Merdeka.com - Sejak tahun lalu, ekonomi Indonesia tengah mengalami perlambatan. Lesunya perekonomian nasional berlanjut hingga kuartal I tahun ini.

Kondisi ini berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat. Rata-rata memilih menabung ketimbang membelanjakan uangnya. Imbasnya pun dirasakan sektor riil. Produksi menurun seiring penurunan penjualan.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengakui, melemahnya kinerja sektor riil membuat pengusaha sulit bertahan. Tidak heran beberapa perusahaan memutuskan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal pada karyawannya.

Suryo meminta pengusaha tidak gencar memberhentikan karyawannya karena alasan itu. "Kalau bisa jangan PHK lah, kami upayakan maksimal mungkin meskipun penjualan menurun, kami tingkatkan peran dan sumbangsih kita kepada bangsa," katanya di Jakarta, Senin (6/7).

Suryo melihat, perputaran uang di dalam negeri bisa lebih besar seandainya pemerintah bisa melakukan penyerapan anggaran lebih cepat.

"Ini semua jadi akibat pemerintah lambat gelontorkan belanja negara dibanding tahun lalu, sekarang baru 50 persen. Solusinya percepatan goverment spending dipercepat supaya ada uang beredar sehingga daya beli naik," katanya.

Senada dengan Suryo, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Logistik Natsir Mansyur mengungkapkan, hampir seluruh dunia usaha tidak mengalami gairah. Tidak hanya di industri manufaktur dan olahan, tapi juga di sektor pertambangan. Jika ini terus terjadi dan tidak disikapi serius, tidak menutup kemungkinan pengusaha berlomba-lomba memecat pegawainya.

"Dunia usaha mengalami kebangkrutan tambang, beban ekonomi kita berat, jadi jalan paling jelek kan cerai, marahan pisah ranjang, ya kalau gak kuat cerai (PHK)," tutupnya.

http://www.merdeka.com/uang/meski-ek...-karyawan.html