- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Apa definisi pribumi ?


TS
dragonroar
Apa definisi pribumi ?
Sebenarnya siapakah penduduk asli di Indonesia. Pertanyaan sederhana tetapi agak sulit dijawab. Siapakah yang pantas disebut sebagai pribumi?,apakah orang-orang yang lahir di Indonesia, tidak perduli bagaimana ‘rupa’nya yang penting mempunyai KTP Indonesia. Atau seseorang yang nenek moyangnya telah berada sejak lama di Indonesia.
Jawaban pertama akan menghasilkan kesimpulan jika setiap orang di Indonesia adalah pribumi. Titik tekannya adalah lahir di Indonesia dan punya KTP. Jawaban kedua juga tidak memberikan acuan jelas tentang siapa pribumi, sejak kapan? Harus keturunan ke berapa? Agar sah orang dikatakan sebagai Pribumi. Bingung kan? Lalu kenapa istilah Pribumi sering sekali menjadi perdebatan bahkan menjadi komoditas politik.
Ada pendapat, Pribumi adalah orang-orang yang berasal dari nenek moyang yang pertama kali mendatangi dan mendiami suatu daerah. Jadi ketika setelah itu ada yang datang berarti dia pendatang dan bukan Pribumi. Lah, lalu orang-orang yang datang pertama kali mendiami suatu daerah tadi disebut apa, kalau tidak disebut sebagai Pendatang juga?. Mungkin bedanya yang pertama datang telah beranakpinak sehingga jumlahnya menjadi banyak, sekaligus mulai mengembangkan budayanya. Ehm dari sini kita akan mengambil asumsi logika mayoritas.
Dikotomi dalam ilmu antropologi yang sejatinya untuk memudahkan penelitian Ilmiah, atau Etnologi yang mencoba membuat pola-pola maya dengan mengkategorikan manusia menjadi beberapa kelompok berdasarkan bentuk fisik. Tiba-tiba menjadi sebuah pranata politik dari kelompok mayoritas untuk menekan kelompok minoritas. Seperti kata Pramoedya dalam bukunya Hoakiau di Indonesia “Orang-orang Tionghoa bukan pendarat dari luar negeri. Mereka sudah ada sejak nenek moyang kita. Mereka itu sebenarnya orang-orang Indonesia, yang hidup dan mati di Indonesia juga, tetapi karena sesuatu tabir politik tiba-tiba menjadi orang asing yang tidak asing: Maret 1960”
Rasialisme yang menyebabkan terjadinya diskriminasi, perlakuan yang tidak adil hanya karena perbedaan warna kulit,ras dan bentuk fisik adalah bahasa budaya primitif manusia yang sampai saat ini masih saja hidup di Dunia. Tidak perduli di negara yang paling maju dan makmur sekalipun. Contoh meski Amerika kini dipimpin oleh presiden berkulit hitam. Sentimen-sentimen anti minoritas dan sentimen rasialis tetap saja ada, hal itu terlihat dari kuatnya ancaman pembunuhan terhadap Obama dari kelompok fanatis ras kulit putih. Begitu laporan Intelijen dalam negeri AS yang dilaporkan Kompas.
Tentu tidak akan lupa kisah legenda pembantaian 6 juta warga yahudi oleh Nazi Jerman. Meskipun hal itu masih menjadi perdebatan, tetapi setiap orang di dunia yakin bahwa pembantaian itu ada. Entah jumlahnya yang dimarkup sebagai dramatisasi Yahudi itu urusan lain. Pembantaian Yahudi di Eropa akan selalu mengingatkan kita akan bahayanya sentimen-sentimen ras apabila terus menerus dibiarkan terjadi. Bahkan sampai sekarang pun masih ada orang-orang Jerman yang mempunyai semangat chauvinisme kuat dan cenderung merendahkan ras lain. Yang oleh teman saya dinamakan “The Mad Man Group”.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, negeri kita tercinta. Kalau kita melihat sebentar kamus besar bahasa Indonesia. Kata Pribumi berarti Penduduk asli dari daerah yang bersangkutan. Lalu apa yang dmaksudkan dengan penduduk asli, apakah penduduk asli itu lahir/tiba-tiba muncul dari tanah daerah yang bersangkutan. Rasanya tidak mungkin tiba-tiba muncul orang Jawa di Jawa, Dayak di Kalimantan, atau Melayu di Sumatera. Tampaknya kamus pun cenderung menguatkan pandangan kabur tentang pribumi dan pendatang.
Sunarjo mantan konsul Jenderal Republic Indonesia untuk Vietnam, pernah menulis di harian Nhan Dhan terbitan Hanoi bahwa menurut ahli sejarah dan etnologi secara antropologi rakyat Indonesia dan Vietnam berasal dari satu keturunan.Vietnam maupun Indonesia telah kedapatan bekas-bekas yang sama dari jaman batu seperti kampak,perkakas,periuk dan barang peninggalan dari batu. Belum persamaan dari adat istiadat dan cara hidup keduannya,laporan dari Antara.
Bahkan dalam catatan perjalanan Is Waridin ke Vietnam (Suara Merdeka 1/25),”Tidak ada yang menyangka kalau saya ini orang Indonesia, Maklum wajah kita memang tak jauh-jauh amat dengan kebanyakan dari mereka”. Atau jika kita melihat makanan Vietnam dan Indonesia, Is Waridin pun menuliskan “soal jajajanan ini memang menarik. Paling tidak, kita yang dari Indonesia tak perlu terlalu memikirkan apakah jajanan itu cocok dengan selera kita atau tidak. Sebab, umumnya hampir semua panganan mirip dengan punya kita”.
Bolehlah dari beberapa argumen diatas, kita berpendapat bahwa sebenarnya warga atau rakyat asli Indonesia itu sebenarnya tidak ada. Saya sebagai orang Jawa yang sering dikatakan sebagai pribumi di tanah Jawa. Sebenarnya adalah kaum pendatang juga, entah beberapa puluh abad atau beberapa ratus abad yang lalu sebelum datang kelompok ras yang lain. Bisa saja nenek moyang saya berasal dari Vietnam, Cina atau dari manapun. Karena dulunya topografi Indonesia masih bergabung dengan daratan Asia kini.
http://gigihpribadi.blogspot.com/2009/01/hoakiau-di-indonesia.html
Jawaban pertama akan menghasilkan kesimpulan jika setiap orang di Indonesia adalah pribumi. Titik tekannya adalah lahir di Indonesia dan punya KTP. Jawaban kedua juga tidak memberikan acuan jelas tentang siapa pribumi, sejak kapan? Harus keturunan ke berapa? Agar sah orang dikatakan sebagai Pribumi. Bingung kan? Lalu kenapa istilah Pribumi sering sekali menjadi perdebatan bahkan menjadi komoditas politik.
Ada pendapat, Pribumi adalah orang-orang yang berasal dari nenek moyang yang pertama kali mendatangi dan mendiami suatu daerah. Jadi ketika setelah itu ada yang datang berarti dia pendatang dan bukan Pribumi. Lah, lalu orang-orang yang datang pertama kali mendiami suatu daerah tadi disebut apa, kalau tidak disebut sebagai Pendatang juga?. Mungkin bedanya yang pertama datang telah beranakpinak sehingga jumlahnya menjadi banyak, sekaligus mulai mengembangkan budayanya. Ehm dari sini kita akan mengambil asumsi logika mayoritas.
Dikotomi dalam ilmu antropologi yang sejatinya untuk memudahkan penelitian Ilmiah, atau Etnologi yang mencoba membuat pola-pola maya dengan mengkategorikan manusia menjadi beberapa kelompok berdasarkan bentuk fisik. Tiba-tiba menjadi sebuah pranata politik dari kelompok mayoritas untuk menekan kelompok minoritas. Seperti kata Pramoedya dalam bukunya Hoakiau di Indonesia “Orang-orang Tionghoa bukan pendarat dari luar negeri. Mereka sudah ada sejak nenek moyang kita. Mereka itu sebenarnya orang-orang Indonesia, yang hidup dan mati di Indonesia juga, tetapi karena sesuatu tabir politik tiba-tiba menjadi orang asing yang tidak asing: Maret 1960”
Rasialisme yang menyebabkan terjadinya diskriminasi, perlakuan yang tidak adil hanya karena perbedaan warna kulit,ras dan bentuk fisik adalah bahasa budaya primitif manusia yang sampai saat ini masih saja hidup di Dunia. Tidak perduli di negara yang paling maju dan makmur sekalipun. Contoh meski Amerika kini dipimpin oleh presiden berkulit hitam. Sentimen-sentimen anti minoritas dan sentimen rasialis tetap saja ada, hal itu terlihat dari kuatnya ancaman pembunuhan terhadap Obama dari kelompok fanatis ras kulit putih. Begitu laporan Intelijen dalam negeri AS yang dilaporkan Kompas.
Tentu tidak akan lupa kisah legenda pembantaian 6 juta warga yahudi oleh Nazi Jerman. Meskipun hal itu masih menjadi perdebatan, tetapi setiap orang di dunia yakin bahwa pembantaian itu ada. Entah jumlahnya yang dimarkup sebagai dramatisasi Yahudi itu urusan lain. Pembantaian Yahudi di Eropa akan selalu mengingatkan kita akan bahayanya sentimen-sentimen ras apabila terus menerus dibiarkan terjadi. Bahkan sampai sekarang pun masih ada orang-orang Jerman yang mempunyai semangat chauvinisme kuat dan cenderung merendahkan ras lain. Yang oleh teman saya dinamakan “The Mad Man Group”.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, negeri kita tercinta. Kalau kita melihat sebentar kamus besar bahasa Indonesia. Kata Pribumi berarti Penduduk asli dari daerah yang bersangkutan. Lalu apa yang dmaksudkan dengan penduduk asli, apakah penduduk asli itu lahir/tiba-tiba muncul dari tanah daerah yang bersangkutan. Rasanya tidak mungkin tiba-tiba muncul orang Jawa di Jawa, Dayak di Kalimantan, atau Melayu di Sumatera. Tampaknya kamus pun cenderung menguatkan pandangan kabur tentang pribumi dan pendatang.
Sunarjo mantan konsul Jenderal Republic Indonesia untuk Vietnam, pernah menulis di harian Nhan Dhan terbitan Hanoi bahwa menurut ahli sejarah dan etnologi secara antropologi rakyat Indonesia dan Vietnam berasal dari satu keturunan.Vietnam maupun Indonesia telah kedapatan bekas-bekas yang sama dari jaman batu seperti kampak,perkakas,periuk dan barang peninggalan dari batu. Belum persamaan dari adat istiadat dan cara hidup keduannya,laporan dari Antara.
Bahkan dalam catatan perjalanan Is Waridin ke Vietnam (Suara Merdeka 1/25),”Tidak ada yang menyangka kalau saya ini orang Indonesia, Maklum wajah kita memang tak jauh-jauh amat dengan kebanyakan dari mereka”. Atau jika kita melihat makanan Vietnam dan Indonesia, Is Waridin pun menuliskan “soal jajajanan ini memang menarik. Paling tidak, kita yang dari Indonesia tak perlu terlalu memikirkan apakah jajanan itu cocok dengan selera kita atau tidak. Sebab, umumnya hampir semua panganan mirip dengan punya kita”.
Bolehlah dari beberapa argumen diatas, kita berpendapat bahwa sebenarnya warga atau rakyat asli Indonesia itu sebenarnya tidak ada. Saya sebagai orang Jawa yang sering dikatakan sebagai pribumi di tanah Jawa. Sebenarnya adalah kaum pendatang juga, entah beberapa puluh abad atau beberapa ratus abad yang lalu sebelum datang kelompok ras yang lain. Bisa saja nenek moyang saya berasal dari Vietnam, Cina atau dari manapun. Karena dulunya topografi Indonesia masih bergabung dengan daratan Asia kini.
http://gigihpribadi.blogspot.com/2009/01/hoakiau-di-indonesia.html
0
6.4K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan