Jakarta Padet: Data Statistik & Solusi Mengatasinya (Ide Brilian masuk gan)
TS
mrizhbie
Jakarta Padet: Data Statistik & Solusi Mengatasinya (Ide Brilian masuk gan)
Halo all..
hehe...
Welcome to my THREAD...
ini adalah threat pertama ane yang tergolong "niat" dan pastinya bukan karena asli dari pemikiran impuls ane sendiri.. hehe.
Dan gak kepikiran juga gan kalo bakal masuk HOT THREAD...
Quote:
Special thanks to all mimin, momod, and all kaskuksers sekalian yang ganteng, cantik, and gak maho
Hehe becanda gan.. Mohon maaf dan mohon jangan diambil hati....
Okay lah gan, ane ucapkan selamat datang dan sumonggo pinarak gan..
_______________________________(Mulai Memasuki Bagian Serius)_______________________________
To the pointaja gan, berawal dari pengamatan ane pada kondisi Jabodetabek yang padetnya aje-gile, maka akhir-akhir ini ane coba akses data-data statistik yang tersedia secara publik di laman web officialBadan Pusat Statistika (klik di sini untuk mengakses lamannya gan) untuk mengobati rasa penasaran ane gan. Dari laman web tsb, ane dapatkanlah sebuah data kependudukan berdasarkan Sensus Penduduk yang diselenggarakan tiap 10 tahun sekali gan. Dari situ, bisa dilihat:
Quote:
(a) Seberapa padetsih sebenarnya Indonesia ini?
(b) Kok bisa Jakarta padetnya aduhai banget?
(c) Gimana sih statistiknya kalau dilihat dalam bentuk angka?
Oke lah kl gtu, nggak perlu panjang kali lebar gan, langsung aja ane paparkan datanya:
Spoiler for Data Statistik Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Sensus Kependudukan:
Quote:
NB: Data ini belum temasuk Kalimantan Utara / Kaltara sebagai Provinsi baru, karena sensus penduduk terakhir adalah pada tahun 2010
Nah, dari data statistik di atas, ane coba tuh bikin hitung-hitungan kasar tentang densityatau kepadatan penduduk dari masing-masing provinsi dengan menggunakan rumus logika simple, yakni total jumlah penduduk di tiap provinsidibagi denganluas wilayah provinsi tersebut (dalam km2). Dengan demikian, didapatkanlah angka density sebagai berikut:
Spoiler for Density Tiap-tiap Provinsi di Indonesia Dari Tahun ke Tahun:
Quote:
NB:
a. Satuannya adalah orang/km2
b. Densitydidapatkan dari pembagian antara total jumlah penduduk di tiap provinsidibagi denganluas wilayah provinsi tersebut (dalam km2)
Spoiler for Definisi Density:
Densityatau dalam konteks ilmu Geografi disebut Population Density adalah suatu cara untuk mengukur tingkat kepadatan penduduk berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayahnya. Semakin tinggi angka population density, maka semakin padat wilayah tersebut karena penuh sesak dengan penduduk.
Spoiler for Sebagai Perbandingan (People's Republic of Tiongkok, India, USA, dan Indonesia):
Indonesia peringkat 4 jumlah penduduk terbanyak di dunia loh gan. Udah pada tau kan pastinya...
Tapi coba deh amati gan, Luas Wilayah Indonesia lebih banyak perairannya bukan sih?
Mungkinkah karena itu, sehingga daratannya (terutama JAKARTA) terasa penuh sesak?
(1) China 1.355.692.576
(2) India 1.236.344.631
(3) Amerika Serikat 318.892.103 (4) Indonesia 253.609.643
(5) Brasil 202.656.788
(6) Pakistan 196.174.380
(7) Nigeria 177.155.754
(8) Bangladesh 166.280.712
(9) Russia 142.470.272
(10) Jepang 127.103.388
Ya sudahlah, mari kita fokus ke DKI Jakarta, as I said previously, threat ini berawal dari penasaran ane tentang seberapa padatnya DKI Jakarta. Setelah ane amati dari data population density nasional di atas, terlihatlah bahwa density DKI Jakarta terlampau ekstrim tingginya jika dibanding dengan density dari provinsi-provinsi lain. Ini ane coba tampilkan dalam bentuk grafis yang agak eye catching gan...
Spoiler for Population Density Nasional Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010 :
Quote:
nah lo, bisa dilihat kan, betapa ekstrimnya kepadatan penduduk DKI Jakarta?
dalam wilayah seluas 1 km2, ada 12,978.23 jiwa yang mendiaminya. Apa bener nih?
Spoiler for Population Density DKI Jakarta Berdasarkan Sensus Penduduk tiap 10 tahun sekali:
Quote:
(a) Dari data ini, secara statistik kasar, dapat kita lihat laju penambahan penduduk di DKI Jakarta sejak tahun 1971 hingga tahun 2010. Dari kurva tersebut, terlihat peningkatan yang skalanya mendekati linier.
(b) Berdasarkan kurva mendekati linier tersebut (lets say, kita menggunakan pendekatan linier regressiondalam penarikan kurva), jumlah penduduk DKI Jakarta di tahun 2010 meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah penduduk DKI Jakarta per tahun 1971.
(c) Dari situ, jika kurva menggunakan pendekatan linier, bisa dibayangkan kan betapa padatnya DKI Jakarta dalam 40 tahun ke depan?
Wow banget gan, dari situ bisa dibayangkan, betapa tidak idealnya DKI Jakarta dalam waktu ke depannya.
Fenomena ini bakal lebih parah gan..
Spoiler for Jakarta Massive Traffic Jam:
Spoiler for Traffic Jam Phenomena (1):
Spoiler for Traffic Jam Phenomena (2):
Spoiler for Traffic Jam Phenomena (3):
Spoiler for Traffic Jam Phenomena (4):
Spoiler for Traffic Jam Phenomena (5):
Spoiler for Traffic Jam Phenomena (6):
Haduh...
Okay deh gan, daripada pusing mikirin statistik, iseng-iseng ane nyusun beberapa ide-ide unik untuk mengatasi hal ini, supaya DKI Jakarta lebih nyaman ke depannya gan..
Spoiler for Solusi 1: Indonesia Negara Kepulauan yang Multisentral:
Indonesia adalah negara kepulauan, terdiri atas 17.504 pulau. Sangatlah besar sekali. Semuanya terpisah dengan lautan yang amatlah luas, dengan sistem transportasi antar pulau yang tentu saja terbatas (dirgantara dan bahari, tidak semudah transportasi darat yang flexible). Sedangkan, kita tahu sendiri karakter utama masyarakat Indonesia adalah trend sentris, alias terpusat pada sebuah trend secara massivedan tak terkontrol. Disamping itu, kita tahu sendiri bahwa industri televisi nasional kita memanglah mostly terpusat di Jakarta disebabkan karena negara kita yang cukup besar dan satu-satunya pusat bisnis skala makro di Indonesia adalah di Jakarta, jadi tidak bisa dihindari bahwa pemberitaan tentang Jakarta yang terjadi secara massif terjadi di semua media.
Dampaknya adalah, seluruh masyarakat Indonesia pikirannya terpusat ke Jakarta. Tahu sendiri kan, orang Indonesia itu karakternya adalah trend sentris? Jadi, dari situ, animo masyarakat seluruh Indonesia tentang Jakarta tidaklah dapat terbendung. Alhasil, arus urbanisasi tidak lagi bisa dibendung karena sudah terlanjur massif.
Indonesia adalah negara besar yang secara geografis sangatlah unik dan berbeda dibandingkan dengan negara-negara lain, karena masing-masing pulau terpisah-pisah dengan lautan yang luas. Seharusnya, Indonesia tidak bisa hanya menerapkan satu pusat trend saja dalam satu negara yang luasnya minta ampun ini, karena karakternya tidak bisa disamakan dengan negara-negara yang lain yang cenderung compact, dengan daratan yang tidak terpisah-pisah secara ekstrim oleh lautan yang luas. Indonesia ini sangatlah luas, dengan karakteristik sosial masing-masing yang berbeda sesuai kearifan lokal dan budaya masing-masing. Karena Indonesia sangatlah besar dan terpisah-pisah, bagaimana kalau Indonesia dibuat multisentris?
Spoiler for Sedang Khidmat Menonton TV:
Spoiler for Seluruh Media TV Nasional Berpusat di Jakarta as a Trend Setter:
Okay, lets focus on several main islands. Lets say: Sumatera, Borneo (Kalimantan), Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Masing-masing satu pulau besar memiliki satu pusat trend. Dan masing-masing satu pusat trend tersebut memiliki media broadcastingmassif yang berskala nasional.
Dengan demikian, setiap pusat trend menjadi rujukan secara nasional dan bertanggungjawab membroadcast secara nasional trend yang sedang terjadi di daerah tersebut. Jadi, kesan Jakarta adalah yang paling keren banget dan daerah adalah kampungan akan sirna, karena trendnya tidak hanya terpusat di Jakarta saja. Sebagai contoh, image gaya bahasa medhok pun akan jadi trend/viral dan kesan kampungan akan hilang di kemudian hari, karena menjadi trend massif nasional (hanya contoh gan, no offense, hehe...).
lantas, apa hubungannya dengan solusi mengatasi kepadatan Jakarta?
Tentu ada kaitannya:
Quote:
Jakarta bukan lagi satu-satunya trendsetter, jadi secara tidak sadar arus urbanisasi akan terdistribusi ke trendsetter-tremdsetteryang lain
Investasi skala makro yang berdampak pada pembangunan nasional yang merata akan terdistribusi tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di wilayah-wilayah lain.
Pemerintah pusat tinggal mempersiapkan infrastruktur deh, dari pusat trend di masing-masing pulau besar tersebut ke zona-zona sub-urban bahkan rural, supaya rejekinya menetes gan
Spoiler for Solusi 2: Ibukota Administratif yang Strategis, Aman, dan Steril:
Solusi out-of-the-boxyang kedua adalah pemindahan ibukota administratif Indonesia. Solusi ini timbul akibat banyaknya keluhan sebagai berikut:
Quote:
aduuuuh... Jakarta udah macet, voorijderlalu lalang motong-motong jalan sembarangan lagi.
Aduh, mana meeting udah mau mulai lagi... kejebak macet gini... eh, mobil pejabat lewat malah bikin tambah macet aja ih.
Quote:
Waduh, itu ngawur banget, ada pejabat main terobos jalur Transjakarta
Come on guys, mereka adalah pemerintah. Nasib ratusan juta rakyat Indonesia ada di tangan mereka, tidak hanya rakyat Jakarta. Jutaan rakyat Indonesia yang berada di zona 3T a.k.a Remote Area pun bergantung dengan pergerakan mereka. Jadi lumrah lah kalau menurut saya jika mereka harus di VIP kan. Yang tidak lumrah adalah, kemacetan massif dan tidak terorganisir yang terjadi di Jakarta.
Spoiler for Kemacetan Massif:
Nah, pusing kan?
ane juga
Lantas, solusinya bagaimana yah? Nah ini dia yang seru untuk dibahas. Sudah banyak ide mengenai hal ini gan, salah satunya adalah pemindahan ibukota ke Palangkaraya. Lantas, apakah itu adalah salah satu hal yang tepat? Negara kita ini kepulauan loh, susah banget nanti prosesnya. Nah loh bingung dah.
Ya begitulah...
Untuk kasus ini, mari kita lihat dari negara jiran kita, Malaysia. Malaysia adalah negara yang tidak banyak pemberitaanya jika di negara kita. Kita tidak banyak tahu tentang Malaysia, karena Malaysia memang negara yang cenderung tertutup di mata luar. Namun, jangan remehkan gan, negara ini telah berhasil menciptakan sistem jalan raya yang terintegrasi dan rapi di seluruh negaranya gan.
Satu lagi yang perlu di highlight di sini, Malaysia sudah sejak lama memindahkan ibukota administratifnya ke kota yang baru dibentuknya sekitar dua dekade lalu, yakni di Putrajaya.
Spoiler for Lokasi Putrajaya di Semenanjung Malaysia:
Lokasi Putrajaya tidaklah terlalu jauh dari Kuala Lumpur sebagai ibukota negara sekaligus pusat perekonomian makro negara. Putrajaya pada mulanya adalah hutan yang sangat luas dan kosong, di bawah wilayah State of Selangor Darul Ehsan (Provinsi yang mengelilingi Kuala Lumpur). Kemudian, pemerintah pusatnya pada saat itu membeli tanah di daerah tersebut dan menyulapnya menjadi kota cantik nan modern bernama Putrajaya. Malaysia memang spesialis kalau di bidang urban transformation, bisa menyulap lahan hutan yang luas banget berubah menjadi kota yang rapi, modern, dan siap infrastrukturnya.
Dari sini, bisa dipelajari misi dari pembentukan Putrajaya sebagai ibukota administratif adalah demi memisahkan pusat administratif dengan pusat ekonomi. jadi, seolah-olah negara memiliki dua ibukota. Keuntungannya, pemerintah tidak lagi pusing dikelilingi dengan aktivitas bisnis di sekitarnya, dan aktivitas bisnis pun berjalan dengan baik karena tidak bercampur baur dengan aktivitas administratif negara.
Spoiler for Putrajaya Ibukota Administratif Malaysia (1):
Spoiler for Putrajaya Ibukota Administratif Malaysia (2):
Spoiler for Putrajaya Ibukota Administratif Malaysia (3):
Spoiler for Putrajaya Ibukota Administratif Malaysia (4):
Spoiler for Putrajaya Ibukota Administratif Malaysia (5):
Nah, dari situ lahirlah ide pemindahan pusat administratif negara yang bisa meniru Malaysia ini gan. Pemindahan pusat administratif negara tidak perlu jauh-jauh dari ibukota pusat ekonomi, karena stabiitasnya akan berdampak massif jika tiba-tiba ekstrim berpindah tempat terlalu jauh. lantas, tercetuslah ide pemindahan pusat administratif Indonesia di wilayah pegunungan sekitar Jawa Barat. Satu pegunungan, disulap menjadi kota modern seperti halnya Putrajaya yang tentu saja terhubung dengan toll yang steril dengan Jakarta sebagai ibukota pusat ekonomi.
Dari sini, akan muncul argumen baru. Kota/kabupaten mana yang akan dipinjam wilayahnya?
Apa pertimbangannya sehingga kota/kabupaten ini bisa menjadi ibukota administratif negara yang baru?
Kembali ke kasus Malaysia gan, bukan kota/kabupaten manapun, melainkan wilayah administratif baru yang terpisah dan diciptakan mulai dari nol. Putrajaya bukan diciptakan dari sebuah kota yang sebelumnya sudah siap secara infrastruktur, justru malah diciptakan dari hutan belantara yang kosong melompong tidak ada apa-apa di sana.
Lantas, apakah solusi ini memang realistis? it depends...
Ane tidak bisa berkomentar, kan cuma ide gan....
Spoiler for Solusi 3: Commuting System yang Out of The Box:
Ane pindahin di slot komeng Pertamaxya gan, supaya ngetiknya lebih leluasa
silahkan lanjut merujuk ke sana gan utk baca solusi yang satu ini...
Spoiler for Solusi 4: Business Hour yang tidak exactly sama untuk setiap kantor:
Ane rasa, dari judulnya aja udah cukup jelas gan...
Jangan skeptis dulu neh gan ngomong2, yah namanya juga ide...
Hal yang menyebabkan Jakarta padet tidak bisa dpungkiri adalah karena orang berkumpul dan tumplek blekdalam waktu yang bersamaan. Nah, menurut ane nih gan, kalau diatur sedemikian hingga sehingga semua business hour tidak beririsan exactly the same mungkin bisa menjadi solusi. Meski aneh, tapi coba kita hitung:
Quote:
Mari kita pakai asumsi. Mohon maaf jika asumsinya tidak fully exact, setidaknya bisa mewakili secara matematis.Lets say:
Quote:
Jakarta Utara : 200 companies
Jakarta Pusat : 400 companies
Jakarta Selatan : 200 companies
Jakarta Timur : 200 companies
Jakarta Barat : 200 companies
Quote:
Business Hourdipecah menjadi lima jenis, sebagai berikut:
(1) 06.30 - 15.30
(2) 07.00 - 16.00
(3) 08.00 - 17.00 (normal business hour neh gan)
(4) 09.00 - 18.00
(5) 10.00 - 19.00
yang penting adalah tidak menyalahi kaidah 8x5 atau 40 hour / week. Jadi, ada 5 jenis rentang waktu business hour.
Quote:
So, dari sono, bisa dibagi deh:
Quote:
(1) business hour06.30 - 15.30
Jakarta Utara : 40 companies
Jakarta Pusat : 80 companies
Jakarta Selatan : 40 companies
Jakarta Timur : 40 companies
Jakarta Barat : 40 companies
Quote:
(2) business hour07.00 - 16.00
Jakarta Utara : 40 companies
Jakarta Pusat : 80 companies
Jakarta Selatan : 40 companies
Jakarta Timur : 40 companies
Jakarta Barat : 40 companies
dan seterusnya gan...
Jadi dampaknya?
(a) orang-orang pada nggak keluar di waktu yang bersamaan deh...
(b) debit jalananan akan berkurang karena waktu dimana orang keluar rumah terdistribusi merata tidak dalam waktu yang benar-benar bersamaan.
Apakah ini realistis?
It depends... kan hanya ide gan...
Spoiler for Solusi 5: Menggeser Market Industri Otomotif:
Solusi 5 ini ane ketik di slot Komeng Pertamaxgan
monggo merujuk ke sana yah...
Sekian THREAD dari ane gan
Begitulah negara kita gan, jumlah penduduk kita yang luar biasa banyak, bahkan nomor 4 sedunia, harus kita jadikan sebagai kekuatan kita bersama gan, bukan malah kita jadikan sebagai potensi penghancur internal kita bersama dalam jangka panjang. Setuju gak nih gan?
setuju kan? shakehand dong kalo gitu gan..
Semoga Indonesia semakin maju jaya ke depannya...
Spoiler for jangan lupa gan:
wajibleave comment
Bagi cendolgan, haus banget ane gan... hehe
Bgi yg berotak Out-Of-The-Boxjuga silahkan meninggalkan jejak ide kalian gan... ntar ane quote khusus...
Bgi yg Silent Readerpun monggo pinarak, ayo urun rembug juga gan....
minimal ketik sesuatu & tinggalkan jejak ide briliantnya, jgn sungkan2 atuh..