- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wayang Orang Bharata, Bertahan Di Tengah Kerasnya Kota Jakarta


TS
infonitascom
Wayang Orang Bharata, Bertahan Di Tengah Kerasnya Kota Jakarta

Quote:
Ketika banyak kelompok kesenian wayang orang bertumbangan karena tergerus zaman, di kota metropolitan seperti Jakarta ternyata masih ada yang eksis. Namanya Paguyuban Wayang Orang Bharata. Meski para pemain dibayar dengan sangat murah, kelompok yang berdiri sejak 1972 ini masih bertahan sampai sekarang.
Setiap Sabtu malam markas Paguyuban Wayang Orang Bharata di kawasan Senen, Jakarta Pusat, selalu sibuk. Sabtu lalu (20/6/2015) misalnya. Sejak pukul 19.30 orang-orang terus berdatangan ke gedung berlantai dua itu. Dengan tertib mereka masuk, lalu mengantre tiket yang ada di sisi kanan pintu masuk.
Seperti umumnya orang yang akan menonton pertunjukan, setelah mendapatkan tiket, para pengunjung langsung masuk ke ruang pertunjukan dan duduk sesuai dengan nomor kursi yang tertera dalam karcis.
Sebelum masuk ke gedung pertunjukan, para pengunjung disambut seorang perempuan berpakaian kebaya lengkap dengan konde besarnya. Dia berpasangan dengan seorang pria yang mengenakan beskap khas Jawa. "Monggo, sugeng rawuh (silakan, selamat datang)," kata para penerima tamu itu sambil tersenyum kepada setiap tamu dengan badan membungkuk.
Begitu masuk, pengunjung langsung disambut dengan panggung megah yang berukuran sekitar 8 x 8 meter. Pertunjukan yang digelar Sabtu itu (20/6/2015) tampak mulai terisi oleh pengunjung sejak pukul 20.00. Semua kursi yang disediakan lebih dari sebagian telah terisi.
Muhammad Yunus, Staf Humas Paguyuban Wayang Orang Bharata mengatakan tiket yang dibagi dalam tiga kelas: VIP, kelas I, dan balkon ludes. "Di gedung wayang orang bharata, kami punya 245 tempat duduk. Harga jual tiket pertunjukan wayang orang itu mulai dari Kelas VIP dipatok Rp 60 ribu, kelas I Rp 50 ribu, sedangkan balkon yang tempatnya di lantai dua dihargai Rp 40 ribu,”ujarnya, Sabtu (27/6/2015).
Memang, ujar Yunus, kelompok Wayang Orang Bharata merupakan salah satu kelompok seni ternama di Jakarta. Berdiri pada 5 Juli 1972, kelompok ini bermarkas di sebuah bangunan bekas gedung bioskop tua di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Bangunan berlantai dua itu hanya beberapa meter dari Terminal Pasar Senen. Tepatnya di Jalan Kalilio No 15. “Setiap Sabtu malam, kita rutin selalu menggelar pertunjukan. Penonton ya bisa dibilang ya itu-itu saja, penonton setia yang rajin datang kemari setiap minggunya. Kalaupun bertambah paling hanya dalam hitungan jari penonton barunya,”ungkapnya.
Sebenarnya Yunus merasa bahwa harga tiket tersebut terlampau murah untuk sebuah pertunjukan wayang orang yang membutuhkan keterampilan khusus dan perlengkapan yang cukup merepotkan. Meski demikian, Yunus tak berani menaikkan harga tiket karena takut kehilangan banyak pelanggan. “Penontonnya ya itu-itu saja, kalau dinaikkan nanti bisa-bisa kita kehilangan penonton,”pungkasnya.
Memang, harga yang begitu murah itu berbanding lurus dengan pendapatan para pemain dan kru. Yunus lalu buka-bukaan tentang bayaran yang diterima para awak Bharata. "Penghasilan rata-rata 150 penyokong Wayang Orang Bharata hanya Rp 30.000-Rp 50.000 per pertunjukan, Sama tukang batu juga kalah," ucapnya.
Dia mengatakan, setiap pemain dan kru langsung menerima uang begitu pertunjukan selesai. Uang tersebut hasil penjualan tiket hari itu juga. "Cukup nggak cukup ya harus cukup," imbuh Yunus.
