- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mentan : Tak Akan Ada Impor Bawang Merah Lagi !!


TS
azfargilang
Mentan : Tak Akan Ada Impor Bawang Merah Lagi !!
Quote:

Metrotvnews.com, Cirebon : Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, optimistis masa depan harga dan pasokan bawang merah lebih stabil. Sebab, produksi bawang merah di beberapa wilayah Indonesia sudah melebihi total kebutuhan masyarakat.
"Jadi tidak akan ada bahasa impor (bawang merah) lagi. Selama kita bisa terus memproduksi,”ujar Amran saat ditemui Metrotvnews.com usai melakukan panen bawang merah di Desa Jatiseeng Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (30/6/2015).
Amran memperkirakan dari hasil panen di lima kabupaten yang dikunjunginya saja telah menghasilkan jumlah produksi bawang sebanyak 200.000 ton. Sementara kebutuhan masyarakat dalam negeri hanya sekitar 100.000 ton per bulannya.
“Jadi diperkirakan akan ada pasokan lebih dari satu juta ton per tahun, ini cukup,” katanya.
Sementara mengenai sempat melambungnya harga bawang merah hingga di titik Rp36 ribu per kilogramnya, Amran menganggap bahwa hal tersebut dilatarbelakangi oleh panjangnya rantai pasok yang berlaku di dalam negeri.
Untuk itu, menurut Amran, pihaknya akan mengambil langkah dalam memutus rantai pasok tersebut sebagai usaha jangka pendek dalam menstabilkan harga bawang di pasaran.
“Petani di sini (Cirebon) saja mengatakan ada sebanyak 3 rantai pasok, di kota ada 4 karena ada yang namanya bandar.
Maka pemerintah memutus rantai pasok dengan melibatkan Bulog serta dinas pertanian dan perdagangan. Caranya dengan membeli hasil panen secara langsung dari petani kemudian didistribusikan ke pasar,” jelas Amran.
Panjangnya rantai pasok yang berlaku tersebut, lanjut Amran, adalah faktor yang menyebabkan naiknya harga bawang merah di atas batas kewajaran di tingkat konsumen.
Pada kasus terakhir, harga jual dari petani sebesar Rp6000 – 7000 per kilogram bisa ditemukan oleh konsumen dalam kondisi harga sebesar Rp36.000 per kilogram.
“Kenaikannya sampai sekitar 500 persen karena panjangnya rantai pasok tadi, maka kita pangkas,” katanya.
Selain panjangnya rantai pasok, Amran juga memperkirakan kelangkaan bawang merah yang pernah terjadi didasari oleh beberapa faktor terkait infrastruktur dan dukungan alat pertanian. Oleh karena itu, menurut dia, Pemerintah melalui persetujuan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah menaikkan anggaran di bidang Pertanian.
“Untuk tahun ini anggaran pertanian bawang merah dan cabai mencapai Rp500 miliar.
Itu dialokasikan untuk dukungan perbaikan irigasi, pompa, pembuatan embung dan lain-lain,” kata Amran.
Sebagai jaminan tidak adanya impor, Pemerintah juga menambahkan area tanam guna mendongkrak jumlah produksi bawang merah.
“Produksi kita tingkatkan, tahun ini ada penambahan dari pemerintah di Bima (NTB) seluas 1000 hektare,” pungkas Arman.
http://m.metrotvnews.com/read/2015/06/30/408921
Quote:
Stabilkan Harga Bawang Merah, Pemerintah Beli Langsung dari Petani

Metrotvnews.com, Cirebon : Seperti telah menjadi tradisi bahwa kenaikan dan anjloknya harga komoditas pertanian, termasuk bawang merah, kerap dipengaruhi oleh masa panen. Ketika memasuki masa-masa panen, harga akan terjun bebas bahkan ke titik paling rendah. Sesudah itu, harga merangkak naik karena keberadaannya yang mulai jarang di pasaran.
“Untuk itu kami lakukan beberapa strategi guna menstabilkan harga bawang merah, di antaranya adalah dengan membeli langsung dari petani untuk memangkas rantai pasok, serta membuat sistem penyimpanan yang baik untuk menjaga pasar,” ujar Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, usai melakukan panen di Desa Jatiseeng Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (30/6/2015).
Soal harga bawang merah yang menyentuh angka tertinggi Rp36 ribu per kilogram, Amran menjelaskan itu terjadi karena rantai pasokan cukup panjang dari petani ke konsumen. Lantaran itu, pemerintah akan memangkasnya.
Sehingga harga akan berada di batas kewajaran namun di sisi lain tidak akan berdamak kerugian bagi petani.
“Petani di sini (Cirebon) saja mengatakan ada sebanyak 3 rantai pasok, di kota ada 4 karena ada yang namanya bandar. Maka pemerintah memutus rantai pasok dengan melibatkan bulog serta dinas pertanian dan perdagangan.
Caranya dengan membeli hasil panen secara langsung dari petani kemudian didistribusikan ke pasar,” jelas Amran.
Sementara untuk mengusahakan kesejahteraan bagi petani, Amran mengaku, pihaknya bekerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Dinas Pertanian dan Perdagangan di daerah akan membeli hasil panen secara langsung dari para petani dengan mengangkat harga yang ditetapkan di awalnya. “Jadi di Bima kemarin harga Rp6 ribu, kami angkat jadi Rp8 ribu. Lalu yang Rp9 ribu sekarang dijadikan Rp10 ribu.
Kami angkat supaya petani tidak rugi,” tegas Amran. Semua strategi yang sedang dilakukan tersebut, menurut Amran harus dilakukan secara total dan keseluruhan.
Hingga hari ini, Amran mengaku terus melakukan antisipasi termasuk inspeksi mendadak (sidak) pasar dan gudang pasokan.
“Upaya pemerintah cepat selesaikan, melihat dari hulu ke hilir, pendekatannya tidak boleh sepenggal-penggal. Ini akan selesai dengan pembenahan dari mulai tanamnya, panennya sampai tata niaga lalu dari produsen ke konsumen,” pungkas Amran.
http://m.metrotvnews.com/read/2015/0...ng-dari-petani
Quote:
Produksi Bawang Merah Berlimpah
[CIREBON] Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman bersama Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron dan pejabat daerah setempat memanen bawang merah di Desa Jati Se'eng, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (30/6).
Panen dilakukan di hamparan lahan seluas 10 hektare (ha) dari total lahan pertanian bawang merah sekitar 20 ha.
Amran menjelaskan, luas lahan panen tersebut memproduksi bawang merah sekitar 130 ton. Produksi sebanyak ini menambah pasokan bawang merah nasional, sehingga tidak perlu mengimpor, dan harga jual di pasar ritel pun bisa ditekan.
Sebelumnya, dari lima daerah sentra produksi bawang merah sudah ada pasokan sekitar 200.000 ton"Jumlah produksi bawang merah surplus dan telah memenuhi kebutuhan nasional, sehingga tidak perlu ada impor.
Untuk bulan Juni saja, produksi bawang merah telah melebihi kebutuhan nasional yang setiap bulannya mencapi 90.000 ton sampai 100.000 ton. Jika harga terlalu tinggi di pasar ritel kami akan memasok langsung dari sentra-sentra produksi," ujarnya.
Amran mengungkapkan, tingginya harga bawang di pasar ritel disebabkan mata rantai perdagangannya terlalu banyak, bisa mencapai 7-8 tangan. Jika dipotong atau dikurangi menjadi 3 saja akan mengurangi harga jual di pasar ritel.Harga dari petani misalnya hanya Rp 8.000 per kg, di pasar bisa naik tinggi hingga Rp 30.000 per kg atau lebih. Dengan memotong rantai pasok, harganya paling tinggi Rp 20.000 per kg, sehingga tidak memberatkan konsumen.
"Bulog dapat menyerap atau membeli langsung dari petani dan melakukan operasi pasar, atau langsung ke konsumen di lokasi-lokasi tertentu. Bulog memiliki gudang penyimpan, kalau perlu kita siapkan gudang khusus untuk menyimpan bawang merah sebagai stok jika produksi berlebih. Jika harga tinggi, kita selalu siap melakukan operasi pasar," ucapnya.
Mentan sudah melakukan survei ke tiga daerah penghasil atau lumbung bawang merah, yaitu di Brebes, Jawa Tengah, yang Juni 2015 produksinya mencapai 50.000 ton.
Kemudian, Bima di NTB dengan produksi sampai 40.000 ton, dan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dengan produksi mencapai 40.000 ton.
"Total dari tiga kabupaten itu saja ada 130.000 ton,padahal kebutuhan nasional hanya 90.000 ton per bulan," tuturnya.
DPR Dukung
Wakil Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi Demokrat Herman Khaeron mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kemtan) membantu petani meningkatkan produksi dan menyerapnya jika produksi berlebih, agar harga di petani tidak jatuh.
Jika kebutuhan meningkat dan harga naik tinggi, Kemtan yang didukung Bulog, bisa melepas atau mendistribusikan bawang tersebut ke pasar, agar harga stabil, seperti beras.
"Kami mendukung upaya pemerintah melakukan swasembada pangan, sehingga tidak bergantung impor yang merugikan petani. Tata niaga memang harus dibenahi, sehingga rantai pasok tidak terlalu panjang.
Banyak mafia yang bermain, dan marjin keuntungan para pedagang terlalu besar. Padahal risiko terbesar ada di petani," kata Herman.
http://sp.beritasatu.com/home/produk...erlimpah/90988
Diubah oleh azfargilang 01-07-2015 03:51
0
1.7K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan