- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
MENAKJUBKANNYA PELUNCURAN KAPAL PHINISI DI SANGIANG, BIMA


TS
klapear
MENAKJUBKANNYA PELUNCURAN KAPAL PHINISI DI SANGIANG, BIMA
*Tulisan ini merupakan bagian dari catatan perjalanan keliling Indonesia yang saya lakukan sejak 1 Januari 2015. Sewaktu peluncuran kapal ini, posisi saya di Bima, NTB
Al Fatah sudah masuk ke dunianya, laut. Laut dengan ombak dan gelombang besar, dan akan menempuh perjalanan dari satu pulau ke pulau lainnya di Nusantara, bahkan negara lain di dunia ini. Al Fatah berdiri tenang menikmati belaian ombak di badannya. Beberapa ikan kecil tampak mulai bermain di bawahnya. Kapal memang akan aman jika berada di dermaga, tapi dia tidak diciptakan untuk itu. Kapal besar diciptakan untuk mengarungi lauatan dalam, dengan ombak dan gelombang yang juga besar. Seperti kehidupan ini, bukan.
TENTANG PEMBUATAN AL FATAH
Cerita ini juga dimuat dalam BLOGdalam dua postingan.
P.S: Jangan dibuka blog di atas. Berbahaya. Nanti agan sista bisa terjebak di sana.
Quote:
Suatu postingan di FB dari bang Ayang Saefullah yang merupakan penduduk desa Sangiang tentang kalondo lopi atau peluncuran kapal langsung saya tanggapi dengan menghubungi beliau. Bang Ayang mengatakan untuk datang sehari sebelum acara, karena peluncuran akan dimulai sejak subuh dan malam sebelumnya akan ada acara syukurannya. Akhirnya hari-hari terakhir saya di Bima sebelum ke Lombok diisi dengan mengikuti acara kalondo lopi yang akan dilaksanakan hari Minggu tanggal 17 Mei 2015.
Sabtu siang saya sampai di desa Sangiang dan langsung menuju dermaga menemui bang Ayang dan teman-teman lainnya. Dari gazebo atau saranggetempat kami duduk, bagian depan kapal kayu besar itu kelihatan mencolok di antara rumah-rumah penduduk. “Langsung naik saja ke kapalnya kalau mau lihat-lihat” kata bang Ayang setelah kami selesai makan siang.
“Ini adalah karya seni” begitulah pikiran pertama saya ketika melihat kapal ini dari dekat. Kapal kayu itu berdiri anggun, ujung bagian depannya menjulang kokoh ke langit biru. Presisi kayu yang sempurna membentuk lekukan indah badan kapal. Gading-gading atau kerangka kapal disusun rapi menghasilkan keseimbangan bentuk. Perpaduan intuisi, perasaan, dan pengalaman menciptakan suatu karya seni luar biasa tanpa bantuan komputer, tanpa ada benang sebagai patokan, tanpa gambar desain sebagai acuan, dan tanpa segala macam jenis perhitungan modern.
Sabtu siang saya sampai di desa Sangiang dan langsung menuju dermaga menemui bang Ayang dan teman-teman lainnya. Dari gazebo atau saranggetempat kami duduk, bagian depan kapal kayu besar itu kelihatan mencolok di antara rumah-rumah penduduk. “Langsung naik saja ke kapalnya kalau mau lihat-lihat” kata bang Ayang setelah kami selesai makan siang.
“Ini adalah karya seni” begitulah pikiran pertama saya ketika melihat kapal ini dari dekat. Kapal kayu itu berdiri anggun, ujung bagian depannya menjulang kokoh ke langit biru. Presisi kayu yang sempurna membentuk lekukan indah badan kapal. Gading-gading atau kerangka kapal disusun rapi menghasilkan keseimbangan bentuk. Perpaduan intuisi, perasaan, dan pengalaman menciptakan suatu karya seni luar biasa tanpa bantuan komputer, tanpa ada benang sebagai patokan, tanpa gambar desain sebagai acuan, dan tanpa segala macam jenis perhitungan modern.
Spoiler for :
Quote:
Menjelang sore makin banyak penduduk desa Sangiang yang berkumpul dan bekerja di sekitar kapal untuk mempersiapkan acara syukuran nanti malam dan peluncuran besok subuh. Dua unit jangkar seberat 125 kg dinaikkan dengan cara ditarik bersama-sama, rel luncur dilapisi gemuk atau grease, kaki-kaki penyeimbang kapal diperiksa dan diperkuat, baut-baut kapal juga tidak luput dari pemerikasaan dan dipererat, serta dek kapal dibersihkan lalu dipasang tikar untuk acara syukuran. Lampu-lampu berwarna putih terang mulai menerangi kapal yang diberi nama Al Fatah ini, sementara di ufuk barat matahari mulai tenggelam, meninggalkan warna kemerahan yang membanjiri langit dan permukaan laut.
Selepas Isya penduduk yang pada umumnya laki-laki memakai baju koko dan kopiah putih telah mengelilingi kapal. Mereka dimanjakan oleh hidangan gulai dari tiga ekor sapi yang dipotong khusus untuk acara peluncuran. Menurut ceritanya, tiga ekor sapi ini sebagai penanda dari kapasitas muatan kapal. Jika di bawah 100 ton maka yang dipotong kambing, di atas 100 ton yang dipotong sapi, seperti kapal ini yang berkapasitas sekitar 600 ton. Selain dari hidangan yang nikmat, para penduduk yang datang juga diberi bingkisan yang berisi makanan untuk dibawa pulang.
Para tetua yang memakai sorban dan kopiah putih duduk melingkar di atas dek kapal untuk memimpin acara syukuran dan doa bersama sebelum peluncuran kapal. Setelah itu, pada tengah malam seorang yang dipilih meletakkan semacam sesajen berupa nasi dan lauk dengan daun pisang di atas lunas kapal. Setelah pengajian selesai, suasana di atas kapal riuh oleh dua kelompok yang bermain poker serta penontonnya, sebagian lagi berkumpul sambil bercerita dan tertawa, dan anak-anak kecil merokok sembunyi–sembunyi di bagian kamar kapal yang belum selesai. Kertas-kertas remi dihempaskan penuh semangat, dan ledekan serta candaan berseliweran pada pemain yang telinganya dibebani batu sebagai hukuman.
Selepas Isya penduduk yang pada umumnya laki-laki memakai baju koko dan kopiah putih telah mengelilingi kapal. Mereka dimanjakan oleh hidangan gulai dari tiga ekor sapi yang dipotong khusus untuk acara peluncuran. Menurut ceritanya, tiga ekor sapi ini sebagai penanda dari kapasitas muatan kapal. Jika di bawah 100 ton maka yang dipotong kambing, di atas 100 ton yang dipotong sapi, seperti kapal ini yang berkapasitas sekitar 600 ton. Selain dari hidangan yang nikmat, para penduduk yang datang juga diberi bingkisan yang berisi makanan untuk dibawa pulang.
Para tetua yang memakai sorban dan kopiah putih duduk melingkar di atas dek kapal untuk memimpin acara syukuran dan doa bersama sebelum peluncuran kapal. Setelah itu, pada tengah malam seorang yang dipilih meletakkan semacam sesajen berupa nasi dan lauk dengan daun pisang di atas lunas kapal. Setelah pengajian selesai, suasana di atas kapal riuh oleh dua kelompok yang bermain poker serta penontonnya, sebagian lagi berkumpul sambil bercerita dan tertawa, dan anak-anak kecil merokok sembunyi–sembunyi di bagian kamar kapal yang belum selesai. Kertas-kertas remi dihempaskan penuh semangat, dan ledekan serta candaan berseliweran pada pemain yang telinganya dibebani batu sebagai hukuman.
Spoiler for :
Quote:
Adzan subuh berkumandang penuh semangat dari masjid Nurul Qalbi yang berada dekat dermaga. Sebagian besar orang yang tidur di kapal terbangun, lalu bergegas ke masjid. Langit di belakang gunung Sangiang mulai tampak keunguan. Dari permukaan laut di kaki gunung Sangiang semburat kemerahan perlahan mucul dan semakin berkuasa. Para penduduk mulai melakukan proses peluncuran. Dua katrol dengan kekuatan masing-masing 10 ton dipasang pada lunas luar kapal. Sekitar dua puluh orang laki-laki bersarung tangan putih tebal mulai berkumpul di sekitar katrol. Mereka adalah para penarik rantai katrol yang bekerja secara sukarela. Derit rantai mulai menggema pagi itu, diiringi suara penuh semangat dari para pekerja. Setengah jam berlalu. Tidak ada perubahan apapun. Kapal besar itu masih bergeming.
Rantai terus ditarik sampai suatu bunyi ledakan terdengar. Orang-orang berteriak kaget, lalu mengerubungi sumber ledakan. Sumbu katrol sebelah kiri kapal patah dan lentingan gear-nya merusak penutupnya. Proses peluncuran kapal berhenti sejenak. Katrol yang rusak diganti dengan katrol lain. Lalu sebagian penduduk bekerja sama mengambil sebatang balok besar dari kayu Ulin untuk mengungkit lunas kapal.
Derit rantai kembali terdengar. Balok kayu diayun naik-turun mengungkit lunas kapal dari belakang agar mengurangi beban katrol. Tiba-tiba terdengar bunyi gesekan dari rel luncur. Kapal dengan berat sekitar 40 ton itu bergerak maju sejauh 30 sentimeter. Suasana menjadi pecah dan penuh eforia, bagaikan suasana gol kemenangan dicetak pada masa injury time. Saya merinding berada dalam suasana ini.
Selama proses peluncuran, setiap istirahat para penarik rantai katrol dan orang-orang yang terlibat di sekitarnya disuguhi hidangan berupa gorengan, rokok, kopi, dan air minum secara bergantian. Mereka adalah aktor utama dari proses kalondo lopi ini. Ketika rantai katrol semakin tegang, derit rantai penarik makin keras, suasana makin riuh, orang-orang yang berdiri di sekitar memberi semangat para penarik rantai, ibu-ibu turut berteriak memberi semangat dari kejauhan, dan ayunan balok pengungkit lunas semakin cepat. Klimaksnya adalah majunya kapal sekitar 30 sentimeter. Setiap kali bergerak diiringi teriakan dan angkat tangan kemenangan.
Rantai terus ditarik sampai suatu bunyi ledakan terdengar. Orang-orang berteriak kaget, lalu mengerubungi sumber ledakan. Sumbu katrol sebelah kiri kapal patah dan lentingan gear-nya merusak penutupnya. Proses peluncuran kapal berhenti sejenak. Katrol yang rusak diganti dengan katrol lain. Lalu sebagian penduduk bekerja sama mengambil sebatang balok besar dari kayu Ulin untuk mengungkit lunas kapal.
Derit rantai kembali terdengar. Balok kayu diayun naik-turun mengungkit lunas kapal dari belakang agar mengurangi beban katrol. Tiba-tiba terdengar bunyi gesekan dari rel luncur. Kapal dengan berat sekitar 40 ton itu bergerak maju sejauh 30 sentimeter. Suasana menjadi pecah dan penuh eforia, bagaikan suasana gol kemenangan dicetak pada masa injury time. Saya merinding berada dalam suasana ini.
Selama proses peluncuran, setiap istirahat para penarik rantai katrol dan orang-orang yang terlibat di sekitarnya disuguhi hidangan berupa gorengan, rokok, kopi, dan air minum secara bergantian. Mereka adalah aktor utama dari proses kalondo lopi ini. Ketika rantai katrol semakin tegang, derit rantai penarik makin keras, suasana makin riuh, orang-orang yang berdiri di sekitar memberi semangat para penarik rantai, ibu-ibu turut berteriak memberi semangat dari kejauhan, dan ayunan balok pengungkit lunas semakin cepat. Klimaksnya adalah majunya kapal sekitar 30 sentimeter. Setiap kali bergerak diiringi teriakan dan angkat tangan kemenangan.
Spoiler for :
Quote:
Matahari mulai sejajar dengan kepala, Al Fatah belum menempuh setengah perjalanan rel luncurnya. Katrol masih terus ditarik. Tiba-tiba rantai penarik katrol putus dan bagian yang putus melenting mengenai dada seorang pekerja. Saya melihat dada bapak itu mengelupas kulitnya karena kerasnya lentingan tersebut. Sejak itu saya mulai takut berada di dekat katrol. Proses peluncuran kembali ditunda selama proses menyambung rantai yang putus. Perkiraan awal peluncuran ini, pada jam 10 pagi saat air pasang sedang tinggi kapal sudah masuk ke laut. Tapi keadaan yang terjadi tidak mengamini perkiraan yang disampaikan. Adzan Zuhur terdengar dari pengeras suara masjid Nurul Qalbi. Sebagian besar orang-orang yang ada di sekitar kapal mulai membubarkan diri. Air laut mulai surut. Kalondo lopi dilanjutkan lagi besok harinya.
Peluncuran kapal rencananya dilanjutkan mulai jam 9 pagi hari Senin. Para pekerja sukarela mulai berdatangan sejak jam 7 pagi. Mereka adalah penduduk desa Sangiang yang masih menjunjung tinggi semangat gotong royong. Untuk sementara mereka meninggalkan pekerjaan masing-masing demi menyelesaikan proses peluncuran kapal milik H. Adhlan, yang juga salah seorang penduduk desa Sangiang.
Sejak pagi kaum ibu telah menyiapkan sarapan untuk semua orang yang datang. Gulai sapi yang rasanya enak sekali kembali menjadi menu utama. Bapak H. Adhlan turun langsung mengajak semua yang hadir untuk sarapan sebelum memulai pekerjaan. Terlihat wajah-wajah penuh kepuasan saat menikmati sarapan yang disuguhkan. Lalu seseorang membagi-bagikan rokok kepada para pekerja sebelum rantai penarik katrol kembali berderit.
Peluncuran kapal rencananya dilanjutkan mulai jam 9 pagi hari Senin. Para pekerja sukarela mulai berdatangan sejak jam 7 pagi. Mereka adalah penduduk desa Sangiang yang masih menjunjung tinggi semangat gotong royong. Untuk sementara mereka meninggalkan pekerjaan masing-masing demi menyelesaikan proses peluncuran kapal milik H. Adhlan, yang juga salah seorang penduduk desa Sangiang.
Sejak pagi kaum ibu telah menyiapkan sarapan untuk semua orang yang datang. Gulai sapi yang rasanya enak sekali kembali menjadi menu utama. Bapak H. Adhlan turun langsung mengajak semua yang hadir untuk sarapan sebelum memulai pekerjaan. Terlihat wajah-wajah penuh kepuasan saat menikmati sarapan yang disuguhkan. Lalu seseorang membagi-bagikan rokok kepada para pekerja sebelum rantai penarik katrol kembali berderit.
Spoiler for :

Quote:
Hari ini Al Fatah akan dibantu peluncurannya dengan ditarik menggunakan kapal lainnya, jika posisinya sudah mendekati bagian rel luncur yang menurun. Air laut mulai naik. Lidah-lidah ombak makin tinggi menggapai bilah-bilah rel luncur sepanjang 30 meter itu. Para penarik katrol makin bersemangat karena jarak kapal ke laut makin terasa dekat. Akhirnya Al Fatah sampai juga di bagian rel luncur yang menurun. Artinya penarikan dengan kapal akan dimulai.
Saya memilih ikut naik ke kapal penarik di tengah laut, bersama bapak Adhlan dan dua orang turis dari Inggris, serta beberapa ABK. Kapal ini memiliki panjang sekitar 20 meter dan lebar 6 meter. Dikemudikan langsung oleh bapak Adhlan sebagai pemiliknya. Selain ditarik oleh kapal, Al Fatah juga ditarik oleh tenaga manusia dari ke dua sisinya, seperti lomba tarik tambang dengan formasi “V” terbalik. Sekitar 20an orang di setiap sisi kapal terlihat sudah siap dan memberikan aba-aba kepada kapal penarik. Para penarik katrol tetap melanjutkan tugasnya. Kapal penarik yang saya tumpangi bersiap untuk melakukan akselerasi.
Tali penarik antara kedua kapal yang dihubungkan dengan sebatang kayu mulai tegang. Puluhan orang yang menarik kapal tampak bersusah payah dengan sekuat tenaga. Al Fatah masih bergeming. Tiba-tiba sambungan tali penarik kapal terlepas. Tali seukuran lengan orang dewasa itu terhempas ke laut dan menciptakan garis buih putih yang indah. Seorang ABK langsung terjun mengambil sambungan yang terlepas. Sementara kapal penarik berputar mendekat, untuk kembali mengambil ancang-ancang. Setelah tali penarik dihubungkan lagi. Kapal yang saya tumpangi kembali melakukan akselesarasi. Sekali, dua kali, tiga kali akselerasi dari kapal penarik dilakukan namun belum ada pergerakan apapun dari Al Fatah. Sampai tiba-tiba tali penarik itu putus dan terhempas ke laut, menciptkan buih putih yang indah. Kadang kegagalan juga dapat menciptkan suatu keindahan, bukan.
Saya memilih ikut naik ke kapal penarik di tengah laut, bersama bapak Adhlan dan dua orang turis dari Inggris, serta beberapa ABK. Kapal ini memiliki panjang sekitar 20 meter dan lebar 6 meter. Dikemudikan langsung oleh bapak Adhlan sebagai pemiliknya. Selain ditarik oleh kapal, Al Fatah juga ditarik oleh tenaga manusia dari ke dua sisinya, seperti lomba tarik tambang dengan formasi “V” terbalik. Sekitar 20an orang di setiap sisi kapal terlihat sudah siap dan memberikan aba-aba kepada kapal penarik. Para penarik katrol tetap melanjutkan tugasnya. Kapal penarik yang saya tumpangi bersiap untuk melakukan akselerasi.
Tali penarik antara kedua kapal yang dihubungkan dengan sebatang kayu mulai tegang. Puluhan orang yang menarik kapal tampak bersusah payah dengan sekuat tenaga. Al Fatah masih bergeming. Tiba-tiba sambungan tali penarik kapal terlepas. Tali seukuran lengan orang dewasa itu terhempas ke laut dan menciptakan garis buih putih yang indah. Seorang ABK langsung terjun mengambil sambungan yang terlepas. Sementara kapal penarik berputar mendekat, untuk kembali mengambil ancang-ancang. Setelah tali penarik dihubungkan lagi. Kapal yang saya tumpangi kembali melakukan akselesarasi. Sekali, dua kali, tiga kali akselerasi dari kapal penarik dilakukan namun belum ada pergerakan apapun dari Al Fatah. Sampai tiba-tiba tali penarik itu putus dan terhempas ke laut, menciptkan buih putih yang indah. Kadang kegagalan juga dapat menciptkan suatu keindahan, bukan.
Spoiler for :
Quote:
ABK kapal yang saya tumpangi membuang jangkar ke laut. Mesin kapal dimatikan. Kapal kecil yang sebelumnya kami tumpangi untuk sampai ke kapal penarik kembali datang menjemput. “Kita akan periksa keadaan di sana dulu” kata pak Adhlan ketika saya tanyakan mengapa kami kembali ke darat. Ternyata yang jadi masalahnya adalah posisi kapal yang belum sepenuhnya berada di bagian rel luncur yang menurun.
Derit rantai katrol terus terdengar. Kayu pengungkit lunas kembali diayun naik-turun. Kapal kembali bergerak maju sekitar 30 sentimeter dan diiringi teriakan keberhasilan. Keadaan dimulai dari awal, kapal kembali bergerak maju sekitar 30 sentimeter selanjutnya. Setelah itu kapal kecil yang akan membawa kami ke kapal penarik datang menjemput. Menurut perhitungan, sekali tarikan lagi kapal sudah benar-benar sampai di bagian menurun rel luncur.
Mesin kapal penarik yang saya tumpangi terdengar meraung kencang. Asap hitam keluar makin tebal dari dua ujung knalpotnya. Kami bersiap untuk melihat Al Fatah meluncur ke laut. Menurut ceritanya, saat kapal meluncur kencang akan keluar asap dari bagian rel luncurnya. Saya menunggu bagian ini. Membayangkannya sebagai suatu bentuk seremonial alami atas keberhasilan dari pekerjaan panjang selama dua tahun sebelumnya.
Raungan mesin kapal makin kencang setelah tuas persnelingnya di dorong ke dapan. Buih air laut berwarna putih kehijauan tampak memanjang dari belakang kapal. Tali penarik terangkat, menegang. Raungan mesin menjadi lebih kencang. “Swim...swiiiiimmm...swiiiimmmm....” teriak histeris turis perempuan asal Inggris dari atas kapal penarik. Para penarik kapal di darat tampak bergerak cepat. Kapal penarik yang saya tumpangi mulai bergerak. Al Fatah melucur kencang ke laut. Asap mengepul dari rel luncur. Semua ABK di kapal penarik juga ikut terbawa histeris. Di darat, para penarik kapal tampak mengangkat kedua tangannya sebagai perayaan keberhasilan.
Derit rantai katrol terus terdengar. Kayu pengungkit lunas kembali diayun naik-turun. Kapal kembali bergerak maju sekitar 30 sentimeter dan diiringi teriakan keberhasilan. Keadaan dimulai dari awal, kapal kembali bergerak maju sekitar 30 sentimeter selanjutnya. Setelah itu kapal kecil yang akan membawa kami ke kapal penarik datang menjemput. Menurut perhitungan, sekali tarikan lagi kapal sudah benar-benar sampai di bagian menurun rel luncur.
Mesin kapal penarik yang saya tumpangi terdengar meraung kencang. Asap hitam keluar makin tebal dari dua ujung knalpotnya. Kami bersiap untuk melihat Al Fatah meluncur ke laut. Menurut ceritanya, saat kapal meluncur kencang akan keluar asap dari bagian rel luncurnya. Saya menunggu bagian ini. Membayangkannya sebagai suatu bentuk seremonial alami atas keberhasilan dari pekerjaan panjang selama dua tahun sebelumnya.
Raungan mesin kapal makin kencang setelah tuas persnelingnya di dorong ke dapan. Buih air laut berwarna putih kehijauan tampak memanjang dari belakang kapal. Tali penarik terangkat, menegang. Raungan mesin menjadi lebih kencang. “Swim...swiiiiimmm...swiiiimmmm....” teriak histeris turis perempuan asal Inggris dari atas kapal penarik. Para penarik kapal di darat tampak bergerak cepat. Kapal penarik yang saya tumpangi mulai bergerak. Al Fatah melucur kencang ke laut. Asap mengepul dari rel luncur. Semua ABK di kapal penarik juga ikut terbawa histeris. Di darat, para penarik kapal tampak mengangkat kedua tangannya sebagai perayaan keberhasilan.
Spoiler for :
Quote:
Al Fatah sudah masuk ke dunianya, laut. Laut dengan ombak dan gelombang besar, dan akan menempuh perjalanan dari satu pulau ke pulau lainnya di Nusantara, bahkan negara lain di dunia ini. Al Fatah berdiri tenang menikmati belaian ombak di badannya. Beberapa ikan kecil tampak mulai bermain di bawahnya. Kapal memang akan aman jika berada di dermaga, tapi dia tidak diciptakan untuk itu. Kapal besar diciptakan untuk mengarungi lauatan dalam, dengan ombak dan gelombang yang juga besar. Seperti kehidupan ini, bukan.
TENTANG PEMBUATAN AL FATAH
Quote:
Pengerjaan Al Fatah sudah dimulai sejak pertengah tahun 2013. Kala itu bapak Adhlan meminta bapak Baso menjadi kepala tukang. Menurut perhitungan, kapal akan selesai dalam waktu satu tahun pengerjaan. Namun karena ada kendala bahan, jadi tertunda hingga dua tahun. Kayu Ulin atau kayu Besi adalah bahan utama untuk kapal ini, mulai dari lunas, badan, tiang, dan sebagian besar gadingnya. Kayu alaba dan kayu sambi disisipkan pada bagian gading dan sebagian kecil badan kapal. Kayu Ulin untuk kapal ini didatangkan dari daerah Buton karena mulai langkanya kayu ini di daerah NTB dan pulau Sulawesi bagian selatan.
Bapak Baso yang mengepalai pengerjaan kapal ini adalah lelaki 40 tahunan keturunan asli desa Ara, kecamatan Bonto Bahari, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan yang terkenal sebagai kampung pembuatan kapal Pinisi terbesar di Indonesia. Beliau meneruskan keturunannya sebagai ahli pembuat kapal kayu, dan menjadi satu-satunya karena semua saudara laki-lakinya memilih bidang pekerjaan lain. Menurutnya bakat sebagai pembuat kapal sudah kelihatan sejak kecil. Beliau sudah mulai membantu dan belajar membuat kapal sejak SMP dengan ayah dan kakeknya.
Untuk pengerjaan kapal ini, pak Baso hanya berpatokan pada permintaan tinggi kapal dan panjang lunas saja dari si pemilik kapal. Bapak Adhlan hanya meminta tinggi kapalnya 4.90 meter dan panjang lunasnya 14 meter. Dari patokam inilah dihasilkan kapal selebar 11.20 meter dan panjang 35 meter, kira-kira seukuran panjang lapangan futsal. Selama pengerjaan pak Baso mengepalai 5 orang tukang dan 8 orang pembantu tukang yang berasal dari calon ABK. “Berdasarkan pandangan mata dan perasaan saja, mas” jawab pak Baso ketika saya tanyakan pertimbangan apa yang digunakan selama pembuatan kapal ini.
Bapak Baso yang mengepalai pengerjaan kapal ini adalah lelaki 40 tahunan keturunan asli desa Ara, kecamatan Bonto Bahari, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan yang terkenal sebagai kampung pembuatan kapal Pinisi terbesar di Indonesia. Beliau meneruskan keturunannya sebagai ahli pembuat kapal kayu, dan menjadi satu-satunya karena semua saudara laki-lakinya memilih bidang pekerjaan lain. Menurutnya bakat sebagai pembuat kapal sudah kelihatan sejak kecil. Beliau sudah mulai membantu dan belajar membuat kapal sejak SMP dengan ayah dan kakeknya.
Untuk pengerjaan kapal ini, pak Baso hanya berpatokan pada permintaan tinggi kapal dan panjang lunas saja dari si pemilik kapal. Bapak Adhlan hanya meminta tinggi kapalnya 4.90 meter dan panjang lunasnya 14 meter. Dari patokam inilah dihasilkan kapal selebar 11.20 meter dan panjang 35 meter, kira-kira seukuran panjang lapangan futsal. Selama pengerjaan pak Baso mengepalai 5 orang tukang dan 8 orang pembantu tukang yang berasal dari calon ABK. “Berdasarkan pandangan mata dan perasaan saja, mas” jawab pak Baso ketika saya tanyakan pertimbangan apa yang digunakan selama pembuatan kapal ini.
Spoiler for :

Quote:
Saya meyakini pikiran saat pertama kali melihat kapal ini. Kapal Phinisi ini benar-benar suatu karya seni yang luar biasa dari tangan dan perasaan manusia. Jiwa, perasaan dan energi diserahkan untuk pengerjaannya selama bertahun-tahun. Sangatlah pantas acara peluncurannya begitu meriah, sakral, dan penuh eforia, sebagai perayaan atas karya besar dari manusia.
Cerita ini juga dimuat dalam BLOGdalam dua postingan.
P.S: Jangan dibuka blog di atas. Berbahaya. Nanti agan sista bisa terjebak di sana.
Diubah oleh klapear 20-06-2015 09:15
0
5.3K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan