Ekspansi PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sepertinya tidak pernah berhenti. Kali ini, perusahaan penerbangan milik pemerintah tersebut menargetkan akan menambah armadanya menjadi 450 unit pada 5 tahun mendatang.

Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari jumlah armada yang dimiliki Garuda saat ini sebanyak 175 unit. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sangat mendukung rencana ambisius ini.

“Beliau (Rini Soemarno) menginginkan armada Garuda harus 450 unit dalam lima tahun dan pengembangan Garuda harus agresif tidak hanya bertumbuh secara organik, tapi non organik,” ujar Direktur Utama Garuda Arif Wibowo kepada pers di Jakarta, Senin 22 Juni 2015

Garuda saat ini merupakan perusahaan penerbangan dengan armada terbanyak di kawasan regional. Jumlah ini pun belum ditambah 65 unit pesawat yang masih dalam tahap pemesanan. Sebanyak 35 unit dipesan pada 2014 dan 30 unit di acara Paris Air Show 2015.

Dari sisi jumlah pesawat, pesaing terdekat Garuda adalah Air Asia. Maskapai milik Tony Fernandes (pengusaha asal Malaysia) memiliki jumlah pesawat Air Asia-- digabung dari lima negara operasional—sebanyak 169 unit. Jika Garuda bisa merealisasikan rencana memiliki 450 unit pesawat, maka GIAA berpotensi menjadi maskapai terbesar kelima di dunia (dari sisi armada).

Arif mengungkapkan penambahan armada tersebut bertujuan agar Garuda dapat tumbuh lebih agresif dan mampu bersaing di pasar domestik, regional, maupun internasional.

http://www.bareksa.com/id/text/2015/...10801/analysis

===

Ya ini (kabar) bagus, ini namanya bekerja dalam diam, itu sebenarnya (esensi revolusi mental). Nggak apa-apa (haters comment macem macem) di luar sana, ndak usah digubris hehehe, wong namanya pendengki itu ya sudah ada sejak jaman nabi (nabi terdahulu), ndak ada yang istimewa hehehe.

Yang penting kita bekerja untuk rakyat, untuk rakyat Indonesia lho ya (bukan rakyat kader/simpatisan partai ks) hehehehe.

Garuda sebagai national carrier ya harus dikembangkan sebaik baiknya. Dulu (di pemerintahan sebelumnya) Garuda pernah diboikot (oleh Uni Eropa), ndak boleh (terbang) kesana..., malu dan sedih kita rasanya (melihat kenyataan seperti itu). Tapi ya sudah, mungkin memang pemerintah yang dulu bisanya hanya seperti itu , gak apa apa, jangan kita vonis (yang nggak nggak), yang sudah (berlalu) ya biarkan lewat.., ndak usah dipusingin,...