- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kisah Laksamana Cheng Ho, Muslim yang 'Disembah' Nonmuslim Rendra Saputra , Dody Hand
![callme.rei](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/05/19/avatar7933472_4.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
callme.rei
Kisah Laksamana Cheng Ho, Muslim yang 'Disembah' Nonmuslim Rendra Saputra , Dody Hand
Quote:
VIVA.co.id - Klenteng Sam Poo Kong di
Semarang, Jawa Tengah, berhubungan dengan
muhibah atau perjalanan Laksamana Cheng Ho.
Menurut inskripsi di Klenteng Sam Poo Kong yang
ditulis dalam tiga bahasa, Inggris, China, dan
Indonesia, tercatat Cheng Ho telah dua kali
datang ke Kota Semarang, yakni pada 1406 dan
1416 M.
Asal nama Sam Poo Kong diceritakan berasal dari
nama Cheng Ho. Laksamana Cheng Ho berasal dari
Yunan dan biasa disebut San Pau. Sementara,
orang-orang dari daerah Fukien menyebutnya
dengan nama Sam Po. Diketahui, orang-orang
China perantauan di Simongan berasal dari
Fukien.
“Cheng Ho disebut Sam Po Tay Djien atau Sam
Po Tao Lang yang berarti Tuan Besar Sam Po,”
ujar Djawahir Muhammad, Budayawan Semarang.
Dalam buku Laksamana Cheng Ho dan Klenteng
Sam Po Kong; diceritakan tentang asal usul
Cheng Ho. Ia dilahirkan di Desa He Dai,
Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunan, pada tahun
Hong Wu ke-4 (1371 M). Keluarganya bermarga
Ma, dari suku Hui yang mayoritas beragama
Islam.
Saat itu ekspedisi Cheng Ho mengerahkan
armada raksasa. Pada muhibah pertama, tercatat
sebanyak 62 kapal besar dan belasan kapal kecil
dengan 27.800 ribu awak dikerahkan. Kapal yang
ditumpangi Cheng Ho sendiri yang disebut 'kapal
pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad
ke-15. Panjangnya 44,4 zhang (138 meter) dan
lebar 18 zhang (56 m). Armada Tiongkok di bawah komando Cheng Ho
itu pun berangkat pada tahun 1405. Armada itu
singgah di Pelabuhan Bintang Mas (kini Tanjung
Priok) dan di Muara Jati (Cirebon). Saat
menyusuri Laut Jawa, Wang Jinghong (orang
kedua dalam armada itu) sakit keras. Mereka
mendarat di Pantai Simongan, Semarang, dan
tinggal sementara di sana.
Wang, yang kini dikenal sebagai Kiai Jurumudi
Dampo Awang, akhirnya menetap dan menjadi
cikal bakal warga Tionghoa di sana. Wang juga
mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung
(disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang
Sam Po Kong), dan membangun kelenteng Sam
Po Kong atau Gedung Batu.
Walau Laksamana Cheng Ho beragama Islam,
warga China non–Muslim tetap memujanya.
Sosok Cheng Ho sangat dihormati tak hanya oleh
warga Tionghoa, namun juga warga setempat.
Setiap malam Jumat Kliwon, mereka berkunjung
ke Sam Poo Kong. Dengan membawa bunga,
mereka mendatangi patung Cheng Ho layaknya
mendatangi makam wali atau sunan. Hal tersebut
tak beda jauh dengan apa yang dilakukan warga
Tionghoa yang menyembah Cheng Ho layaknya
dewa. Meski telah diketahui secara jelas bahwa
Cheng Ho beragama Islam, namun tak
menyurutkan masyarakat Tionghoa untuk
menyembah dan memujanya.
Penyembahan tersebut berawal dari salah kaprah
menyikapi patung yang dibuat orang-orang
pendahulu. Berawal satu dua orang yang
menyebut keinginannya di depan patung Cheng
Ho, namun ternyata terkabul.
Kabar pun berkembang. Warga Tionghoa mulai
percaya patung Cheng Ho dapat menjadi
perantara doa mereka kepada Tuhan. Mereka pun
mulai menyembahnya.
“Sebenarnya pembuatan patung Cheng Ho oleh
pemukim China bersama Juru Mudi Cheng Ho
yang beragama Islam tidaklah ditujukan untuk
menyembah laksamana besar itu. Patung Cheng
Ho dibuat sebagai penghormatan,” tambahnya.
sumur
Patung untuk penghormatan lhoh
![Recommended Seller emoticon-Recommended Seller](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1xidtbd.gif)
Diubah oleh callme.rei 05-07-2015 01:11
0
3.1K
Kutip
18
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan