Selamat datang agan/aganwati di thread ane.

Ane jarang banget bikin thread jadi mohon maaf sebelumnya kalau penampilan thread ini ala kadarnya.

Begini, sesuai dengan judul thread, tujuan ane bikin thread ini hanyalah untuk berbagi pengalaman ane selama berhadapan dengan beberapa pedagang di bulan puasa ini. Pengalaman ini sudah sering sekali ane alami di bulan puasa dari beberapa tahun yang lalu, tetapi baru sekarang ane merasa ada sesuatu yang irasional pada mental beberapa (BUKANsemua) pedagang di Indonesia selama puasa.

Langsung aja ke cerita pengalaman ane ya:

1. KASUS PERTAMA

Kejadian ini terjadi sekitar tanggal 25 bulan Juni sekitar jam 5 sore kemarin, Mumpung ane baru gajian, ane jadi teringat kalau kunci kamar ane bengkok jadi susah buat mengunci/melepas kunci itu dari lubangnya. Pergilah ane ke tukang reparasi kunci di salah satu mal kecil di Jakarta Utara. Ane berniat untuk membuat duplikat kunci kamar daripada pake kunci yang udah rusak. Di mal ini ada tukang buat duplikat kunci. Toko bapak ini kecil, cuma berupa stand yang tidak memakan space ruangan yang banyak. Di atas stand terpasang harga jasa duplikasi kunci seharga Rp 20.000 per kunci,

Ane pun datang ke bapak itu dan terjadi dialog ini antara ane (A) dan Tukang Kunci (B):

A: Permisi Pak, kunci saya bengkok. Bisa bapak buat duplikat kuncinya sekarang?
B: Bisa kok. Tapi tunggu sekitar 10 menitan ya.
A: Oke Pak. Saya tinggal aja ya soalnya saya mau beli makan malam dulu. Nggak lama kok.
B: Oke...

Sekitar 10 menitan ane balik ke bapak itu.
A: Udah beres Pak?
B: Udah (sekalian nyodorin kunci duplikat dan asli ke ane).
A: Semuanya Rp 20.000 ya Pak?
B: Rp 25.000 dek, soalnya lagi bulan puasa.
A: (agak kaget) Loh, tapi di plang Bapak harganya Rp 20.000 tuh (sambil nunjuk ke plang itu).
B: Tapi sekarang Bapak lagi puasa jadi harganya naek Rp 5.000.
A: Kok gitu sih Pak?
B: Udah biasa lah harga naik kalau lagi bulan puasa dek! (kelihatan kesal)
A: Ya udah deh, nih uangnya.

Ane males berurusan panjang lebar cuma buat tambahan Rp 5.000. Tapi tetap aja ane nggak bisa terima dengan kenaikan harga spesial cuma gara-gara bapak itu sedang berpuasa. Ane pun mulai terpikir untuk membuat thread ini di kaskus tapi ane rasa terlalu berlebihan karena baru satu pedagang yang bermental seperti itu, jadi ane mengurungkan niat ane.

TAPI...

Ane jadi semakin terdorong karena mengalami kasus kedua di bawah ini.

Lanjut ke kasus kedua ya.

2. KASUS KEDUA

Keesokan harinya pas ane beli makan siang di kantin deket kantor ane di Jakarta Selatan, ane pun menghadapi hal yang sama!
Dialognya seperti ini antara ane (A) dan C (Bapak kantin):

C: Eh adek, mau dibungkus ya?
A: Iya pak. Nasi putih sama menu paket kayak biasa ya Pak.

(NB: Ane udah langganan lebih dari 10 bulan di bapak kantin ini jadi si bapak udah hapal sama menu ane.)

C: Satu daging sama dua lauk ya?
A: Iya Pak. Dagingnya sapi lada hitam, lauknya fu yung hai sama capcay ya.
C: (Setelah nyiapin pesanan ane) Semuanya Rp 20.000 ya Dek.
A: (Reflek keinget sama kasus kunci sebelumnya, tapi ane tetep nanya begini) Bukannya biasanya Rp 18.000 ya Pak buat paket begini?
C: (Ketawa nyinyir) Hehehe... selama puasa harganya naek jadi Rp 20.000 nih. Udah biasa sih. Nanti beres puasa harganya jadi Rp 18.000 lagi kok.
A: Ya udah pak, ini uangnya Rp 20.000.

Setelahnya, ane semakin berpikir apa sudah lazim untuk sebagian pedagang di Indonesia bermental seperti ini saat bulan puasa?
"Saya sedang berpuasa. Jadi hargai ibadah saya dengan membayar lebih dari hari-hari normal!"

In My Humble Opinion:
Jujur aja ya, menurut ane mental seperti ini sudah jelas keliru. Bukankah esensi dari puasa sebagai bentuk ibadah adalah menahan godaan, hawa nafsu, dan emosi-emosi negatif lainnya untuk menguji kesabaran orang yang berpuasa? Memang nggak ada balas jasa yang bisa dirasakan instan, tapi bukankah ini salah satu cara menabung untuk di surga nanti? Bukannya malah jadi alasan untuk menaikkan harga jual jasa/barang/apapun. Sama saja kesannya seperti puasa dibayar dengan uang tambahan hasil selisih harga jual dari hari-hari normal.
Ane gak keberatan dengan harga yang dinaikkan hanya beberapa ribu rupiah. Yang ane permasalahkan adalah mental yang keliru mengenai puasa ini yang malah dianggap HAL LAZIM di Indonesia ini.

Ane non Muslim, jadi ane nggak paham mendalam tentang ibadah puasa ini. Tapi ane berusaha untuk menghormati dengan tidak makan di tempat umum. Contohnya aja makan siang ane dibungkus dan ane makan di cubicle ane. Sayangnya rasa hormat ini malah dimanfaatkan oleh beberapa pedagang yang berpuasa untuk mendapatkan harga spesial.

Ane punya beberapa pertanyaan. Mungkin agan/aganwati di sini bisa menjawab.

1. Apa memang lazim bagi orang yang berpuasa untuk mendapatkan hak spesial? Seperti contoh dua kasus ane untuk pedagang seenaknya menaikkan harga hanya karena mereka sedang berpuasa?

2. Apa di Al-quran memang diperbolehkan untuk bermental seperti ini saat sedang berpuasa?

3. Sebenarnya mental dan perilaku seperti apa yang seharusnya dimiliki dan ditunjukkan saat sedang berpuasa?

Mohon pertanyaan ane dijawab tanpa perlu adanya rasa tersinggung atau merasa dipojokkan karena ane murni bikin thread ini untuk diskusi dan memperluas wawasan ane terhadap salah satu budaya di Indonesia yang sangat beragam ini.

Terima kasih bagi yang bersedia menjawab pertanyaan ane dan meluangkan waktu untuk membaca thread ane ini.

Salam.

Sumber:
Hasil pengalaman ane sendiri, jadi pasti no repost.