- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?


TS
zitizen4r
[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?
![[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?](https://s.kaskus.id/images/2015/06/21/382158_20150621075535.jpg)
Seorang wanita berjalan ke masjid saat Gunung Sinabung memuntahkan abunya di Tiga Serangkai, Sumatera Utara, 19 Juni 2015. Sejak 2 Juni 2015, status Gunung Sinabung terus naik dari level siaga menjadi awas
source pic: TEMPO
Derita Korban Sinabung, Awali Puasa di Kamp Pengungsian
Kamis, 18 Juni 2015 − 16:42 WIB
![[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?](https://dl.kaskus.id/cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2015/06/18/174/1014187/derita-korban-sinabung-awali-puasa-di-kamp-pengungsian-lv4.jpg)
![[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?](https://dl.kaskus.id/cdn.sindonews.net/dyn/600/tinymce/pengungsi_sinabung_pinem62.jpg)
![[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?](https://dl.kaskus.id/cdn.sindonews.net/dyn/600/tinymce/pengungsi_sinabung_pinem....62.jpg)
Pengungsi Gunung Sinabung saat santap sahur. Mereka umumnya dari suku Batak Karo yang muslim (foto:Pinem/Koran Sindo)
KARO - Bulan Suci Ramadan sejatinya merupakan bulan penuh berkah dan kemenangan bagi umat Muslim di seluruh penjuru dunia. Namun, nasib berkata lain bagi Hariati br Sitepu (40), warga Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.
Ibu dua anak bersama sekitar 250–an umat Muslim dari desa yang berjarak cukup dekat dengan Gunung Api Sinabung itu harus berlapang dada mengawali ibadah puasa di tempat penampungan Jambur Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, dengan kondisi serba sederhana.
Sekira pukul 02.30 dini hari, Hariati yang akrab disapa Ati bersama ibu–ibu teman sedesanya mulai memasuki dapur umum posko untuk menyiapkan menu sahur perdana mereka. Udara dingin yang terasa menusuk hingga tulang, tak menjadi halangan bagi para ibu–ibu tangguh tersebut untuk menyiapkan menu sahur.
Satu–persatu peralatan memasak mulai difungsikan sebagaimana mestinya. Sebagian ada yang memotong sayuran untuk direbus, serta ada yang memanaskan nasi beras catu, dan lauk sisa makan malam sebelumnya untuk menu sahur pada pagi yang dingin dan hening itu. Sebagian lagi, terlihat berdiam disekitar lokasi dapur untuk menghangatkan badan.
Selang 30 menit, menu seadanya untuk sahur pun siap disantap. Para pengungsi umat Muslim mulai dari anak–anak, remaja dan orangtua mulai bangun dari istirahat yang dapat dikatakan tidak nyaman, karena berdesak–desakan di dalam jambur.
Mereka pun mulai membersihkan diri di kamar mandi umum yang berada satu areal dengan dapur. Setelahnya, para ibu pun mulai menyajikan hidangan sahur untuk masing–masing pengungsi. Puluhan anak-anak terlihat tak sabar menunggu giliran untuk mendapat jatah sahur seadanya.
Rasa persaudaraan dan kebersamaan terasa sangat kental di lokasi dapur umum berukuran 5x5 centimeter (cm) tersebut. Setelah memanjatkan doa, mereka pun mulai bersantap sahur sembari bercerita ringan tentang kehidupan, anak–anak dan kampung halaman yang ditinggal mengungsi.
Suara nyaring tangisan bayi turut mengiringi santap sahur warga Desa Kuta Rayat yang jumlah penduduk Muslimnya cukup banyak itu.
“Sejak tahun 2010 hingga sekarang ini, kami selalu menjalani puasa dan berlebaran di pengungsian. Setiap bulan Ramadan pasti mengungsi. Enggak sanggup aku ngomong pak, enggak tega aku melihat anak–anak yang masih kecil ini semua. Kami tidak mengharap apa–apa dari pemerintah. Kami terima dengan ikhlas dan lapang dada,” ungkap Ibu Ati berlinang air mata, Kamis (18/6/2015).
bu Ati yang mengenakan jilbab putih kala itu menambahkan, sebelumnya mereka sudah merasa nyaman di kampung halaman, sudah bisa kembali mengolah lahan pertanian. Namun, amukan Sinabung tak dapat terhindarkan hingga sisa pundi–pundi yang sudah habis untuk modal bercocok tanam menjadi sia–sia, karena terbengkalai ditinggal mengungsi.
“Perasaan sangat sedih mengawali puasa di pengungsian seperti sekarang ini. Harapan kami mudah–mudahan Gunung Sinabung tidak ngamuk lagi, biar kami bisa pulang. Setiap tahun seperti ini, kami sudah cukup menderita tiap puasa dan Lebaran. Mau salat saja kami bingung pak di mana tempatnya?" ungkapnya.
Dia melanjutkan, memang ada masjid, namun harus ditempuh sekitar puluhan meter. "Kami harap pemerintah dapat menyediakan ruang untuk kami beribadah,” harapnya.
Warga lainnya, Rosalina br Sitepu (35) mengaku cukup sedih, karena tak bisa mengawali ibadah puasa di kampung halaman. Menurutnya, mungkin hal ini adalah cobaan dari Tuhan, agar menjadikan manusia menjadi lebih sabar dan tabah.
Sementara itu, Sekretaris Desa Kuta Rayat Sastrawan Ginting mengakui kalau warganya kekurangan gizi dalam menjalani ibadah puasa pertama di posko pengungsian.
“Kami sahur dengan menu ikan sambal dan sayur rebus, serta berasnya bulog. Harapan kami kedepannya agar terpenuhi masalah gizi terutama bagi masyarakat kami yang muslim, karena ini sedang bulan puasa,” harapnya.
Usai bersantap sahur, para pengungsi terlihat bersama–sama menuju masjid untuk salat subuh dengan berjalan sekitar 50 meter (m) dari posko pengungsian.
source: http://daerah.sindonews.com/read/101...ian-1434620549
From Youtube:
Derita Pengungsi Sinabung yang Lebih parah dari Pengungsi Rohingya di Aceh
Derita Pengungsi Sinabung yang Lebih parah dari Pengungsi Rohingya di Aceh


Derita Pengungsi Sinabung yang Mulai Lumpuh & Hilang Penglihatan
19 Okt 2014 at 14:03 WIB
Liputan6.com, Karo - Seorang pengungsi Gunung Sinabung yang sudah lanjut usia atau lansia menderita sakit lumpuh dan kehilangan penglihatan. Kakek bernama Palut Milala ini tergolek lemah di lantai beralaskan tikar kusam di Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (19/10/2014), meski sudah tidak bisa berdiri, pria berusia 87 tahun ini tidak mendapatkan perawatan medis khusus. Hanya sang istri yang tetap setia merawatnya.
Kakek Palut sudah tinggal di pengungsian KNPI selama setahun. Kurangnya perhatian membuat kondisi kesehatan lansia ini kian memburuk. Palut diketahui mulai lumpuh saat berada di pengungsian. Ia juga baru mulai kehilangan penglihatan sejak sekitar 3 bulan lalu.
Meski kondisi kesehatannya kian memburuk, tim medis baru datang 2 kali untuk memeriksanya.
Dari total 3.287 pengungsi korban Gunung Sinabung, 138 di antaranya merupakan lansia yang membutuhkan bahan makanan dan perawatan kesehatan yang layak.
http://news.liputan6.com/read/212121...ng-penglihatan
Menangis lihat bekas tetangga waktu di Solo yang tergusur rumahnya,
Jokowi Menangis Saat Melihat Wanita Ini
14 Feb 2014 at 07:05 WIB
![[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?](https://s.kaskus.id/images/2014/03/20/340023_20140320043348.jpg)

Kehadiran seorang perempuan mampu membuat Gubernur DKI Jakarta Jokowi menitikkan air mata di muka umum. Bukan ibunda, bukan pula sang istri Iriana yang membuat pria bernama lengkap Joko Widodo itu tak kuasa menahan haru.
Selama ini mantan Walikota Solo itu tak pernah sekali pun menangis di hadapan khalayak ramai. Ini pertama kalinya.
Adalah Sutarti, mantan tetangga Jokowi saat tinggal di bantaran Sungai Kalianyar, Cinderejo Lor, Gilingan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Puluhan tahun silam, mereka tinggal bertetangga sebelum akhirnya dipisahkan oleh penggusuran pada 1971.
Melihat Sutarti mampu mengingatkan kembali kenangan masa kecil Jokowi. Saat itu hidupnya serba sederhana, tak seperti sekarang.
"Dalam kehidupan yang sulit dan tergusur, sangat bersyukur sekali Tuhan memberikan jabatan..." ucap Jokowi sambil terisak.
Sementara Sutarti mengaku bangga melihat sosok Jokowi yang kini duduk sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Bangga. Nggak nyangka kalau mau jadi gubernur."
Ingin melihat Jokowi saat penuh haru? Nantikan dalam tayangan 'Indonesia Baru' yang ditayangkan SCTV setiap Rabu pukul 23.00 WIB
http://news.liputan6.com/read/826334...hat-wanita-ini
Jokowi Instruksikan Gerak Cepat Atasi Pengungsi Sinabung
Kamis, 18 Juni 2015 | 13:06 WIB
![[PIC] Derita Pengungsi Sinabung Awali Ramadhan, adakah Airmata Jokowi Disana?](https://dl.kaskus.id/blogs.ft.com/photo-diary/files/2014/10/MountSinabung_EPA.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo meminta menteri-menteri terkait mencarikan solusi untuk para pengungsi korban letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dua hal yang menjadi perhatian utama Presiden adalah penyediaan tempat tinggal dan jaminan pekerjaan untuk para pengungsi.
Jokowi menuturkan, dari laporan yang diterimanya, jumlah tempat pengungsi yang baru diselesaikan saat ini adalah 130 rumah plus drainase dari 370 rumah yang ditargetkan. Ia ingin pembangunan semua rumah itu diselesaikan lebih cepat agar para pengungsi dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
"Yang berkaitan dengan Sinabung, kita harus bereaksi cepat," kata Jokowi dalam rapat terbatas bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Rapat tersebut dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani serta Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. (Baca: Zona Bahaya Sinabung Terus Diperluas)
Selain meminta percepatan penyelesaian pembangunan rumah, Jokowi juga meminta adanya lapangan pekerjaan sesuai keterampilan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Jokowi menegaskan, respons cepat pada pengungsi Sinabung diperlukan agar masyarakat merasakan perhatian pemerintah. (Baca: Debu Vulkanik Sinabung Menyebar hingga Kotori Kota Medan)
"Biar yang di lapangan merasa kita hadir. Pada saat ini, Sinabung telah meletus kembali, ini perlu dipercepat agar pengungsi didorong ke tempat relokasi," ujarnya.
Gunung Sinabung terus bergolak secara fluktuatif sejak meletus pada 15 September 2013 hingga saat ini. Status Awas pada Gunung Sinabung pernah diberlakukan sejak 23 September 2013 hingga 8 April 2014, dan 6 Juni 2015.
http://nasional.kompas.com/read/2015...ungsi.Sinabung
-------------------------------
Kalau melihat nasib seorang tetangganya saja yang tergusur rumahnya waktu di Solo dulu, seorang Jokowi bisa meneteskan air matanya. Apalagi untuk derita puluhan ribu pengungsi Sinabung yang nasibnya lebih buruk daripada pengungsi Rohingya yang ditampung di Aceh itu. Pastilah beliau segera bergerak. Hanya saja, itu aparat yang dibawah yang terkadang lamban menyikapi sikap Presidennya terhadap nasib pengungsi Sinabung ini. Apalagi persoalan dana yang seret. Mudah-mudahan dengan ditetapkan sebagai daerah terkena bencana nasional, penanganan pengungsi Sinabung jauh lebih baik lagi di kemudian hari. Amin.

Diubah oleh zitizen4r 21-06-2015 08:14
0
3.1K
35


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan