Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2015 4,7% atau turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,2%. Perlambatan ekonomi ini tidak hanya dialami Indonesia saja, namun banyak negara lain juga mengalami hal yang sama mulai dari Rusia hingga China.


Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan, bahkan Rusia dan Brasil perlambatan ekonominya lebih lambat lagi dibandingkan dengan Indonesia.

Pertama adalah Rusia. Agus menuturkan ekonominya bahkan negatif 3,8% atau sudah masuk dalam ketegori krisis, karena penurunan harga minyak dunia yang sudah sampai pada level US$ 50 per barel.


"Rusia sebagai salah satu eksportir energi di dunia sedang berjuang, karena kondisi ekonominya menurun," ujarnya dalam seminar Institute of International Finance di Ritz Charlton, Jakarta (7/5/2015).


Kedua adalah Brasil, yang juga mengalami penurunan ekonomi dalam lima tahun terakhir. Kondisi terburuk bagi Brasil adalah ketika 2013. Kemudian ekonominya diproyeksikan negatif 1% pada 2015.


"Brasil sebagai negara ekonomi terbesar di Amerika Latin, setelah alami resesi 5 tahun lalu bahkan turun sampai dengan minus 1%,"‎ jelasnya.


Ketiga adalah China. Agus mengungkapkan pada 2015‎, ekonominya diproyeksikan tumbuh 6,8%. Jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang mampu tumbuh di atas 10%.

"‎Investasi aset tetap di Tiongkok terus turun sampai 13,6% setiap tahunnya. Pabrik di Tiongkok berjuang untuk memenuhi penerimaan dari domestik," terang Agus.‎

Negara berkembang lain yang cukup beruntung adalah India.

Reformasi struktural yang digagas untuk perbaikan defisit transaksi berjalan berhasil mengembalikan kepercayaan investor. Investasi pun kemudian tumbuh tinggi, dan mendorong ke perekonomian.


"India secara mengesankan diproyeksikan akan naik sampai 7%, karena ada reformasi struktural untuk dorong pertumbuhan‎ ekonomi," kata Agus.