Yunus lalu mengajak berpikir tentang bagaimana orang bisa hidup dengan uang Rp 35 ribu selama satu minggu. Menurut dia, itu adalah bentuk pengabdian yang dilakukan para awak Bharata untuk melestarikan budaya wayang orang. Mereka sama sekali tidak melihat pekerjaan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. “Makanya yang bertahan hanya anggota yang benar-benar cinta pada seni tradisi ini,”tandasnya.
Salah seorang pemain Wayang Orang Bharata Muhammad Wahyudi mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengeluhkan pendapatan yang sangat cekak itu. Pria yang akrab disapa Yudi Bharata tersebut mengaku sangat bangga bisa menjalani hidup sebagai pemain wayang orang. Apalagi, kata dia, dirinya bergabung dengan kelompok Wayang Orang Bharata. "Ini adalah kelompok wayang orang legendaris," ucapnya.
Memang, kata Yudi, pendapatan asli para pemain Wayang Orang Bharata sangat kecil. Namun, sebagian besar pemainnya hidup dari pekerjaan lain di luar Wayang Orang Bharata. Namun, pekerjaan itu tidak jauh-jauh dari kehidupan menari dan pewayangan. Pria asal Dukuh Kupang, Surabaya, tersebut menerangkan bahwa banyak pemain Wayang Orang Bharata kerap mendapatkan job lain di luar Bharata. Tentu saja honornya pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan manggung rutin di Wayang Orang Bharata. "Bergantung seberapa besar acaranya," imbuh Yudi.
Lebih lanjut, menurut Yudi, regenerasi Wayang Orang Bharata hanya berasal dari anak-anak para pemain senior. Kini banyak awak Wayang Orang Bharata yang menularkan ilmu kepada anaknya masing-masing. "Kami hampir tidak pernah membuka pendaftaran," ucap pria 41 tahun itu.
Meski begitu, kata Yudi, dirinya dan rekan-rekannya yang lain sama sekali tidak pernah memaksakan anaknya untuk menjadi pemain wayang. Menurut dia, kecintaan anak-anak terhadap wayang karena sang anak kerap diajak untuk melihat pertunjukan para orang tua. "Saat pertunjukan, anak-anak kami lihat dari pinggir panggung. Mungkin dari situ mereka cinta wayang orang," ucapnya.
Membina anak-anak adalah upaya peguyuban Wayang Orang Bharata mempertahankan diri. Selain itu, kelompok ini melakukan perubahan kecil sebagai usaha menyesuaikan zaman. "Kami memasang running text terjemahan untuk membantu penonton yang bukan dari Jawa," tutup Yudi.
Setiap Sabtu malam markas Paguyuban Wayang Orang Bharata di kawasan Senen, Jakarta Pusat, selalu sibuk. Sabtu lalu (20/6/2015) misalnya. Sejak pukul 19.30 orang-orang terus berdatangan ke gedung berlantai dua itu. Dengan tertib mereka masuk, lalu mengantre tiket yang ada di sisi kanan pintu masuk.
Seperti umumnya orang yang akan menonton pertunjukan, setelah mendapatkan tiket, para pengunjung langsung masuk ke ruang pertunjukan dan duduk sesuai dengan nomor kursi yang tertera dalam karcis.
Sebelum masuk ke gedung pertunjukan, para pengunjung disambut seorang perempuan berpakaian kebaya lengkap dengan konde besarnya. Dia berpasangan dengan seorang pria yang mengenakan beskap khas Jawa. "Monggo, sugeng rawuh (silakan, selamat datang)," kata para penerima tamu itu sambil tersenyum kepada setiap tamu dengan badan membungkuk.
Begitu masuk, pengunjung langsung disambut dengan panggung megah yang berukuran sekitar 8 x 8 meter. Pertunjukan yang digelar Sabtu itu (20/6/2015) tampak mulai terisi oleh pengunjung sejak pukul 20.00. Semua kursi yang disediakan lebih dari sebagian telah terisi.
Muhammad Yunus, Staf Humas Paguyuban Wayang Orang Bharata mengatakan tiket yang dibagi dalam tiga kelas: VIP, kelas I, dan balkon ludes. "Di gedung wayang orang bharata, kami punya 245 tempat duduk. Harga jual tiket pertunjukan wayang orang itu mulai dari Kelas VIP dipatok Rp 60 ribu, kelas I Rp 50 ribu, sedangkan balkon yang tempatnya di lantai dua dihargai Rp 40 ribu,”ujarnya, Sabtu (27/6/2015).
Memang, ujar Yunus, kelompok Wayang Orang Bharata merupakan salah satu kelompok seni ternama di Jakarta. Berdiri pada 5 Juli 1972, kelompok ini bermarkas di sebuah bangunan bekas gedung bioskop tua di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Bangunan berlantai dua itu hanya beberapa meter dari Terminal Pasar Senen. Tepatnya di Jalan Kalilio No 15. “Setiap Sabtu malam, kita rutin selalu menggelar pertunjukan. Penonton ya bisa dibilang ya itu-itu saja, penonton setia yang rajin datang kemari setiap minggunya. Kalaupun bertambah paling hanya dalam hitungan jari penonton barunya,”ungkapnya.
Sebenarnya Yunus merasa bahwa harga tiket tersebut terlampau murah untuk sebuah pertunjukan wayang orang yang membutuhkan keterampilan khusus dan perlengkapan yang cukup merepotkan. Meski demikian, Yunus tak berani menaikkan harga tiket karena takut kehilangan banyak pelanggan. “Penontonnya ya itu-itu saja, kalau dinaikkan nanti bisa-bisa kita kehilangan penonton,”pungkasnya.
Memang, harga yang begitu murah itu berbanding lurus dengan pendapatan para pemain dan kru. Yunus lalu buka-bukaan tentang bayaran yang diterima para awak Bharata. "Penghasilan rata-rata 150 penyokong Wayang Orang Bharata hanya Rp 30.000-Rp 50.000 per pertunjukan, Sama tukang batu juga kalah," ucapnya.
Dia mengatakan, setiap pemain dan kru langsung menerima uang begitu pertunjukan selesai. Uang tersebut hasil penjualan tiket hari itu juga. "Cukup nggak cukup ya harus cukup," imbuh Yunus.
Yunus lalu mengajak berpikir tentang bagaimana orang bisa hidup dengan uang Rp 35 ribu selama satu minggu. Menurut dia, itu adalah bentuk pengabdian yang dilakukan para awak Bharata untuk melestarikan budaya wayang orang. Mereka sama sekali tidak melihat pekerjaan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. “Makanya yang bertahan hanya anggota yang benar-benar cinta pada seni tradisi ini,”tandasnya.
Salah seorang pemain Wayang Orang Bharata Muhammad Wahyudi mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengeluhkan pendapatan yang sangat cekak itu. Pria yang akrab disapa Yudi Bharata tersebut mengaku sangat bangga bisa menjalani hidup sebagai pemain wayang orang. Apalagi, kata dia, dirinya bergabung dengan kelompok Wayang Orang Bharata. "Ini adalah kelompok wayang orang legendaris," ucapnya.
Memang, kata Yudi, pendapatan asli para pemain Wayang Orang Bharata sangat kecil. Namun, sebagian besar pemainnya hidup dari pekerjaan lain di luar Wayang Orang Bharata. Namun, pekerjaan itu tidak jauh-jauh dari kehidupan menari dan pewayangan. Pria asal Dukuh Kupang, Surabaya, tersebut menerangkan bahwa banyak pemain Wayang Orang Bharata kerap mendapatkan job lain di luar Bharata. Tentu saja honornya pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan manggung rutin di Wayang Orang Bharata. "Bergantung seberapa besar acaranya," imbuh Yudi.
Lebih lanjut, menurut Yudi, regenerasi Wayang Orang Bharata hanya berasal dari anak-anak para pemain senior. Kini banyak awak Wayang Orang Bharata yang menularkan ilmu kepada anaknya masing-masing. "Kami hampir tidak pernah membuka pendaftaran," ucap pria 41 tahun itu.
Meski begitu, kata Yudi, dirinya dan rekan-rekannya yang lain sama sekali tidak pernah memaksakan anaknya untuk menjadi pemain wayang. Menurut dia, kecintaan anak-anak terhadap wayang karena sang anak kerap diajak untuk melihat pertunjukan para orang tua. "Saat pertunjukan, anak-anak kami lihat dari pinggir panggung. Mungkin dari situ mereka cinta wayang orang," ucapnya.
Membina anak-anak adalah upaya peguyuban Wayang Orang Bharata mempertahankan diri. Selain itu, kelompok ini melakukan perubahan kecil sebagai usaha menyesuaikan zaman. "Kami memasang running text terjemahan untuk membantu penonton yang bukan dari Jawa," tutup Yudi.
Tekape : http://www.infonitas.com/megapolitan...a-jakarta/7994
Banyakan orang sekarang nonton di Bioskop



0
1.4K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan