- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
[Travelista]Mencoba Mengenal Banda Aceh
TS
PriNx
[Travelista]Mencoba Mengenal Banda Aceh
Quote:
Senja belum lagi datang, sedang terik masih belum beranjak. Senin perdana pekan ini, cuaca bersahabat tampaknya. Badai mungkin saja sudah usai, setelah beberapa hari kemarin memaksa warga Banda Aceh tak bisa santai. Dari seputaran Jalan P. Nyak Makam, sepeda motor meluncur teratur. Tidak, mungkin senja kali ini kita tidak melihat dulu Kantor Gubernur Aceh. Bangunan yang kokoh pasca tsunami, cantik terlihat. Selain bersih, luas, menarik terlihat ketika lampu lampu menyala dimalam hari. Di putaran jalan setelah kedai kopi SMEA, berputar arah, menuju ke arah Hermess Palace Hotel. Belum lagi jauh, kita bisa melihat dengan jelas Wisma Anggrek, penginapan yang terbilang murah ada disana. Diseberang wisma tersebut, dulunya adalah areal perkantoran milik Koperindag kalau tidak salah. Gedung ini nyaris tak terpakai pasca tsunami, hingga sekarang diberikan hak guna pakai untuk lembaga dari pusat. Saksi bisu tsunami diabadikan dengan didirikan sebuah monumen kecil.
Spoiler for Tugu Tsunami:
Quote:
Kemudian kita teruskan perjalanan sebentar. Di pinggir jalan tampak terlihat beberapa penjaja air kelapa muda, air tebu, dan pulut bakar. Pengunjung dapat singgah sejenak. Tempatnya teduh, meski tak syahdu, rasanya bolehlah dijadikan tempat melepas rindu. Lampineung, daerah ini lebih dikenal dengan nama Lampineung. Di sana ada soto Endang, yang kemarin saya coba di Lhokseumawe memang benar nikmat adanya. Tak jauh darinya ada juga kedai Mie Hijau. Rasanya cukup memukau dan harga tak bikin galau. Satu hal yang patut diperhatikan dari jalan ini adalah, berjajar beberapa kedai kopi. Persaingan bisnis terlihat sangat terbuka. Entah mungkin saya yang terpukau cerita kawan kawan dulu, tetapi kedai kopi Solong memang tak ada duanya jika kita berada di daerah sini. Bukan mengiklankan, toh kedai kopi Solong sudah punya nama karena yang dijual bukan sekedar kopi, tetapi citarasa sejati. Biasanya dekat lampu merah ada penjual pisang goreng Adabi, entah darimana asal muasalnya, yang pasti cocok dimakan untuk menemani segelas kopi. Kedai kopi di Banda Aceh sekarang ini rasanya sudah dimonopoli atau mungkin ada invasi saham yang dilakukan oleh Om WIFI, karena kebanyakan kedai kopi di Banda Aceh memasang logo WIFI di pintu masuknya. Yang perlu diingat, bahwa kebanyakan kedai kopi di Banda Aceh sering menyelenggarakan nonton bareng pertandingan sepakbola. Kita hanya membayar makanan minuman yang kita konsumsi, bagaimana bila di kota lainnya?
Spoiler for tukang pulut:
Spoiler for air kelapa :
Spoiler for Kopi:
Spoiler for Solong:
Spoiler for Solong:
Quote:
Dari lampu merah, sengaja sepeda motor diarahkan ke kanan. Benar, ke arah Lambuuk. Di sepanjang jalan akan sangat mencolok toko pakaian, entah itu distro namanya, entah apapun, rasanya memang sangat banyak terlihat. Biasanya di depan Lambuuk Swalayan, ada penjual Ade, penganan khas yang kemarin pernah saya beli di jalur lintas Beurnun - Sigli. Belum lagi jauh, terlihat di tepi jalan penjual pisang goreng. Kali ini bukan Adabi, tetapi pisang goreng Kalimantan. Jadi tak perlu jauh ke Borneo kalau cuma ingin membeli. Seperti tak perlu jauh jauh ke Ambon jika ingin menikmati Bika Ambon, cukup saja datang ke Medan
Spoiler for Pisang Kalimantan:
Spoiler for Ade:
Quote:
Tepat di ujung jalan, akan terlihat Hermes Mall. Mungkin ini satu satunya mall yang ada di Banda Aceh. Tak apalah, setidaknya Mall disini tak menjelma menjadi hutan kota. Melaju lagi ke arah Simpang Surabaya. Entah mau kemana sebenarnya, tetapi jika lurus terus ke arah Batoh, itu arah menuju terminal bus bila ke kiri maka akan ke arah terminal ELF (L-300). Karena lampu sudah hijau, terpaksa maju. Terbawa arus maka belok ke kanan. Tak jauh dari lampu merah, ada Gedung Sosial. Disini sering kali dijadikan lapak gelar pameran komputer. Dapat simpang tiga pertama, bila ke kiri menuju ke Makam Pahlawan. Baiklah kita lurus saja, jangan lupa, disebelah kiri akan terlihat pertokoan seluler. Untuk masalah harga, pernah saya sendiri coba servis, disini lebih murah ternyata ketimbang di daerah Peunayong. Peunayong itu dimanakah? Nanti coba kesana jika malam tak gelap. Tepat di persimpangan lampu merah, enggan menunggu, ada baiknya kita belok kiri jalan terus.
Spoiler for Hermes Mall:
Quote:
Jalan disini sangat luas, saluran air juga besar. Hingga untuk masuk ke Musium Aceh harus menyeberangi jembatan. Benar kah itu Musium Aceh namanya? Jika salah, anggap saja benar, toh jelas terlihat disana ada Rumoh Aceh. Bila masuk dan terus ke kanan, maka akan terlihat Lonceng Cakradonya. Gosipnya, lonceng tersebut berasal dari Laksamana Ceng Ho.
Spoiler for Rumoh Aceh :
Spoiler for Lonceng Cakradonya :
Spoiler for musium sebelah:
Spoiler for meriam:
Quote:
Lonceng ini sangat terkenal di daerah Aceh. Sejarah mencatat bahwa lonceng cakradonya merupakan pemberian dari Laksamana Cheng Ho, seorang Kaisar Cina kepada Sultan Iskandar Muda pemimpin Kerajaan Aceh pada masa itu. Pemberian lonceng ini dalam rangka mengikat hubungan persahabatan dan kerjasama antara dua kerajaan di negara yang berbeda. Lonceng ini berukuran 11/2 m dan lebar 1 m. Nama Cakradonya adalah nama armada perang Sultan Iskandar Muda, yang mana cakra berarti kabar sedangkan donya artinya dunia. Lonceng cakradonya berfungsi sebagai media untuk menyampaikan kabar kepada dunia, termasuk isyarat perang pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Pada bagian atas lonceng ini terdapat tulisan aksara Tionghoa dan Arab. Aksara Tionghoa yang tertulis adalah "Sing Fang Niat Toeng Juut Kat Yat Tjo", namun tulisan aksara tersebut sudah tidak terbaca lagi karena sudah dimakan usia. Mulanya Lonceng raksasa yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang bermutu tinggi ini diletakkan di dekat Masjid Raya Baiturrahman yang berlokasi di kompleks Istana Sultan. Namun kini Lonceng Cakradonya telah dipindahkan ke Museum Aceh dan ditempatkan dalam sebuah kubah di halaman museum tersebut sejak tahun 1915. Hingga kini Lonceng raksasa ini menjadi simbol atau icon khusus Kota Banda Aceh. http://id.wikipedia.org/wiki/Lonceng
Quote:
Di sebelah Museum Aceh ini, ternyata ada juga tempat bersejarah lainnya rupanya, karena terlihat beberapa meriam pasca perjuangan dulu terlihat jelas. Kembali ke area pandangan mata. Rumoh Aceh juga menarik untuk dikunjungi, atau sekedar berfoto ria. Beberapa meriam terpajang bebas di bawah rumah panggung ini. Ada pedati, alat menumbuk padi dan sepertinya ini adalah tempat menyimpan padi. Museum ini akan tutup setiap hari Senin. Selasa sampai Minggu akan buka pada pukul 08.30. Selasa s.d. Kamis jam istirahat pukul 12.30. Buka kembali pukul 13.30-17.30. Jumat istirahat pukul 11.30. Buka kembali pukul 14.00 - 17.30. Sabtu dan Minggu istirahat pada pukul 12.30. Dan dibuka kembali pada pukul 14.00-17.30.
Spoiler for pedati:
Spoiler for penumbuk padi:
Spoiler for tempat padi:
Quote:
Tepat disebelah Rumoh Aceh ini, ada satu lagi bangunan yang atapnya hampir menyentuh tanah. Tepat di depannya terdapat makam Raja Raja Dinasti Bugis. Tak disangka bahwa jaman dulu kala Kerajaan Bugis sampai juga kemari.
Spoiler for Musium Aceh:
Spoiler for Makam Raja Bugis:
0
19.2K
Kutip
141
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan