- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Ngenes] Tradisi Mudik Tri dan Satiyem Selama 30 Tahun


TS
katarinwidjaja
[Ngenes] Tradisi Mudik Tri dan Satiyem Selama 30 Tahun
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Sudah pada kerja sendiri-sendiri. Kumpul sewaktu lebaran. Tradisi lebaran itu berkumpul. Semua pada pulang ke kampung halaman," ujar Tri (54).
Tri (54), seorang penumpang kereta api di Stasiun Kereta Api Pasar Senen dan Satiyem (51), istri Tri, merupakan contoh bagaimana mudik atau pulang ke kampung halaman pada libur Hari Raya Idul Fitri merupakan kewajiban.
Setelah selama satu tahun mengadu nasib di ibu kota, sepasang suami-istri yang telah dikaruniai dua orang anak satu orang cucu tersebut memilih pulang kampung halaman di Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Tradisi seperti ini sudah dijalani oleh Tri sejak pertama kali mencari nafkah di DKI Jakarta pada tahun 1985. Selama 30 tahun, dia dan istrinya menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga pada saat lebaran.
Tri menilai mudik ke kampung halaman pada saat lebaran merupakan suatu kewajiban. Sebab, di waktu tersebut dia bisa berkumpul bersama-sama dengan sanak famili dan handai taulan setelah masing-masing bekerja mencari nafkah selama 1 tahun.
"Saya setiap tahun pulang sejak ke DKI Jakarta pada 1985. Lebaran di kampung biasa saja, tetapi bisa berkumpul bersama keluarga. Berkumpul hanya 1 tahun sekali. Hari-hari biasa tidak mungkin," ujar Tri ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (12/7/2015).
Dia menjelaskan kampung halaman di Jogorogo merupakan daerah terpencil. Terletak cukup jauh dari pusat kota di Ngawi. Namun, suasana alam pegunungan membuatnya rindu kembali ke tempat kelahirannya.
Dia mengaku hanya membawa pakaian seadanya untuk dipakai di sana. Tidak ada oleh-oleh ataupun barang bawaan lainnya yang akan diberikan kepada saudaranya.
"Saya hanya membawa pakaian," ujarnya.
Moda transportasi darat, seperti bus dan kereta api menjadi pilihan pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh di proyek tersebut. Transportasi itu dipilih karena dari sisi harga dapat dijangkau atau tidak terlalu mahal.
Pada tahun ini, dia memilih naik kereta api. Dia pulang ke Ngawi menggunakan kereta api Brantas yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen pada Minggu sore sekira pukul 15.00 WIB. Dia sudah mengantongi tiket selama dua bulan.
"Harga tiket kereta Rp 90 ribu. Tiket kereta harus pesan dulu tidak boleh mendadak," kata dia.
http://www.tribunnews.com/nasional/2...0-tahun?page=2
***
Jadi haru gan, cuma bawa pakean doang. Salam buat keluarga ya tri....
Tri (54), seorang penumpang kereta api di Stasiun Kereta Api Pasar Senen dan Satiyem (51), istri Tri, merupakan contoh bagaimana mudik atau pulang ke kampung halaman pada libur Hari Raya Idul Fitri merupakan kewajiban.
Setelah selama satu tahun mengadu nasib di ibu kota, sepasang suami-istri yang telah dikaruniai dua orang anak satu orang cucu tersebut memilih pulang kampung halaman di Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Tradisi seperti ini sudah dijalani oleh Tri sejak pertama kali mencari nafkah di DKI Jakarta pada tahun 1985. Selama 30 tahun, dia dan istrinya menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga pada saat lebaran.
Tri menilai mudik ke kampung halaman pada saat lebaran merupakan suatu kewajiban. Sebab, di waktu tersebut dia bisa berkumpul bersama-sama dengan sanak famili dan handai taulan setelah masing-masing bekerja mencari nafkah selama 1 tahun.
"Saya setiap tahun pulang sejak ke DKI Jakarta pada 1985. Lebaran di kampung biasa saja, tetapi bisa berkumpul bersama keluarga. Berkumpul hanya 1 tahun sekali. Hari-hari biasa tidak mungkin," ujar Tri ditemui di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (12/7/2015).
Dia menjelaskan kampung halaman di Jogorogo merupakan daerah terpencil. Terletak cukup jauh dari pusat kota di Ngawi. Namun, suasana alam pegunungan membuatnya rindu kembali ke tempat kelahirannya.
Dia mengaku hanya membawa pakaian seadanya untuk dipakai di sana. Tidak ada oleh-oleh ataupun barang bawaan lainnya yang akan diberikan kepada saudaranya.
"Saya hanya membawa pakaian," ujarnya.
Moda transportasi darat, seperti bus dan kereta api menjadi pilihan pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh di proyek tersebut. Transportasi itu dipilih karena dari sisi harga dapat dijangkau atau tidak terlalu mahal.
Pada tahun ini, dia memilih naik kereta api. Dia pulang ke Ngawi menggunakan kereta api Brantas yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen pada Minggu sore sekira pukul 15.00 WIB. Dia sudah mengantongi tiket selama dua bulan.
"Harga tiket kereta Rp 90 ribu. Tiket kereta harus pesan dulu tidak boleh mendadak," kata dia.
http://www.tribunnews.com/nasional/2...0-tahun?page=2
***
Jadi haru gan, cuma bawa pakean doang. Salam buat keluarga ya tri....
Diubah oleh katarinwidjaja 14-07-2015 17:41
0
1.9K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan