Samin pernah disebut-sebut Rhenald Kasali sebagai pengusaha kracking. Maksudnya adalah pengusaha yang sukses dari nol dan tidak punya ‘darah keturunan’ pengusaha di keluarganya.
Tak ada yang menyangka, pria yang berusia lewat setengah abad ini dulunya tukang becak. Kini hidupnya jauh lebih dari kata cukup. Dia adalah pemilik pabrik pembuatan garam dan pupuk organik. Dia juga telah naik haji berkali-kali.
Samin yang tercatat kelahiran tahun 1952 ini baru merasakan nikmatnya kesuksesan di usia 45 tahun. Di tahun 1997, usahanya membuat Samin mampu membeli mobil. Sampai sekarang, total sudah ada 10 mobil yang terparkir di garasi rumahnya.
Tak mudah apa yang diraihnya saat ini. Dia pernah mendapat penolakan bank saat meminta pinjaman. Sekarang justru berkebalikan. Samin menjadi target buruan bank untuk menawarkan kredit usaha.
2. Simin Kalo Simin, suksesnya dari hasil berjualan sate yang maknyus!
Spoiler for 2.Simin:
Hidup itu ibarat roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Simin merasakan keduanya. Perantauan asal Madura yang lahir tahun 1965 ini menjadi seorang pengusaha kuliner sate ayam yang tersohor di Jakarta.
Simin hijrah ke Jakarta untuk berjualan sate bersama orangtuanya di tahun 1980-an. Pada tahun 1993, dia memberanikan diri untuk memulai gerobak satenya sendiri dengan modal seekor ayam.
Dia sudah tak lagi berdagang dengan mendorong gerobak sate. Hidupnya berubah setelah memberanikan diri meminjam kredit dari bank pemerintah. Selain itu dia juga mendapat tawaran berdagang di pusat kuliner yang dikelola pemerintah daerah.
Kesempatan itu tak disia-siakan dengan meracik bumbu sate sehingga sesuai selera pelanggannya. Pelan tapi pasti bisnis sate maduranya terus meningkat. Saat ini, Simin sudah mengantongi omset Rp 100 juta per bulan.
3. Bagus Pursena
Spoiler for 3. Bagus Pursena:
Kesuksesan Bagus Pursena sejatinya berawal dari kepeduliannya terhadap industri porselen rumahan yang kurang mendapat perhatian. Kepedulian itu diwujudkan dengan mendirikan PT Nuansa Porselen Indonesia dengan merek Cupinari dan Nuanza Ceramic.
Cupinari sendiri terbuat dari porselen yang berwujud manusia atau binatang. Lain halnya Nuanza Ceramic yang memproduksi materi dari keramik untuk ubin, mozaik, peralatan makan sampai hiasan interior.
Perusahaan yang berdiri sejak 2007 atau tepat dia berusia 43 tahun itu awalnya berkantor di Boyolali, Jawa Tengah. Tak butuh lama bagi pria yang tahun ini genap 51 tahun ini membuka kantor di Jakarta. Meski begitu, semua produknya dihasilkan di lereng Merapi mengingat kawasan itu kaya akan bahan baku porselen.
Saat ini, Bagus sudah mengantongi omset sampai Rp 1 miliar per bulan. Angka itu diraihnya dari hasil kapasitas produksinya yang disuplai ke hotel-hotel berbintang di Tanah Air. Ke depannya, dia berencana untuk mengekspor produknya ke pasar mancanegara.
4. Fauziah Biarpun mulai dari usia di bawah 40 tahun, wanita yang satu ini melalui proses yang panjang sebelum akhirnya meraup kesuksesan.
Spoiler for 4. Fauziah:
Wanita berusia 54 tahun ini menikmati jerih payahnya merintis industri rumahan membuat kain songket. Biar usahanya maju, dia pun memberanikan diri mengajukan pinjaman UKM dalam usahanya.
Wanita berusia 54 tahun ini menikmati jerih payahnya merintis industri rumahan membuat kain songket. Biar usahanya maju, dia pun memberanikan diri mengajukan pinjaman UKM dalam usahanya.
5. Sri Maryati Jauh melewati usia 40 tahun, nenek ini sukses berdagang kripik jagung!
Spoiler for 5. Sri Maryati:
Usia senja bukan berarti berhenti berusaha. Sri Maryati membuktikannya kalau dia juga bisa berbuah lebih di usianya yang lewat setengah abad itu. Nenek kelahiran tahun 1953 ini memulai usaha saat dia jauh melewati usia 40 tahun.
Langkah awalnya dengan melirik usaha yang dilakoni putranya, keripik jagung, sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
Meski tak punya bekal ilmu bisnis maupun pengetahuan yang mumpuni, toh itu tak menyurutkan ibu lima anak ini memulai usahanya sendiri. Berbekal modal Rp 20 juta di tahun 2011, Sri mulai serius mengembangkan usaha keripik jagung.
Kemauan yang keras dan tekad yang kuat akhirnya mengantarkan nenek satu ini meraih kesuksesan. Kini rata-rata omset Sri sudah mencapai Rp 50 juta per bulan. Tapi itu tak membuatnya berpuas diri. Dia masih menargetkan untuk memperluas pangsa pasarnya agar usahanya lebih maju lagi.
6. Sayfudin Zuhri Sejak usia 22 tahun Sayfudin meminati peternakan sapi perah. Tapi baru lewat 40 tahun dia menikmati hasilnya. Tentu sebuah perjalanan panjang dan istiqomah dengan pilihannya itu.
Spoiler for 6. Sayfudin Zuhri:
Jumlah ternak sapinya meningkat tajam. Dari awalnya yang hanya dua ekor kini sudah mencapai 50 ekor. Bahkan keberhasilan Sayfudin ini menjadi panutan bagi peternak lainnya di Kecamatan Tutur, Pasuruan, Jawa Timur.
Ternyata kerja kerasnya ini hanya berdasarkan motif sederhana. Dia mengaku selalu berprinsip ‘naik kelas’ saat berusaha. Tiap tahun, Sayfudin menetapkan target yang lebih tinggi dari sebelumnya.
7. Andy Flores Noya Jurnalis favorit ane! Bung Andy juga baru sukses besar setelah usia 40 tahun.
Spoiler for 6. Sayfudin Zuhri:
Di sini bakatnya sebagai presenter terasah. Terbukti, program acara tersebut dan dirinya sendiri mendapatkan penghargaan Panasonic Awards sebagai acara dan host terbaik.
Pria kelahiran 6 November 1960 ini sudah malang melintang di dunia jurnalistik. Dari perjalanan panjangnya itulah, eksistensinya di dunia jurnalistik baru terasa setelah lewat 40 tahun.
8. Bambang Haryono
Spoiler for 8. Bambang Haryono:
Sarjana dari Universitas 17 Agustus ini sukses berbisnis produk kreatif dari pohon asam sejak tahun 1990. Berkat kreativitasnya, pohon asam diubah menjadi karya bernilai tinggi berwujud perabotan seperti cangkir, gelas, piring, mangkuk, dan lain sebagainya.
Baru di tahun 2007 saat berusia 40 tahun, Bambang berhasil mendapatkan penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia pun membawa produknya menembus pasar Eropa dan Timur Tengah.
Lewat bendara Oesing Craft di Banyuwangi, Bambang tak pernah absen memamerkan karyanya di luarnegeri. Malaysia, Singapura, dan Dubai pernah disinggahi agar produk-produknya makin dikenal di mancanegara.
Di dalam negeri, dia juga turut mengikuti pameran kerajinan terbesar yang berlangsung di JCC Senayan, yakni International Handicraft Trade Fair (Inacraft). Biaya mengikuti pameran yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah bukan masalah besar bagi Bambang.
9. Bambang Suparno
Spoiler for 9. Bambang Suparno:
Jangan anggap remeh kerjaannya yang berdagang kerupuk. Justru dari ketekunannya itu dia sukses meraup omset Rp 90 juta per bulan. Warga Desa Tugurejo, Kediri, ini bisa mencapai derajat kesuksesan berkat inovasi dalam mengolah kerupuk jadi panganan yang berbeda.
Pria kelahiran tahun 1963-an ini melabeli produknya dengan istilah ‘Kerupuk Padang Pasir’. Sebutan itu berangkat dari dasar pengolahannya yang menggunakan pasir halus dan sama sekali tak menggunakan minyak.
Dia baru mulai menggeluti bisnisnya di tahun 2001, ketika usianya sudah hampir 40 tahun. Dari situ, dia pun terus berinovasi dengan menelurkan bermacam variasi rasa kerupuk. Sebut saja rasa pedas, manis, pedas manis, terasi, rujak, seledri, bawang, dan ubi. Harganya terbilang murah masih di bawah Rp 5.000 per bungkus.
Itulah kisah 9 orang yang berhasil meraih sukses di atas usia 40 tahun. Mereka adalah bukti kalau usia tua-muda bukan penghalang kesuksesan! Gak pernah ada kata terlambat untuk meraih sukses!