Kaskus

News

bujanglapuk.v2Avatar border
TS
bujanglapuk.v2
Perbincangan Twitter Cermin Kemenangan Jokowi atas Prabowo
Perbincangan Twitter Cermin Kemenangan Jokowi atas Prabowo


Jakarta, CNN Indonesia -- Perbincangan di antara pengguna media sosial Twitter menjadi cerminan atas realitas kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pemilihan presiden 2014, menurut studi yang dilakukan Dewan Pers dan Indonesia Indicator.

Penelitian yang didukung oleh Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia ini mencatat perbincangan selama Pilpres 2014 tentang Jokowi-JK lebih besar volumenya ketimbang Prabowo-Hatta. Demikian pula dengan perbicangan yang mengindikasikan tentang kecenderungan pilihan.

Tercatat, perbincangan publik di Twitter cenderung lebih mendukung pasangan Jokowi-JK sebesar 50,66 persendibandingkan kicauan yang mendukung Prabowo-Hatta sebesar 41,68 persen.

Realitas perbincangan ini mendekati hasil akhir dari perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menyatakan Jokowi-JK sebagai pemenang dengan raihan suara 53,15 persen dan Prabowo-Hatta sebesar 46,85 persen.

Menurut Anggota Dewan Pers Nezar Patria, Twitter merupakan ruang publik baru yang belum dimanfaatkan sebelumnya pada Pilpres terdahulu. Pada Pilpres 2014, ia digunakan untuk melontarkan pendapat politik secara spontan serta dimanfaatkan untuk memperluas dukungan guna memenangkan calon presiden tertentu.

"Artificial intelligence yang kami pakai dalam penelitian ini merekam perbincangan lebih besar volumenya pada pasangan Jokowi-JK, dan hasilnya mirip dengan hasil penghitungan suara KPU," ujar Nezar dalam Seminar Dialog Demokrasi dalam 140 Karakter di Jakarta, Selasa (12/6).

Dalam penelitian ini, Dewan Pers dan Indonesia Indicator memanfaatkan peranti lunak kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mendapati 1,8 juta akun Twitter aktif dari Indonesia yang mempublikasi 13.934.320 kicauan dari periode 4 Juni sampai 9 Juli 2014. Dari jumlah tersebut, penelitian menyaring 50.286 akun dan 211.752 kicauan sebagai sampel.

Penelitian dilakukan terhadap 36.341 akun yang berada di Pulau Jawa (72,45 persen) dan 13.855 (27,55 persen) di luar Jawa.

Peranti lunak kecerdasan buatan juga mengamati kicauan yang berisi soal deklarasi dukungan pada calon tertentu, debat capres dan cawapres, visi misi, serta kampanye hitam.

Kicauan tentang Jokowi unggul dari sisi deklarasi dukungan, debat capres-cawapres, dan visi misi. Tetapi untuk kampanye hitam, penelitian ini mencatat Jokowi paling banyak menerima. Dari 334.828 kicauan, ada 84 persen kicauan kampanye hitam yang ditujukan ke Jokowi, sedangkan Prabowo 14 persen.

Twitter untuk Menyerang

Meski Twitter banyak digunakan pada momen Pilpres 2014, tetapi penelitian ini mencatat Twitter belum dimaksimalkan masyarakat Indonesia untuk media dialog politik. Nezar menilai Twitter digunakan untuk melakukan serangan ketimbang menjelaskan karena keterbatasan dalam menyampaikan pesan hanya 140 karakter.

Nezar menilai Facebook lebih tepat untuk memberi penjelasan melalui update status atau Facebook Notes, tetapi jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg ini punya keterbatasan dari sisi penyebaran.

"Twitter memang tidak maksimal untuk membangun diskusi. Tetapi daya jangkau Twitter lebih luas karena bisa di-retweet dan lebih efektif untuk mobilisasi gerakan sosial atau politik," tutur Nezar yang juga menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi CNNIndonesia.com.

Di masa depan, Internet bakal lebih dimanfaatkan untuk menggalang suara dalam Pilpres. Semmy Pangerapan dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia menuturkan, saat ini jumlah pengguna Internet di Indonesia mencapai 88,1 juta atau hampir 35 persen dari populasi.

APJII memprediksi akhir 2015 ini jumlah pengguna Internet bakal mencapai 130 juta. Dengan demikian, para politikus bakal makin sadar memanfaatkan media sosial untuk memenangkan diri atau mencapai tujuan politiknya.

Terpecah jadi Dua Kubu

Dalam momen Pilpres 2014, terjadi polarisasi di antara pendukung Jokowi dan Prabowo. Dalam satu keluarga bisa terpecah karena punya pilihan capres-cawapres yang berbeda, begitu juga di ruang kantor dan kampus.

Sosiolog Universitas Indonesia, Roby Muhamad yang tak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, polarisasi dalam momen Pilpres 2014 ini tidak membuat seseorang menjadi lebih independen, bahkan bisa memebuat orang lebih ekstrem pada satu pilihan. Dalam kondisi seperti ini, seorang pengguna media sosial cenderung hanya mau mengikuti akun dan membaca berita dari portal berita yang sejalan dengan pilihannya.

Pemilih Prabowo, misalnya, hanya mengikuti akun pendukung Prabowo. Ia juga hanya mau membaca berita dan membagikan berita-berita yang cenderung mendukung Prabowo.

"Ini membuat manusia terbatas hanya sekadar berada di lingkungan atau kelompok mereka. Bagaimana pun seharusnya demokrasi akan lebih jika kita lebih rasional dan independen," ucap Roby.

Di Amerika Serikat, Roby mencontohkan polarisasi terpecah menjadi dua kubu berdasarkan ideologi, yaitu kubu liberal dan konservatif. Sementara di Indonesia, pada momen Pilpres 2014, polarisasi terpecah lebih membicarakan figur calon capres-cawapres, tidak menitikberatkan pada ide dan gagasan ideologis.

Penelitian ini menyimpulkan, komunikasi di media sosial Twitter oleh pengguna Indonesia tertutup oleh hiruk-pikuk jargon kampanye dan persaingan untuk memenangkan calon pasangan, ketimbang persaingan memenangkan ide atau gagasan. (adt/eno)

http://www.cnnindonesia.com/teknolog...-atas-prabowo/

Tidak mungkin sama dengan KPU. Kata panasbung pilpres kan curang. emoticon-Mad (S)
Diubah oleh bujanglapuk.v2 16-06-2015 18:01
0
2.1K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan