Solopos.com, SUKOHARJO — Siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kertonatan, Kartasura, Sukoharjo, Fardo Kifa Wibowo, kini hanya bisa terbaring di tempat tidur. Jangankan berdiri atau berlari ke sana kemari sebagaimana hari-hari sebelumnya, Fardo kini bahkan belum bisa duduk.

Kedua tangannya juga belum bisa memegang benda apapun. Hampir sekujur tubuhnya dipenuhi luka bakar yang sangat serius. Warna kulit tubuh yang awalnya coklat, kini berubah menjadi putih. Beberapa bagian tubuh masih terlihat luka yang belum kering.

Kini Fardo masih menjalani perawatan intensif di Bangsal Al Hajj-7, Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS) atau Yarsis. Beberapa kali Fardo terdengar merintih kesakitan. Ayah Fardo, Slamet Wibowo, 40, dengan setia menunggu buah hatinya yang hampir dua pekan menjalani perawatan intensif di RSIS. “Istri saya di rumah mengurusi dua anak kami lainnya,” jelasnya saat ditemui Solopos.com di Bangsal Al Hajj-7, RSIS Sukoharjo, Rabu (1/7/2015).

Slamet menceritakan penderitaan anaknya dimulai pada 15 Juni lalu sekitar pukul 12.00 WIB. Ketika peristiwa itu terjadi, ia tidak berada di rumah. Ketika sedang bekerja, ia ditelepon istrinya yang memberitahu anaknya terbakar.

Slamet menceritakan, menurut pengakuan anaknya dan penuturan tetangganya, saat itu Fardo dan adiknya, Arya Maulana Wibowo, 6, bermain bersama teman-teman satu perumahan. Fardo dan Arya melihat teman-teman yang usianya lebih tua, bermain petasan tradisional. Yaitu bambu yang dilubangi, lalu diberi spiritus dan dinyalakan sehingga menghasilkan bunyi dentuman yang keras.

Entah bagaimana asal muasalnya, Fardo disiram dengan spiritus oleh salah satu temannya. Karena ada percikan api, tubuh Fardo langsung terbakar. Api yang menyala terlihat di tubuh Fardo. Fardo pun berusaha mencari air. Ia berlari ke masjid.

Sampai di masjid, seorang muazin yang sedang mengumandangkan azan sampai harus menghentikan azannya demi menolong Fardo yang tubuhnya dikelilingi api. Fardo kemudian dipeluk erat oleh muazin itu, lalu apinya dipadamkan dengan air.

Setelah api padam, Fardo berlari menuju rumahnya. Namun ia sempat berhenti di pos ronda dekat rumah. Fardo mengaku ketakutan hendak pulang ke rumah karena mengira akan dimarahi ibunya. Ia pun kemudian secara sembunyi-sembunyi pulang ke rumah dan langsung menuju kamar mandi.

Fardo menyiram sendiri tubuhnya yang terasa panas. Setelah keluar dari kamar mandi, barulah ibunda Fardo, Desi Widyasari, melihat tubuh anaknya sudah dipenuhi luka bakar yang sangat serius. Desi kemudian membawa anaknya ke rumah sakit. “Stamina anak ini memang sangat kuat. Dokter pun mengakui kalau Fardo sangat kuat tubuhnya,” ujarnya.

Sumber

Sukoharjo – Dengan kondisi lemah tak berdaya, Fardo Kifa Wibowo (8) hanya terbaring lemah di tempat tidur. Sesekali, bibirnya merintih menahan sakit lantaran luka bakar di sekujur tubuhnya. Nampak, selang infus masih
tergelantung memasuki lengan bagian kiri bocah yang duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD) tersebut.

Kejadian ini bermula, ketika bocah yang dikenal periang itu bermain dengan teman-teman sekampung di kawasan Desa Kertonatan RT 05/RW 04 Wirocanan, Kartasura, Sukoharjo. Waktu itu, salah seorang temannya berinisiatif bermain mercon bumbung dengan menggunakan bahan metanol. Saat diledakkan, cairan metanol, ‘muncrat’ dan mengenai tubuh bocah yang akrab disapa Fardo tersebut. Alhasil, sisa ledakan langsung menyambar tubuh Fardo yang basah dengan bahan Metanol tersebut.

“Selain Fardo, adiknya, Arya maulana Wibowo (6) juga mengalami luka bakar di kedua kaki,” kata ayah Fardo,
Slamet Wibowo (40) saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Islam (RSI) Yarsis, Kartasura, Sukoharjo, Rabu (1/7) siang.

Terkait luka yang diderita Fardo, Wibowo mengaku, putra pertamanya mengalami luka bakar hingga 63 persen meliputi bagian tangan kanan dan kiri, dada, perut, punggung, kaki kanan dan kiri serta sebagian leher. Disinggung biaya perawatan, tiap kali membuka perban dirinya harus mengeluarkan biaya hampir Rp 3 juta. Hal ini diperparah dengan biaya rumah sakit yang makin hari makin membengkak. Hingga saat ini, tercatat total pembiayaan telah mencapai Rp 16 juta.

“Sejak kejadian tanggal 15 Juni lalu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli krim anti luka bakar, gel perawatan telah mencapai Rp 16 juta,” aku Wibowo.

Ia berharap para dermawan terketuk hatinya membantu pengobatan anaknya tersebut. “Saat ini anak saya dirawat di Ruang Al Hajji RSI Yarsis, Kartasura. Harapannya, semoga ada dermawan yang sudi kiranya membantu obatan anak saya,” pungkas pria yang bekerja sebagai karyawan freelance tersebut.

Sumber