Seorang jutawan yang kini sedang sakit menunggu ajal sedang mengumpulkan anak-anaknya yang tercinta untuk memberikan pesan terakhir.

Beliau berkata kepada mereka, "Anak-anak ayah, bila ayah sudah tidak ada nanti, ayah ada permintaan kepada kalian semua. Tolong pakaikan kaus kaki kesayangan ayah yang dibelikan almarhumah ibu kalian. walaupun kaus kaki itu sudah sobek, ayah ingin sekali memakai kaus kaki kesayangan ayah karena banyak kenangan ayah bersama bersama kaus kaki itu, tolong dikenakan bila ayah hendak dikafankan nanti."

Akhirnya jutawan itu meninggal dunia. Saat mengurus jenazah dan saat mengkafankan, anak-anaknya meminta kepada Ustadz untuk memakaikan kaus kaki yang sobek itu sesuai dengan permintaan terakhir ayahnya.

Akan tetapi Ustadz menolaknya, "Maaf, hanya 2 lembar kain putih saja yang dibenarkan dipakai oleh jenazah". Terjadi perdebatan antara anak-anak jutawan yang ingin memakaikan kaus kaki sobek tsb dengan beberapa orang ustadz yang berada di sisi jenazah yang melarangnya.

Kerana tidak ada titik temu dipanggilah penasihat keluarga yang juga seorang pengacara. Beliau berkata, "Sebelum meninggal dunia, almarhum memberikan saya surat wasiat, mari kita baca bersama-sama karena mungkin ada petunjuk di surat tsb". Maka dibukalah surat wasiat jutawan tadi buat anak-anaknya yang diamanatkan kepada pengacara tersebut.

Suratnya bertulis, "Anak-anakku pasti sekarang kamu semua sedang gelisah karena dilarang memakaikan kaus kaki sobek kepada jenazah ayah. Lihatlah, padahal harta ayah banyak, uang berlimpah dengan mobil mewah, tanah luas, rumah dan bisnis yang banyak tapi tidak ada artinya ketika ayah sudah meninggal.

Kaus kaki sobek itu pun tidak boleh dibawa mati. Begitu tidak berartinya dunia buat ayah saat ini, kecuali amal ibadah, sedekah dan doa-doa dari kalian semua. Anak-anak ayah, inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu lagi dengan dunia.

Salam sayang dari ayah yang ingin melihat kalian semua menjadikan dunia sebagai jalan menuju Surga."