisian dan TNI. (baca: Dirjen Bimas Kristen: Kami Mohon Maaf atas Peristiwa di Tolikara)
Rencananya, Lenis akan bertolak ke Tolikara pada 29 Juli 2015, untuk memediasi pihak-pihak yang berkonflik. Tim khusus juga diterjunkan untuk mempersiapkan mediasi.
"Seluruh rencana saya sudah saya laporkan ke Presiden, termasuk upaya untuk membangun kembali seluruh bangunan yang rusak," ujar dia.
Lani menyesalkan insiden itu. Dia menyebut, baru kali ini ada konflik bernuansa agama di tanah Papua. (baca: Stafsus Presiden: Baru Kali Ini Ada Konflik Agama di Papua)
"Pengalaman saya sampai detik ini, di Papua tak pernah terjadi konflik agama. Tak pernah sekalipun. Kalau perang suku sering," ujar dia.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Kombes Patrige Renwarin sebelumnya mengatakan, berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kepala Polres Tolikara, insiden pembakaran itu berlangsung sekitar pukul 07.00 WIT. (baca: Menag Minta Polisi Usut Tuntas Kasus di Tolikara)
Saat itu, ratusan warga tiba-tiba berdatangan dari berbagai arah dan melempari mushala. Tak lama berselang, massa lalu membakar mushala dan beberapa rumah serta kios yang ada di sekitarnya. (Baca Wapres Minta Warga Menahan Diri Pasca-pembakaran Mushala di Tolikara)
Ratusan umat Muslim di Karubaga yang sedang melaksanakan shalat Id di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa. Puluhan aparat gabungan kepolisian dibantu TNI membubarkan massa dengan melepas tembakan ke udara.
Melihat kedatangan aparat, massa lalu mundur, tetapi terlihat masih berkumpul di beberapa tempat.
Diubah oleh qwackorama 18-07-2015 13:52


liee memberi reputasi
1
66.2K
Kutip
893
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan