- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sudah 15 Tahun Debat Metode Penentuan 1 Syawal. Bisa Sama Kalo Lebaran Monyet Tiba?


TS
shopishields
Sudah 15 Tahun Debat Metode Penentuan 1 Syawal. Bisa Sama Kalo Lebaran Monyet Tiba?
Ah, Sudah 15 Tahun Debat Penentuan 1 Syawal
Kamis, 16 Juli 2015 , 06:30:00

JAKARTA - Hari ini (16/7) Kementrian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan penetapan 1 Syawal sebagai hari perayaan Idul Fitri.
Dalam rapat yang bakal berjalan tertutup tersebut, Muhammadiyah mengaku akan kembali mengusulkan dibuatnya kalender Islam dunia untuk penetapan tanggal Hijriah. Namun, hal tersebut diakui kemenag sulit disetujui oleh pemerintah.
Direktur Jenderal Bina Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Machasin menyatakan, kemungkinan Muhammadiyah mengajukan usul terkait kalender Islam memang tinggi. Pihak Muhammadiyah pun sudah berkomunikasi kepada pihak pemerintah untuk merealisasikan usulan tersebut. Namun, pemerintah sampai saat ini masih belum setuju.
"Pembuatan sistem kalender islam secara global butuh disiplin ilmu yang tepat dan otoritas yang mengatur. Itu tidak bisa diciptakan dalam satu dua tahun," terangnya kepada Jawa Pos kemarin (15/7).
Salah satu hal yang mempersulit adalah pendapat penentuan 1 Syawal yang masih saling silang. Menurutnya, dua metode yakni hisab (menghitung 1 Syawal dengan formula perhitungan) dan rukyat (melihat hilal dengan mata) masih menjadi perdebatan.
"Kalau pembicaraan ini sudah klise. Kami sudah berdiskusi selama 15 tahun dan belum mencapai kesepakatan," ujarnya
Sebenarnya, pemerintah sudah menemukan jalan tengah di antara dua cara tersebut. Yakni menggunakan formula yang lebih tepat, sehingga hilal sudah dipastikan bisa dilihat.
"Biasanya kan menggunakan formula dua derajat di atas cakrawala, tiga derajat sudut dengan matahari dan satu conjunction dengan matahari selama delapan jam. Rumus itu diubah menjadi tiga, lima, sembilan, sehingga lebih bisa diterima," ungkapnya.
Dalam hal tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) pun sudah setuju dengan metode tersebut. Namun , beberapa elemen organisasi islam yang masih tegas untuk menggunakan metode Rukyat untuk menentukan 1 Syawal adalah NU.
Selain itu adalah organisasi Persatuan Islam (Persis) yang mengharuskan metode rukyat, melihat hilal secara langsung sebelum menentukan 1 Syawal.
"Karena itu, kami belum tahu bagaimana keputusan nanti. Tapi, untuk tahun ini sepertinya baru dipastikan dengan melihat hilal terlebih dahulu," ujarnya
http://www.jpnn.com/read/2015/07/16/...tuan-1-Syawal-
Lapan: Ada Potensi Perbedaan Jatuhnya 1 Syawal
'Sebab, hilai sulit untuk dilihat, sangat mustahil.'
Kamis, 9 Juli 2015 | 13:45 WIB
VIVA.co.id - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa ada potensi perbedaan pada perayaan Lebaran tahun ini, atau jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah.
"Ada kemungkinan perbedaan jatuhnya 1 Syawal. Sebab, hilal susah untuk dilihat, sangat mustahil," ujar Thomas kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon, Kamis 9 Juli 2015.
Saat disinggung lebih lanjut mengenai mustahil dilihatnya hilal ini, Thomas menjelaskan kalau tinggi bulan rata-rata kurang dari tiga derajat, sehingga itu dirasa sulit untuk melihat hilal. Terlebih lagi, kontras antara cahaya hilal tipis dan cahaya senja yang kuat.
"Dengan ufuk masih ketinggian kurang dari tiga derajat itu cahaya senja masih kuat, terlalu dekat dengan Matahari. Jadi, mustahil untuk dilihat," tutur Thomas yang juga menjadi Anggota Tim Hisab Rukyat, Kementerian Agama RI.
Dengan kemungkinan itu, tambah Thomas, akan ada perbedaan perayaan Lebaran tahun ini, atau jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah. Potensi tersebut, menjadi sebagian Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam akan ada yang mengikuti keputusan pemerintah dan ada yang hanya menjalankan ibadah Puasa hingga 16 Juli, kemudian merayakan Lebaran di tanggal 17 Juli.
"Ada potensi perbedaan, bila pemerintah memutuskan Lebaran jatuh pada 18 Juli, maka kemungkinan Muhammadiyah akan tetap merayakan Lebaran di tanggal 17 Juli," ucap Thomas.
Di luar kemungkinan-kemungkinan itu, Thomas menyarankan, agar masyarakat turut mengikuti kebijakan pemerintah mengenai jatuhnya 1 Syawal ini.
"Pada tanggal 16 Juli akan diadakan sidang isbat, itu pemerintah akan memutuskannya. Diharapkan, masyarakat dapat mengikuti pemerintah, apa pun keputusannya," tambah dia.
http://teknologi.news.viva.co.id/new...uhnya-1-syawal
Ramadan 1436 H
Idul Fitri Berpotensi Berbeda, Sikapi Secara Arif dan Bijak
6 July, 2015 - 16:54
JAKARTA,(PRLM).- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengakui, Lebaran Idul Fitri 1436 Hijriyah (H) atau 1 Syawal 1436 H berpotensi terjadi perbedaan antara yang sudah ditetapkan oleh sejumlah organisasi kemasyarakat (Ormas) Islam, di antaranya Muhammadiyah, dengan keputusan hasil sidang itsbat yang akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada 16 Juli mendatang.
Pemerintah, kata Menag, berharap sidang itsbat itu akan menghasilkan keputusan yang sama sebagaimana telah diputuskan oleh sejumlah Ormas Islam. Namun, kalau pada akhirnya terjadi perbedaan, Menag meminta masyarakat menyikapinya dengan arif dan bijaksana.
“Kita berupaya mudah-mudahan ada kesamaan pandang untuk bagaimana kemudian kita bisa sama-sama memasuki bulan Syawal ini. Namun kalau pada akhirnya terjadi perbedaan, kita harus menyikapi dengan arif dan bijaksana karena tentu perbedaan masing-masing memiliki landasan penjelasannya masing-masing,” kata Lukman Hakim Saifuddin kepada wartawan yang mencegatnya, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/7/2015) siang.
Menurut Menag, sampai saat ini pemerintah belum memutuskan waktu Idul Fitri 1436 H itu karena masih akan menunggu hasil itsbat, yang akan dilaksanakan pada Kamis (16/7/2015) pekan depan. Namun begitu, kata Lukman, potensi terjadinya beda lebarantetap ada. “Tentu, sebagai sebuah kemungkinan, ke arah sana masih terbuka,” ujarnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, potensi terjadinya perbedaan awal Idul Fitri itu bukan karena hasil hisab, tetapi lebih pada kriteria. Ia menyebutkan, dalam hal hasil hisab, baik Muhammadiyah, pemerintah maupun Nahdlatul Ulama (NU) relatif sama .
Sedangkan untuk kriteria, Muhammadiyah berpegang pada prinsip wujudul hilal, yang artinya berapa derajatpun hilal, asal berada di atas ufuk saat terbenam matahari, maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru.
Sementara pemerintah dan NU, lanjut Menag, menganut prinsip imkanur rukyat, yang artinya posisi hilal yang mungkin dilihat. Untuk imkanur rukyat ini, bulan baru bisa dilihat jika saat terbenam mata hari posisi bulan berada di atas 4 derajat.
Untuk menyelesaikan hal ini, jelas Lukman, Kemenag terus berkomunikasi dengan semua ormas-ormas Islam yang ada. “Kami terus komunikasi untuk bisa menyamakan cara pandang,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menentukan, bahwa Idul Fitri 1436 Hijriyah/2015 akan jatuh pada 17 Juli 2015. “Memang bagi yang menggunakan perhitungan hisab seperti Muhamadiyah sudah dapat memastikan Idul Fitri pada 17 Juli 2015, 16 Juli malam mulai takbiran,” kata Din Syamsudin usai menghadiri peresmian Pusat Halal Masjid Salman ITB, di Bandung, Jabar, Jumat (3/7).
Sementara Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU H Nahari Muslih mengatakan, posisi hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Ramadhan saat diadakan rukyatul hilal (pengamatan terhadap bulan sabit muda) tahun ini sangat tipis sehingga kemungkinan tidak berhasil dilihat.
“Posisi hilal sangat tipis, hanya tiga derajat, sehingga ada potensi berbeda. Sangat susah melakukan rukyatul hilal pada posisi seperti itu,” kata Muslih, di Jakarta, Rabu (1/7) malam.
Menurut Muslih, tidak tertutup kemungkinan NU menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal. Ini berarti bisa jadi NU baru akan merayakan Idul Fitri 1436 pada 18 Juli mendatang
http://www.pikiran-rakyat.com/ramada...arif-dan-bijak
--------------------------------
Bijimana kedua metode bisa ketemu? Yang satu pake 'mata kepala' menggunakan model rukyat, yang satunya lagi pake 'mata akal' menggunakan ilmu hitung (hisab). Meskipun mereka sudah sepakat bahwa kelahiran bulan baru (New Moon) adalah bila menggunakan perhitungan ilmu hitung (hisab), yaitu diatas NOL derajat, tapi faktanya dilapangan tetap aja ada perbedaan lagi. Yang satu menganggap "bulan sudah lahir' bila diatas ufuk, berapapun derajatnya. Yang lain bilang, minimal 2 derajat. Dan kelompok lainnya lagi bilang, harus diatas 4 derajat. Jadi, kecuali monyet sudah bisa lebaran, baru kayaknya mereka bisa bersatu. Apa ya mungkin?

Kamis, 16 Juli 2015 , 06:30:00

JAKARTA - Hari ini (16/7) Kementrian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan penetapan 1 Syawal sebagai hari perayaan Idul Fitri.
Dalam rapat yang bakal berjalan tertutup tersebut, Muhammadiyah mengaku akan kembali mengusulkan dibuatnya kalender Islam dunia untuk penetapan tanggal Hijriah. Namun, hal tersebut diakui kemenag sulit disetujui oleh pemerintah.
Direktur Jenderal Bina Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Machasin menyatakan, kemungkinan Muhammadiyah mengajukan usul terkait kalender Islam memang tinggi. Pihak Muhammadiyah pun sudah berkomunikasi kepada pihak pemerintah untuk merealisasikan usulan tersebut. Namun, pemerintah sampai saat ini masih belum setuju.
"Pembuatan sistem kalender islam secara global butuh disiplin ilmu yang tepat dan otoritas yang mengatur. Itu tidak bisa diciptakan dalam satu dua tahun," terangnya kepada Jawa Pos kemarin (15/7).
Salah satu hal yang mempersulit adalah pendapat penentuan 1 Syawal yang masih saling silang. Menurutnya, dua metode yakni hisab (menghitung 1 Syawal dengan formula perhitungan) dan rukyat (melihat hilal dengan mata) masih menjadi perdebatan.
"Kalau pembicaraan ini sudah klise. Kami sudah berdiskusi selama 15 tahun dan belum mencapai kesepakatan," ujarnya
Sebenarnya, pemerintah sudah menemukan jalan tengah di antara dua cara tersebut. Yakni menggunakan formula yang lebih tepat, sehingga hilal sudah dipastikan bisa dilihat.
"Biasanya kan menggunakan formula dua derajat di atas cakrawala, tiga derajat sudut dengan matahari dan satu conjunction dengan matahari selama delapan jam. Rumus itu diubah menjadi tiga, lima, sembilan, sehingga lebih bisa diterima," ungkapnya.
Dalam hal tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) pun sudah setuju dengan metode tersebut. Namun , beberapa elemen organisasi islam yang masih tegas untuk menggunakan metode Rukyat untuk menentukan 1 Syawal adalah NU.
Selain itu adalah organisasi Persatuan Islam (Persis) yang mengharuskan metode rukyat, melihat hilal secara langsung sebelum menentukan 1 Syawal.
"Karena itu, kami belum tahu bagaimana keputusan nanti. Tapi, untuk tahun ini sepertinya baru dipastikan dengan melihat hilal terlebih dahulu," ujarnya
http://www.jpnn.com/read/2015/07/16/...tuan-1-Syawal-
Lapan: Ada Potensi Perbedaan Jatuhnya 1 Syawal
'Sebab, hilai sulit untuk dilihat, sangat mustahil.'
Kamis, 9 Juli 2015 | 13:45 WIB
VIVA.co.id - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa ada potensi perbedaan pada perayaan Lebaran tahun ini, atau jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah.
"Ada kemungkinan perbedaan jatuhnya 1 Syawal. Sebab, hilal susah untuk dilihat, sangat mustahil," ujar Thomas kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon, Kamis 9 Juli 2015.
Saat disinggung lebih lanjut mengenai mustahil dilihatnya hilal ini, Thomas menjelaskan kalau tinggi bulan rata-rata kurang dari tiga derajat, sehingga itu dirasa sulit untuk melihat hilal. Terlebih lagi, kontras antara cahaya hilal tipis dan cahaya senja yang kuat.
"Dengan ufuk masih ketinggian kurang dari tiga derajat itu cahaya senja masih kuat, terlalu dekat dengan Matahari. Jadi, mustahil untuk dilihat," tutur Thomas yang juga menjadi Anggota Tim Hisab Rukyat, Kementerian Agama RI.
Dengan kemungkinan itu, tambah Thomas, akan ada perbedaan perayaan Lebaran tahun ini, atau jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah. Potensi tersebut, menjadi sebagian Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam akan ada yang mengikuti keputusan pemerintah dan ada yang hanya menjalankan ibadah Puasa hingga 16 Juli, kemudian merayakan Lebaran di tanggal 17 Juli.
"Ada potensi perbedaan, bila pemerintah memutuskan Lebaran jatuh pada 18 Juli, maka kemungkinan Muhammadiyah akan tetap merayakan Lebaran di tanggal 17 Juli," ucap Thomas.
Di luar kemungkinan-kemungkinan itu, Thomas menyarankan, agar masyarakat turut mengikuti kebijakan pemerintah mengenai jatuhnya 1 Syawal ini.
"Pada tanggal 16 Juli akan diadakan sidang isbat, itu pemerintah akan memutuskannya. Diharapkan, masyarakat dapat mengikuti pemerintah, apa pun keputusannya," tambah dia.
http://teknologi.news.viva.co.id/new...uhnya-1-syawal
Ramadan 1436 H
Idul Fitri Berpotensi Berbeda, Sikapi Secara Arif dan Bijak
6 July, 2015 - 16:54
JAKARTA,(PRLM).- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengakui, Lebaran Idul Fitri 1436 Hijriyah (H) atau 1 Syawal 1436 H berpotensi terjadi perbedaan antara yang sudah ditetapkan oleh sejumlah organisasi kemasyarakat (Ormas) Islam, di antaranya Muhammadiyah, dengan keputusan hasil sidang itsbat yang akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada 16 Juli mendatang.
Pemerintah, kata Menag, berharap sidang itsbat itu akan menghasilkan keputusan yang sama sebagaimana telah diputuskan oleh sejumlah Ormas Islam. Namun, kalau pada akhirnya terjadi perbedaan, Menag meminta masyarakat menyikapinya dengan arif dan bijaksana.
“Kita berupaya mudah-mudahan ada kesamaan pandang untuk bagaimana kemudian kita bisa sama-sama memasuki bulan Syawal ini. Namun kalau pada akhirnya terjadi perbedaan, kita harus menyikapi dengan arif dan bijaksana karena tentu perbedaan masing-masing memiliki landasan penjelasannya masing-masing,” kata Lukman Hakim Saifuddin kepada wartawan yang mencegatnya, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/7/2015) siang.
Menurut Menag, sampai saat ini pemerintah belum memutuskan waktu Idul Fitri 1436 H itu karena masih akan menunggu hasil itsbat, yang akan dilaksanakan pada Kamis (16/7/2015) pekan depan. Namun begitu, kata Lukman, potensi terjadinya beda lebarantetap ada. “Tentu, sebagai sebuah kemungkinan, ke arah sana masih terbuka,” ujarnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, potensi terjadinya perbedaan awal Idul Fitri itu bukan karena hasil hisab, tetapi lebih pada kriteria. Ia menyebutkan, dalam hal hasil hisab, baik Muhammadiyah, pemerintah maupun Nahdlatul Ulama (NU) relatif sama .
Sedangkan untuk kriteria, Muhammadiyah berpegang pada prinsip wujudul hilal, yang artinya berapa derajatpun hilal, asal berada di atas ufuk saat terbenam matahari, maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru.
Sementara pemerintah dan NU, lanjut Menag, menganut prinsip imkanur rukyat, yang artinya posisi hilal yang mungkin dilihat. Untuk imkanur rukyat ini, bulan baru bisa dilihat jika saat terbenam mata hari posisi bulan berada di atas 4 derajat.
Untuk menyelesaikan hal ini, jelas Lukman, Kemenag terus berkomunikasi dengan semua ormas-ormas Islam yang ada. “Kami terus komunikasi untuk bisa menyamakan cara pandang,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menentukan, bahwa Idul Fitri 1436 Hijriyah/2015 akan jatuh pada 17 Juli 2015. “Memang bagi yang menggunakan perhitungan hisab seperti Muhamadiyah sudah dapat memastikan Idul Fitri pada 17 Juli 2015, 16 Juli malam mulai takbiran,” kata Din Syamsudin usai menghadiri peresmian Pusat Halal Masjid Salman ITB, di Bandung, Jabar, Jumat (3/7).
Sementara Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU H Nahari Muslih mengatakan, posisi hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Ramadhan saat diadakan rukyatul hilal (pengamatan terhadap bulan sabit muda) tahun ini sangat tipis sehingga kemungkinan tidak berhasil dilihat.
“Posisi hilal sangat tipis, hanya tiga derajat, sehingga ada potensi berbeda. Sangat susah melakukan rukyatul hilal pada posisi seperti itu,” kata Muslih, di Jakarta, Rabu (1/7) malam.
Menurut Muslih, tidak tertutup kemungkinan NU menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal. Ini berarti bisa jadi NU baru akan merayakan Idul Fitri 1436 pada 18 Juli mendatang
http://www.pikiran-rakyat.com/ramada...arif-dan-bijak
Quote:
--------------------------------
Bijimana kedua metode bisa ketemu? Yang satu pake 'mata kepala' menggunakan model rukyat, yang satunya lagi pake 'mata akal' menggunakan ilmu hitung (hisab). Meskipun mereka sudah sepakat bahwa kelahiran bulan baru (New Moon) adalah bila menggunakan perhitungan ilmu hitung (hisab), yaitu diatas NOL derajat, tapi faktanya dilapangan tetap aja ada perbedaan lagi. Yang satu menganggap "bulan sudah lahir' bila diatas ufuk, berapapun derajatnya. Yang lain bilang, minimal 2 derajat. Dan kelompok lainnya lagi bilang, harus diatas 4 derajat. Jadi, kecuali monyet sudah bisa lebaran, baru kayaknya mereka bisa bersatu. Apa ya mungkin?

Diubah oleh shopishields 16-07-2015 16:02


tien212700 memberi reputasi
1
3.8K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan