- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ini Polisi Paling Jujur di Indonesia


TS
charlies280590
Ini Polisi Paling Jujur di Indonesia





Quote:
Polisi...
Itulah salah satu dari sekian kata yang kadang mengundang kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia.
Profesi yang konon banyak cobaannya, yang konon sering dicela dan yang konon sering beraura negatif...
Ada yang pro dan ada yang kontra
Ada yang kotor, namun ada yang bersih...
Mencari berita yang negatif itu mudah, mencari berita yang positif kadang butuh perjuangan...
Masih adakah 'oknum' bersih di Indonesia...????
Itulah salah satu dari sekian kata yang kadang mengundang kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia.
Profesi yang konon banyak cobaannya, yang konon sering dicela dan yang konon sering beraura negatif...
Ada yang pro dan ada yang kontra
Ada yang kotor, namun ada yang bersih...
Mencari berita yang negatif itu mudah, mencari berita yang positif kadang butuh perjuangan...
Masih adakah 'oknum' bersih di Indonesia...????
Hut Bhayangkara ke-69, Ini Polisi Paling Jujur di Indonesia
By Asnida Riani 02 Jul 2015 at 02:10 WIB
Quote:
Bintang.com, Jakarta Di tengah maraknya suap dan pungutan liar, enggak mudah menemukan polisi-polisi jujur di Indonesia. Mantan Presiden Indonesia, Gusdur, pernah mengatakan, cuma ada tiga polisi yang jujur; polisi tidur, patung plisi dan Hoegeng! Nah, dalam rangka HUT Bhayangkara ke-69 ini, kamu harus tahu tiga polisi lainnya yang juga dinobatkan sebagai polisi jujur.
Quote:
1. Jenderal Pol (Purn) Hoegeng Iman Santoso
Spoiler for Fotonya::

Quote:
Mengenal Pak Hoegeng lebih jauh:
Jenderal Polisi (Purn.) Hoegeng Imam Santoso (lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921 – meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah salah satu tokoh kepolisian Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari tahun 1968 - 1971. Hoegeng juga merupakan salah satu penandatangan Petisi 50.
Hoegeng masuk pendidikan HIS pada usia enam tahun, kemudian melanjutkan ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937). Setelah itu, ia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940. Sewaktu pendudukan Jepang, ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946). Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara. Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors. Selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele.
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa,
Bintang Gerilya
Bintang Dharma
Bintang Bhayangkara I
Bintang Kartika Eka Paksi I
Bintang Jalasena I
Bintang Swa Buana Paksa I
Satya Lencana Sapta Marga
Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
Satya Lencana Dasa Warsa
Satya Lencana GOM I
Satya Lencana Yana Utama
Satya Lencana Penegak
Satya Lencana Ksatria Tamtama
Jenderal Polisi (Purn.) Hoegeng Imam Santoso (lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921 – meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah salah satu tokoh kepolisian Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari tahun 1968 - 1971. Hoegeng juga merupakan salah satu penandatangan Petisi 50.
Hoegeng masuk pendidikan HIS pada usia enam tahun, kemudian melanjutkan ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937). Setelah itu, ia belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940. Sewaktu pendudukan Jepang, ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946). Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara. Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors. Selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele.
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa,
Bintang Gerilya
Bintang Dharma
Bintang Bhayangkara I
Bintang Kartika Eka Paksi I
Bintang Jalasena I
Bintang Swa Buana Paksa I
Satya Lencana Sapta Marga
Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
Satya Lencana Dasa Warsa
Satya Lencana GOM I
Satya Lencana Yana Utama
Satya Lencana Penegak
Satya Lencana Ksatria Tamtama
Quote:
2. Irjen Ursinus Medellu
Spoiler for Fotonya::

Quote:
Lebih banyak tentang Pak Ursinus Medellu
Irjen Pol (Purnawirawan) Ursinus Elias Medellu - National President FGBMFI Indonesia yang pertama.
Mantan Pengawal Presiden Soekarno, Irjen Pol (Purnawirawan) Ursinus Elias Medellu meninggal dalam usia 90 tahun, Jumat (6/1/2012). Dia adalah seorang polisi yang punya jasa besar bagi negeri ini. Mantan Kapolda Sumatera Utara ini meninggal dalam kondisi miskin. Ketika perang kemerdekaan, ketika ibukota masih di Yogya, ia waktu itu masih TNI berpangkat Letnan, menjadi intel yang bisa masuk ke markas Belanda dan sangat membantu Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret.
Setelah penyerahan kedaulatan RI, pasca-Konferensi Meja Bundar, dia menjadi polisi berpangkat Aipda. "Dalam masa transisi, ia direkrut menjadi pengawal Presiden yang pertama. Tiga orang yang waktu itu ditunjuk menjadi pengawal Bung Karno adalah UE Medellu, JE Kanter dan Daan Mogot," .Kemudian ketika menghadapi Permesta, sebagai polisi, Medellu diberi pangkat TNI lagi oleh Pangdam Merdeka Sulut lalu diberi jabatan menjadi Ketua Pemegang Kuasa Perang (Pekuper di kepulauan Sangihe). Satu-satunya polisi mengisi jabatan Kepala Pekuper yang biasanya dipimpin oleh seorang Mayor TNI.
Setelah kembali ke Jakarta, ia kemudian berdinas sebagai Polisi Lalu Lintas. Dia adalah pencipta sistem registrasi kendaraan bermotor yang berlaku sampai sekarang, BPKB. Dari uang BPKB itu, ia bisa membeli kompleks Direktorat Polantas, Jalan MT Haryono, sekitar 4 hektar. Dia juga menerapkan sistem tilang dengan tiga warna yang sekarang masih berlaku (ia adopsi dari salah satu negara bagian di AS). Dengan dana BPKB itu, dia bisa membeli sejumlah aset untuk polisi. Mulai dari Markas Polantas di Jalan MT haryono, pompa bensin, peternakan babi di Tangerang, sampai vila di Anyer. Ketika itu, lembaga kepolisian tidak boleh membeli aset. Maka ia beli dengan atas nama pribadi. Setelah pensiun, dia meminta agar Mabes Polri segera membaliknamakan semua aset itu, menjadi milik polisi.
Ketika itu, diatasnamakan koperasi atau semacam itu, yang tujuannya untuk kesejahteraan anggota. Setelah pensiun, terakhir menjadi Kapolda Sumut, dia menjadi dosen PTIK. Di bidang kerohanian, ia menjadi Presiden pertama Full Gospel Internasional untuk Indonesia (FGBMFI Indonesia). Setelah dua kali menjabat, ia digantikan oleh Letjen HBL Mantiri. Di FGBMFI Indonesia beliau merupakan seorang pemimpin yang sabar dan tokoh teladan di FGBMFI INdonesia. Dibawah kepemimpinannya FGBMFI Indonesia berkembang dengan pesat dan hingga saat ini sudah menjangkau banyak kota dan daerah di Indonesia.
Setelah pensiun ia tidak punya rumah. Sampai kemudian dibantu Direktur Polantas untuk mencicil sebuah rumah sederhana di gang sempit, kawasan Otista III, Jakarta Timur. Sosok Opa Medellu di kalangan perwira lalulintas dikenal sebagai seorang figure polisi yang punya integritas pribadi. Satu dari sedikit jenderal yang jujur, lurus, bersih, sederhana, dan punya prinsip. Barangkali ia bisa disandingkan dengan Jenderal Pol Purn. Hoegeng Iman Santoso, yang juga dikenal sederhana dan lurus.
Kesederhanaan jalan hidup Opa Medellu terlihat dari rumahnya yang tak seberapa luas dan segerhana di sebuah gang sempit, masuk dari Jalan Otista, Cawang, Jakarta Timur. Padahal, berbagai jabatan strategis Polri pernah dipegangnya, antara lain delapan tahun menjadi Direktur Lalulintas Polri dan Kadapol Sumatera Utara dua tahun. Tetapi Medellu tidak mau mengambil harta yang bukan miliknya alias korupsi. Nilai-nilai agama yang dianut putra pendeta ini terlalu mulia untuk ditukar dengan penyimpangan serupa penyelewengan jabatan. "Saya menjadi polisi karena kehendak Tuhan, maka selama menjadi polisi saya berusaha tidak melakukan ap ayang menyimpang dari ajaran Tuhan," katanya.
Karena itu, salah satu buah kerjanya semasa dinas aktif sebagai perwira tingi Polri, Medellu membangun sistem cek and balances agar siapa pun yang duduk sebagai pejabat tidak terjebak melakukan korupsi. "Saya yakin Tuhan sangat benci korupsi, apalagi korupsi di Indonesia," tuturnya. Memang, Medellu tidak meninggalkan harta warisan berlimpah baqi keluarganya. Bahkan rumahnya yang sederhana hanya berisi perabotan tua dengan hiasan foto-foto keluarga dan kerabatnya. Warisan Opa yang paling berharga menurut anak-anaknya adalah nilai-nilai kejujuran.kerja keras dan disiplin.-lni yang terus Medellu tanamkan kepada delapan anak,N21 cucu dan empat cicitnya.
"Tuhan tidak kasih uang satu karung untuk saya. Tapi Tuhan menggerakkan apa yang Dia sudah berikan kepada saya, seperti otak, mata, telinga, hati, budi, nurani, pengalaman dan kemampuan... Bekerja merupakan bagian dari doa saya dan Tuhan senantiasa mengabulkan doa saya," tutur pria yang lahir di Pulau Sangihe, Sulut.
Irjen Pol (Purnawirawan) Ursinus Elias Medellu - National President FGBMFI Indonesia yang pertama.
Mantan Pengawal Presiden Soekarno, Irjen Pol (Purnawirawan) Ursinus Elias Medellu meninggal dalam usia 90 tahun, Jumat (6/1/2012). Dia adalah seorang polisi yang punya jasa besar bagi negeri ini. Mantan Kapolda Sumatera Utara ini meninggal dalam kondisi miskin. Ketika perang kemerdekaan, ketika ibukota masih di Yogya, ia waktu itu masih TNI berpangkat Letnan, menjadi intel yang bisa masuk ke markas Belanda dan sangat membantu Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret.
Setelah penyerahan kedaulatan RI, pasca-Konferensi Meja Bundar, dia menjadi polisi berpangkat Aipda. "Dalam masa transisi, ia direkrut menjadi pengawal Presiden yang pertama. Tiga orang yang waktu itu ditunjuk menjadi pengawal Bung Karno adalah UE Medellu, JE Kanter dan Daan Mogot," .Kemudian ketika menghadapi Permesta, sebagai polisi, Medellu diberi pangkat TNI lagi oleh Pangdam Merdeka Sulut lalu diberi jabatan menjadi Ketua Pemegang Kuasa Perang (Pekuper di kepulauan Sangihe). Satu-satunya polisi mengisi jabatan Kepala Pekuper yang biasanya dipimpin oleh seorang Mayor TNI.
Setelah kembali ke Jakarta, ia kemudian berdinas sebagai Polisi Lalu Lintas. Dia adalah pencipta sistem registrasi kendaraan bermotor yang berlaku sampai sekarang, BPKB. Dari uang BPKB itu, ia bisa membeli kompleks Direktorat Polantas, Jalan MT Haryono, sekitar 4 hektar. Dia juga menerapkan sistem tilang dengan tiga warna yang sekarang masih berlaku (ia adopsi dari salah satu negara bagian di AS). Dengan dana BPKB itu, dia bisa membeli sejumlah aset untuk polisi. Mulai dari Markas Polantas di Jalan MT haryono, pompa bensin, peternakan babi di Tangerang, sampai vila di Anyer. Ketika itu, lembaga kepolisian tidak boleh membeli aset. Maka ia beli dengan atas nama pribadi. Setelah pensiun, dia meminta agar Mabes Polri segera membaliknamakan semua aset itu, menjadi milik polisi.
Ketika itu, diatasnamakan koperasi atau semacam itu, yang tujuannya untuk kesejahteraan anggota. Setelah pensiun, terakhir menjadi Kapolda Sumut, dia menjadi dosen PTIK. Di bidang kerohanian, ia menjadi Presiden pertama Full Gospel Internasional untuk Indonesia (FGBMFI Indonesia). Setelah dua kali menjabat, ia digantikan oleh Letjen HBL Mantiri. Di FGBMFI Indonesia beliau merupakan seorang pemimpin yang sabar dan tokoh teladan di FGBMFI INdonesia. Dibawah kepemimpinannya FGBMFI Indonesia berkembang dengan pesat dan hingga saat ini sudah menjangkau banyak kota dan daerah di Indonesia.
Setelah pensiun ia tidak punya rumah. Sampai kemudian dibantu Direktur Polantas untuk mencicil sebuah rumah sederhana di gang sempit, kawasan Otista III, Jakarta Timur. Sosok Opa Medellu di kalangan perwira lalulintas dikenal sebagai seorang figure polisi yang punya integritas pribadi. Satu dari sedikit jenderal yang jujur, lurus, bersih, sederhana, dan punya prinsip. Barangkali ia bisa disandingkan dengan Jenderal Pol Purn. Hoegeng Iman Santoso, yang juga dikenal sederhana dan lurus.
Kesederhanaan jalan hidup Opa Medellu terlihat dari rumahnya yang tak seberapa luas dan segerhana di sebuah gang sempit, masuk dari Jalan Otista, Cawang, Jakarta Timur. Padahal, berbagai jabatan strategis Polri pernah dipegangnya, antara lain delapan tahun menjadi Direktur Lalulintas Polri dan Kadapol Sumatera Utara dua tahun. Tetapi Medellu tidak mau mengambil harta yang bukan miliknya alias korupsi. Nilai-nilai agama yang dianut putra pendeta ini terlalu mulia untuk ditukar dengan penyimpangan serupa penyelewengan jabatan. "Saya menjadi polisi karena kehendak Tuhan, maka selama menjadi polisi saya berusaha tidak melakukan ap ayang menyimpang dari ajaran Tuhan," katanya.
Karena itu, salah satu buah kerjanya semasa dinas aktif sebagai perwira tingi Polri, Medellu membangun sistem cek and balances agar siapa pun yang duduk sebagai pejabat tidak terjebak melakukan korupsi. "Saya yakin Tuhan sangat benci korupsi, apalagi korupsi di Indonesia," tuturnya. Memang, Medellu tidak meninggalkan harta warisan berlimpah baqi keluarganya. Bahkan rumahnya yang sederhana hanya berisi perabotan tua dengan hiasan foto-foto keluarga dan kerabatnya. Warisan Opa yang paling berharga menurut anak-anaknya adalah nilai-nilai kejujuran.kerja keras dan disiplin.-lni yang terus Medellu tanamkan kepada delapan anak,N21 cucu dan empat cicitnya.
"Tuhan tidak kasih uang satu karung untuk saya. Tapi Tuhan menggerakkan apa yang Dia sudah berikan kepada saya, seperti otak, mata, telinga, hati, budi, nurani, pengalaman dan kemampuan... Bekerja merupakan bagian dari doa saya dan Tuhan senantiasa mengabulkan doa saya," tutur pria yang lahir di Pulau Sangihe, Sulut.
Quote:
3. Muhammad Miran
Spoiler for Fotonya::

Quote:
Lebih banyak tentang Pak Miran:
Merdeka.com - Bagi warga kota Malang yang lahir di era 60-80-an mungkin tidak asing dengan Muhammad Miran. Sosok satu ini adalah perwira polisi yang disegani mulai dari rakyat jelata hingga wali kota. Meski sudah pensiun, nama Miran masih melekat di sebagian besar masyarakat Malang. Tidak sulit menemukan kediaman pria dengan pangkat terakhir mayor itu. Karena kiprahnya sebagai aparat negara terkenal, maka banyak pula masyarakat yang mengenalnya. Miran tinggal di daerah Kepuh, Kecamatan Sukun, Malang. Jika Anda menanyakan alamat rumah Miran pada warga Kepuh, tanpa ragu mereka akan memberitahukannya pada Anda.
Ketika merdeka.com menyambangi kediaman Miran, tampak berbagai foto seorang pria mengenakan seragam polisi. "Itu foto-foto saya zaman dulu sewaktu jadi polisi," kata Miran, Rabu (3/4) lalu. Pria kelahiran Magetan 21 Maret 1944 ini masih terlihat bugar dan gagah, tak berbeda jauh dengan foto ketika masih bertugas sebagai polisi. Sosoknya juga sederhana dan ramah, tampak dari pakaian yang dia kenakan. Saat dijumpai, Miran mengenakan polo shirt dipadu celana pendek warna putih. Tak lupa senyum hangat selalu menghiasi wajahnya.
Dengan semangat dia menceritakan pengalamannya ketika bertugas sebagai pelindung masyarakat. Pria bersahaja itu mulai menjadi polisi sejak 1 Juli 1964. Pengabdiannya pada masyarakat dia tunjukkan dengan senantiasa bersikap jujur dan tanpa pamrih. Miran pantang menerima imbalan atau suap dari orang yang melanggar lalu lintas. "Saya orangnya kenceng (tegas), kalau ada yang melanggar pasti saya peringatkan," ungkapnya. Sikap tegas yang ditunjukkan ayah tiga anak tersebut membuat dia disegani dan dihormati warga Kota Malang.
Kini, Miran sudah purna tugas dari polisi. Tetapi, namanya akan selalu menjadi legenda di Malang. Banyak para pekerja yang ingin menikmati masa pensiun dengan bersantai ria. Tapi hal ini tidak berlaku bagi Muhammad Miran. Polisi yang pernah berpangkat sebagai mayor ini sempat menjadi kepala security di sebuah supermarket di kawasan Blimbing, Malang.
Rasanya tidak percaya mendengar seseorang berpangkat tinggi kemudian beralih menjadi petugas keamanan di supermarket setelah pensiun. Tapi Miran benar-benar melakukannya. Selama dua tahun, pada 1999 dan 2000 Miran menekuni "pangkat" barunya. "Daripada menganggur di rumah lebih baik beraktivitas," katanya dengan santai. Miran tidak gengsi melakoni aktivitas barunya itu. "Tidak ada bedanya jadi polisi sama kepala keamanan. Bedanya cuma jumlah gajinya saja," ujar dia lantas tertawa. Namun, pilihan Miran menjadi satpam kurang disetujui oleh istrinya, Sutinah. Wanita 66 tahun itu merasa tidak perlu mengejar materi lagi karena sudah berkecukupan.
"Namanya manusia, kalau merasa kurang ya kurang terus. Tapi bapak tidak perlu sampai bekerja seperti itu," kata Sutinah. Dia sering mendapat omongan dari teman-temannya, tentang pekerjaan barunya sebagai satpam. "Bapak itu memang rajin, tapi kadang suka ngerjain hal-hal yang bukan kerjaannya. Seperti merapikan trolley, itu kan bukan tugasnya," jelas wanita yang pernah berprofesi sebagai bidan tersebut.
Kini, Miran tidak lagi menjadi kepala security. Dia memiliki kesibukan baru yakni mengasuh cucunya. "Yang namanya orang tua bekerja tiada hentinya, dulu mengurus anak, sekarang cucu. Tapi sangat menyenangkan," ungkap Miran sambil menggendong cucunya. Selain itu, kediamannya di Kepuh juga dimanfaatkan sebagai tempat kos para mahasiswi Universitas Kanjuruhan Malang.
Merdeka.com - Bagi warga kota Malang yang lahir di era 60-80-an mungkin tidak asing dengan Muhammad Miran. Sosok satu ini adalah perwira polisi yang disegani mulai dari rakyat jelata hingga wali kota. Meski sudah pensiun, nama Miran masih melekat di sebagian besar masyarakat Malang. Tidak sulit menemukan kediaman pria dengan pangkat terakhir mayor itu. Karena kiprahnya sebagai aparat negara terkenal, maka banyak pula masyarakat yang mengenalnya. Miran tinggal di daerah Kepuh, Kecamatan Sukun, Malang. Jika Anda menanyakan alamat rumah Miran pada warga Kepuh, tanpa ragu mereka akan memberitahukannya pada Anda.
Ketika merdeka.com menyambangi kediaman Miran, tampak berbagai foto seorang pria mengenakan seragam polisi. "Itu foto-foto saya zaman dulu sewaktu jadi polisi," kata Miran, Rabu (3/4) lalu. Pria kelahiran Magetan 21 Maret 1944 ini masih terlihat bugar dan gagah, tak berbeda jauh dengan foto ketika masih bertugas sebagai polisi. Sosoknya juga sederhana dan ramah, tampak dari pakaian yang dia kenakan. Saat dijumpai, Miran mengenakan polo shirt dipadu celana pendek warna putih. Tak lupa senyum hangat selalu menghiasi wajahnya.
Dengan semangat dia menceritakan pengalamannya ketika bertugas sebagai pelindung masyarakat. Pria bersahaja itu mulai menjadi polisi sejak 1 Juli 1964. Pengabdiannya pada masyarakat dia tunjukkan dengan senantiasa bersikap jujur dan tanpa pamrih. Miran pantang menerima imbalan atau suap dari orang yang melanggar lalu lintas. "Saya orangnya kenceng (tegas), kalau ada yang melanggar pasti saya peringatkan," ungkapnya. Sikap tegas yang ditunjukkan ayah tiga anak tersebut membuat dia disegani dan dihormati warga Kota Malang.
Kini, Miran sudah purna tugas dari polisi. Tetapi, namanya akan selalu menjadi legenda di Malang. Banyak para pekerja yang ingin menikmati masa pensiun dengan bersantai ria. Tapi hal ini tidak berlaku bagi Muhammad Miran. Polisi yang pernah berpangkat sebagai mayor ini sempat menjadi kepala security di sebuah supermarket di kawasan Blimbing, Malang.
Rasanya tidak percaya mendengar seseorang berpangkat tinggi kemudian beralih menjadi petugas keamanan di supermarket setelah pensiun. Tapi Miran benar-benar melakukannya. Selama dua tahun, pada 1999 dan 2000 Miran menekuni "pangkat" barunya. "Daripada menganggur di rumah lebih baik beraktivitas," katanya dengan santai. Miran tidak gengsi melakoni aktivitas barunya itu. "Tidak ada bedanya jadi polisi sama kepala keamanan. Bedanya cuma jumlah gajinya saja," ujar dia lantas tertawa. Namun, pilihan Miran menjadi satpam kurang disetujui oleh istrinya, Sutinah. Wanita 66 tahun itu merasa tidak perlu mengejar materi lagi karena sudah berkecukupan.
"Namanya manusia, kalau merasa kurang ya kurang terus. Tapi bapak tidak perlu sampai bekerja seperti itu," kata Sutinah. Dia sering mendapat omongan dari teman-temannya, tentang pekerjaan barunya sebagai satpam. "Bapak itu memang rajin, tapi kadang suka ngerjain hal-hal yang bukan kerjaannya. Seperti merapikan trolley, itu kan bukan tugasnya," jelas wanita yang pernah berprofesi sebagai bidan tersebut.
Kini, Miran tidak lagi menjadi kepala security. Dia memiliki kesibukan baru yakni mengasuh cucunya. "Yang namanya orang tua bekerja tiada hentinya, dulu mengurus anak, sekarang cucu. Tapi sangat menyenangkan," ungkap Miran sambil menggendong cucunya. Selain itu, kediamannya di Kepuh juga dimanfaatkan sebagai tempat kos para mahasiswi Universitas Kanjuruhan Malang.
Quote:
4. Aiptu Jaelani
Spoiler for Fotonya::

Quote:
Lebih banyak tentang Aiptu Jaelani:
Kisah Aiptu Jailani tilang anggota KPK dan istrinya sendiri
Reporter : Moch. Andriansyah | Senin, 1 April 2013 10:07
Merdeka.com - Uang, kehidupan mewah dan memberi setumpuk harta benda pada anak-istri, kerap menjadi penggoda bagi siapa saja yang bergaji kecil. Tak heran pekerjaan yang dekat dengan 'lahan basah' selalu menjadi incaran siapa saja di negeri ini. Di kepolisian misalnya, di korps kesatuan lalu lintas, sudah menjadi rahasia umum, kalau menjadi 'lahan basah' bagi anggota kepolisian, mulai dari pengadaan Surat Izin Mengemudi (SIM) hingga surat tilang.
Di tengah-tengah gencarnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut tuntas kasus korupsi Simulator SIM di Satlantas Polri, masyarakat disuguhkan aksi jujur seorang anggota Polantas di Polres Gresik, Jawa Timur. Karena ketegasannya dan anti suap, namanya menjadi tenar melebihi nama kapolresnya sendiri. Bahkan dia kerap menerima penghargaan atas kejujuran dan keteladanannya selama 23 tahun mengabdi di korps baju coklat.
Adalah Aiptu Jailani, anggota Satlantas Polres Gresik, yang sempat menerima penghargaan dari Polda Jawa Timur karena kredit point dengan jumlah surat tilang terbanyak, yaitu 2400 surat tilang selama satu tahun. Itu artinya, setiap hari rata-rata dia menilang enam hingga delapan pelanggar lalu lintas.Yang ditilang Jailani pun beragam, mulai dari warga sipil, petinggi polisi, TNI, wartawan hingga pejabat Pemkab Gresik. Bahkan, di tahun 2012, suami dari Rahmawati itu, pernah menilang seorang anggota KPK dan istrinya sendiri.
Saat itu, diceritakan Jailani, dia melihat mobil yang menerobos lampu merah, lalu saya kejar. "Saat mobil sudah saya hentikan, saya mencatat surat tilang, lalu si pengemudi keluar dan menyodorkan uang Rp 50 ribu kepada saya," ungkap Jailani. Mendapat uang itu, yang entah jebakan atau memang sengaja menguji kejujuran Jaelani, bapak dari Nilam AW (15) dan M Karim (13) itu menolak dan meminta yang bersangkutan mengikuti aturan yang berlaku.
Ditolak oleh si polisi, si pengemudi malah mengeluarkan tanda anggota KPK sambil meminta 'damai' yang padahal, mestinya anggota KPK yang notabene-nya petugas pemberantas tindak korupsi, men-support anti suap. "Mesti begitu, ya tetap saya proses. Sebab cara mengemudinya, bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri," kata Jailani tanpa menyebut nama si pengemudi sambil memperagakan cara anggota KPK itu memperlihatkan identitasnya.
Tak hanya anggota KPK, Jailani juga pernah menilang seorang perwira dari Polda Jawa Timur yang tinggal di daerah Gresik. Gara-garanya, si perwira tersebut memarkir kendaraannya tepat di rambu larangan parkir. Padahal, mobilnya itu di depan rumahnya sendiri, yang berada tepat di pinggir salah satu jalan protokol. Kemudian, keesokan harinya, sekitar pukul 06.00 WIB, Jailani yang melihat itu, mendatangi rumah si perwira dan mengetuk pintu rumahnya. Sang pemilik rumah marah dengan ulah Jailani dan menelepon Kapolres Gresik agar menindak tegas ulah Jailani.
"Saat itu, saya meminta surat-surat mobilnya untuk saya periksa dan beliau (si perwira Polda Jatim) bilang: Saya ini dari Polda loh Dik. Saya bisa saja meminta kapolres untuk memberi sanksi sama kamu. Tapi akhirnya beliau memahami soal aturan lalu lintas dan mengerti dengan tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas," kata Jailani menceritakan pengalamannya. Selanjutnya, kisah aksi tilang Jailani yang paling diingat oleh warga Gresik. Kisah Polantas kelahiran Jombang 44 tahun silam itu, ketika menilang sang istri, Rahmawati (45), warga Jalan Jaksa Agung Suprapto Gg 6D/23 pada bulan Maret 2012.
Saat itu, Jailani bertugas mengamankan Car Free Day (CFD). Istrinya yang dalam perjalanan pulang, melintasi gang kecil dan terjebak di jalur CFD. Oleh polisi lain, Rahmawati diarahkan keluar dari area CFD. Sayang, pelanggaran itu, diketahui suaminya yang tengah mensweeping pengendara motor yang melanggar rambu CFD.
Rahmawati pun mendapat tilang dari sang suami. "Untung hari itu, hanya teguran tilang simpatik saja, sehingga istri saya tidak sampai disidang. Dan untungnya juga, istri saya mau mengerti dan memahami tindak tegas saya. Justru dia mendukung aksi saya," ungkap Jailani sembari tersenyum geli.
Kisah Aiptu Jailani tilang anggota KPK dan istrinya sendiri
Reporter : Moch. Andriansyah | Senin, 1 April 2013 10:07
Merdeka.com - Uang, kehidupan mewah dan memberi setumpuk harta benda pada anak-istri, kerap menjadi penggoda bagi siapa saja yang bergaji kecil. Tak heran pekerjaan yang dekat dengan 'lahan basah' selalu menjadi incaran siapa saja di negeri ini. Di kepolisian misalnya, di korps kesatuan lalu lintas, sudah menjadi rahasia umum, kalau menjadi 'lahan basah' bagi anggota kepolisian, mulai dari pengadaan Surat Izin Mengemudi (SIM) hingga surat tilang.
Di tengah-tengah gencarnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut tuntas kasus korupsi Simulator SIM di Satlantas Polri, masyarakat disuguhkan aksi jujur seorang anggota Polantas di Polres Gresik, Jawa Timur. Karena ketegasannya dan anti suap, namanya menjadi tenar melebihi nama kapolresnya sendiri. Bahkan dia kerap menerima penghargaan atas kejujuran dan keteladanannya selama 23 tahun mengabdi di korps baju coklat.
Adalah Aiptu Jailani, anggota Satlantas Polres Gresik, yang sempat menerima penghargaan dari Polda Jawa Timur karena kredit point dengan jumlah surat tilang terbanyak, yaitu 2400 surat tilang selama satu tahun. Itu artinya, setiap hari rata-rata dia menilang enam hingga delapan pelanggar lalu lintas.Yang ditilang Jailani pun beragam, mulai dari warga sipil, petinggi polisi, TNI, wartawan hingga pejabat Pemkab Gresik. Bahkan, di tahun 2012, suami dari Rahmawati itu, pernah menilang seorang anggota KPK dan istrinya sendiri.
Saat itu, diceritakan Jailani, dia melihat mobil yang menerobos lampu merah, lalu saya kejar. "Saat mobil sudah saya hentikan, saya mencatat surat tilang, lalu si pengemudi keluar dan menyodorkan uang Rp 50 ribu kepada saya," ungkap Jailani. Mendapat uang itu, yang entah jebakan atau memang sengaja menguji kejujuran Jaelani, bapak dari Nilam AW (15) dan M Karim (13) itu menolak dan meminta yang bersangkutan mengikuti aturan yang berlaku.
Ditolak oleh si polisi, si pengemudi malah mengeluarkan tanda anggota KPK sambil meminta 'damai' yang padahal, mestinya anggota KPK yang notabene-nya petugas pemberantas tindak korupsi, men-support anti suap. "Mesti begitu, ya tetap saya proses. Sebab cara mengemudinya, bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri," kata Jailani tanpa menyebut nama si pengemudi sambil memperagakan cara anggota KPK itu memperlihatkan identitasnya.
Tak hanya anggota KPK, Jailani juga pernah menilang seorang perwira dari Polda Jawa Timur yang tinggal di daerah Gresik. Gara-garanya, si perwira tersebut memarkir kendaraannya tepat di rambu larangan parkir. Padahal, mobilnya itu di depan rumahnya sendiri, yang berada tepat di pinggir salah satu jalan protokol. Kemudian, keesokan harinya, sekitar pukul 06.00 WIB, Jailani yang melihat itu, mendatangi rumah si perwira dan mengetuk pintu rumahnya. Sang pemilik rumah marah dengan ulah Jailani dan menelepon Kapolres Gresik agar menindak tegas ulah Jailani.
"Saat itu, saya meminta surat-surat mobilnya untuk saya periksa dan beliau (si perwira Polda Jatim) bilang: Saya ini dari Polda loh Dik. Saya bisa saja meminta kapolres untuk memberi sanksi sama kamu. Tapi akhirnya beliau memahami soal aturan lalu lintas dan mengerti dengan tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas," kata Jailani menceritakan pengalamannya. Selanjutnya, kisah aksi tilang Jailani yang paling diingat oleh warga Gresik. Kisah Polantas kelahiran Jombang 44 tahun silam itu, ketika menilang sang istri, Rahmawati (45), warga Jalan Jaksa Agung Suprapto Gg 6D/23 pada bulan Maret 2012.
Saat itu, Jailani bertugas mengamankan Car Free Day (CFD). Istrinya yang dalam perjalanan pulang, melintasi gang kecil dan terjebak di jalur CFD. Oleh polisi lain, Rahmawati diarahkan keluar dari area CFD. Sayang, pelanggaran itu, diketahui suaminya yang tengah mensweeping pengendara motor yang melanggar rambu CFD.
Rahmawati pun mendapat tilang dari sang suami. "Untung hari itu, hanya teguran tilang simpatik saja, sehingga istri saya tidak sampai disidang. Dan untungnya juga, istri saya mau mengerti dan memahami tindak tegas saya. Justru dia mendukung aksi saya," ungkap Jailani sembari tersenyum geli.
Quote:
Sempat hadir juga di sebuah acara talkshow: Bisa dilihat di sini.
Quote:
Itu dia keempat polisi yang dinobatkan sebagai polisi jujur di Indonesia. Mereka benar-benar mengabdi kepada masyarakat. Salut! Semoga aja di ulang tahun Bhayangkara ke-69 ini polisi jujur di Indonesia bertambah.
Quote:
Quote:
Ane berharap makin banyak lagi polisi yang meraih predikat sebagai seorang Indonesia yang jujur dan anti tindakan kriminal atau korupsi... 

Diubah oleh charlies280590 02-07-2015 12:27
0
27.7K
Kutip
240
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan