Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

zitizen4rAvatar border
TS
zitizen4r
Jokowi: Yang Mempermainkan Harga, Saya Kejar! Kejarlah, Kau Kutangkap!
Jokowi: Yang Mempermainkan Harga, Saya Kejar! Kejarlah, Kau Kutangkap!
Kios pedagang yang menjual kebutuhan pokok di pasar modern BSD, Tangerang. (Foto: Aulia Afrianshah/ VARIA.id)
Kios pedagang yang menjual kebutuhan pokok di pasar modern BSD, Tangerang. (Foto: Aulia Afrianshah/ VARIA.id)

Jokowi: Yang Mempermainkan Harga, Saya Kejar!
Senin, 15/06/2015 12:35 WIB

Jakarta -Menjelang bulan Ramadan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh jajaran pemerintahan, pusat maupun daerah, untuk melakukan operasi pasar pengendalian harga. Sehingga masyarakat bisa membeli kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.

Pemerintah melarang siapa pun melakukan spekulasi, apalagi mempermainkan harga yang berakibat menyengsarakan rakyat.

"Siapa pun yang main-main dengan harga kebutuhan pokok, akan saya kejar," tegas Presiden saat meluncurkan Operasi Pasar Murah (OPM) di Wilayah Provinsi Jawa Barat, Senin (15/6/2015).

Jokowi menyebutkan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat telah mengalokasikan anggaran Rp 10 miliar untuk menggelar Operasi Pasar Murah (OPM) bersubsidi bagi rumah tangga sasaran (RTS) di 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, pada awal Ramadan dan menjelang Idul Fitri.

Pelaksanaan OPM akan memprioritaskan kabupaten/kota yang sudah meminta adanya operasi pasar di daerahnya. Ini karena kenaikan harga barang-barang pokok belum tentu terjadi di setiap daerah.

Menurut Jokowi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Pemerintah Kota/ Kabupaten perlu melakukan operasi pasar, mengingat Indeks Harga Konsumen Gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 kota, yaitu Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, dan Kota Depok mengalami kenaikan dari 117,59 pada April 2015, menjadi 118,07 pada Mei 2015, sehingga terjadi inflasi 0,41 %.

Dari 7 kota pantauan di Jawa Barat pada Mei 2015, seluruh kota mengalami inflasi, yaitu kota Bogor sebesar 0,38%, Kota Sukabumi 0,47%, Kota Bandung 0,28%, Kota Cirebon 0,68%, Kota Bekasi 0,40% Kota Depok 0,65%, dan Kota Tasikmalaya 0,21%.

Dalam operasi pasar di Jawa Barat hari ini, Perum Bulog bersama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) telah menyiapkan 300 ribu ton beras dan 25 ribu ton gula pasir yang siap disistribusikan.

Pada kesempatan itu juga, Jokowi menggelar video conference dengan petugas dari Perum Bulog di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan yang juga sedang menggelar operasi serupa.

Dengan tindakan yang cepat dari Pemerintah, Jokowi berharap masyarakat bisa menyongsong ibadah puasa di bulan Ramadan dengan tenang.
http://finance.detik.com/read/2015/0...rga-saya-kejar


Penyebab Harga Bahan Pokok Tetap Tinggi Versi Pedagang Pasar
Penurunan harga BBM tak lantas menurunkan harga kebutuhan pokok di pasaran. Sebab, menurut pedagang pasar, tak semua barang kebutuhan pokok berasal dari dalam negeri.
Minggu, 25 Januari 2015 | 19:35 WIB

VARIA.id, Jakarta – Harga bahan bakar minyak (BBM) dalam bulan ini sudah turun dua kali. Namun, penurunan harga BBM tak berpengaruh banyak terhadap harga-harga kebutuhan pokok.

Sejumlah harga kebutuhan pokok seperti beras, kacang tanah, bawang merah, kedelai lokal, minyak goreng, daging sapi, ayam broiler, telur ayam, gula pasir, mie instan, dan ikan teri justru meningkat dalam dua pekan terakhir.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga beras premium per 7 Januari Rp 9.494/kilogram. Harganya terus merangkak naik menjadi Rp 9.712/kilogram pada 23 Januari. Sedangkan bawang merah pada kurun waktu yang sama naik dari Rp 20.903/kilogram menjadi Rp 23.160/kilogram.

Kenaikan harga kebutuhan pokok yang cukup signifikan terjadi pada telur ayam ras. Pada periode yang sama, harganya naik dari Rp 21.968/kilogram menjadi Rp 23.312/kilogram.

Jokowi: Yang Mempermainkan Harga, Saya Kejar! Kejarlah, Kau Kutangkap!

Kenaikan harga kebutuhan pokok juga menyasar pada minyak goreng baik kemasan maupun curah. Namun, kenaikannya tidak signifikan. Harga kekinian masing-masing komoditas itu Rp 15.092/620 mililiter (ml) dan Rp 11.326/kilogram. Sama halnya dengan gula pasir Rp 11.167 kilogram, mie instan Rp 2.031/bungkus, serta ikan teri dengan harga kekinian Rp 66.215/kilogram.

Sedangkan harga cabai merah keriting, cabai merah biasa, tepung terigu, kedelai impor, kacang hijau, dan singkong, turun tipis. Berdasarkan data tersebut, penurunan harga BBM yang cukup siginifikan pada 18 Januari lalu tak banyak memengaruhi harga kebutuhan pokok.

Jokowi: Yang Mempermainkan Harga, Saya Kejar! Kejarlah, Kau Kutangkap!

Bukan salah pedagang

Pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi dua kali sepanjang bulan ini lantaran harga minyak mentah dunia lagi murah. Pertama, pada 1 Januari 2015. Saat itu, harga BBM jenis premium turun dari Rp 8.500/liter menjadi Rp 7.600/liter. Sedangkan harga BBM jenis solar turun dari Rp 7.500/liter menjadi Rp 7.250/liter.

Kedua, harga BBM turun lagi pada 19 Januari 2015. Untuk jenis premium diturunkan lagi menjadi Rp 6.700/liter, sementara solar menjadi Rp 6.400/liter.

Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Ngadiran, harga kebutuhan pokok lebih banyak dipengaruhi ongkos angkutan umum. Harga kebutuhan pokok di tingkat produsen tak banyak berubah.

“Kita lihat saja ongkos angkutan umum itu seperti apa? Kan tak dipengaruhi harga BBM. Jadi bagaimana harga kebutuhan pokok bisa turun?” kata Ngadiran, di Jakarta, Sabtu, 23 Januari 2015
http://www.varia.id/2015/01/25/penye...edagang-pasar/


Jangan Bikin Kambing Hitam, Bos
June 12, 2015 12:47

Jokowi: Yang Mempermainkan Harga, Saya Kejar! Kejarlah, Kau Kutangkap!

Gejolak pasar uang dan saham

IndonesianReview.com -- Jangan salahkan bila ada spekulan mendompleng untuk mengambil keuntungan di tengah gejolak pasar uang dan saham. Toh, mereka hanya mengikuti arah, bukan menciptakannya.

Pemerintah tampaknya mulai khawatir krisis ekonomi akan menyergap Indonesia. Itu terbaca dari pernyataan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro yang mengkaji skema penanggulangan krisis. Maklum, sejumlah indikator ekonomi terlihat semakin memburuk.

Lihat saja, nilai tukar rupiah semakin terpuruk. IHSG tergerus sampai di bawah level 5.000, karena investor asing terus menjual saham. Tak hanya di saham, investor asing juga menjual obligasi negara. Tampaknya, investor asing mempunyai persespi negatif terhadap ekonomi Indonesia saat ini.

Biasanya, kalau pasar uang dan saham semakin loyo, pemerintah akan mencari kambing hitam. Kambing hitam itu dinamakan spekulan. Padahal, krisis ekonomi di setiap negara selalu disebabkan oleh ulah pemerintah sendiri.

Kata spekulan sebenarnya berasal dari kata Latin,Spekulari, artinya mengamati, tapi dalam perkembanganya mengalami perubahan arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, spekulan diartikan sebagai orang yang mencari keutungan besar (di perniagaan dsb) dengan cara melakukan spekulasi (dugaan,perkiraan,dsb. Karena sifatnya dugaan, spekulan tidak selalu untung, tapi juga rugi.

Spekulan ternama, George Soros, saja pernah menderita kerugian besar saat bursa saham Dow Jones turun menukik ke angka 22,6% {19/10/1987. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan istilah Black Monday. Tidak hanya di bursa saham, Soros juga pernah rugi besar dalam perdagangan mata uang, karena salah posisi dalam perdagangan mata uang yen Jepang.

Dalam prinsip spekulasi ”yang pasti adalah ketidakpastian“. Artinya, tidak ada satu metode perhitungan yang dapat memastikan peristiwa ekonomi. Tak percaya? Ini contoh kasusnya. Dua ahli ekonomi ternama bernama Myron. S.Scholes dan Robert C. Merton menjadi direktur dalam badan pengelola aset bernama Long Term Capital Management (LTCM). Tahun 1997, mereka berdua berhasil menerima penghargaan Nobel bidang ekonomi, karena dianggap berhasil membuat metode perhitungan perdagangan derivatif (suatu instrumen turunan dari perdagangan saham, valas, komoditas dsb).

Akibat nama besar mereka, banyak investor memberikan kepercayaan agar uangnya dikelola oleh LTCM. Ironisnya, tahun 1998, LTCM bangkrut, atau hanya setahun setelah mereka mendapatkan penghargaan Nobel. Kerugian para investor mencapai US$ 4,6 miliar.

Kebalikan dari ekonom sekolahan, Soros berhasil menjadi spekulan karena dia tidak percaya sepenuhnya dengan teori-teori ekonomi. Dalam bukunya The Alchemy of Finance, dia mengkritik teori ekonomi. Menurut dia, baik-buruknya indikator ekonomi suatu negara bukan berasal dari fundamentalnya, tapi karena persepsi. Selalu ada bias di antara persepsi dan fundamental. Persepsi bahkan bisa mengubah fundamental ekonomi suatu negara.

Fundamental ekonomi Indonesia sejak tahun 2012 sebenarnya sudah menunjukkan ada masalah. Neraca perdagangan kerap defisit, padahal defisit perdagangan terakhir kita tahun 1961. Senasib, neraca transaksi berjalan juga mulai defisit. Ditambah, pertumbuhan ekonomi mulai menurun.

Itu semua terjadi karena mulai tergerusnya harga batu bara dan CPO. Kedua komoditas itu adalah andalan ekspor kita. Parahnya, harga minyak internasional belum turun. Akibatnya, subsidi BBM semakin membengkak. Karena tidak kuat, pemerintah tahun 2012 sempat mengajukan kenaikan harga BBM, tapi DPR menolak. Karena tidak kuat, setahun kemudian akhirnya harga BBM baru dinaikan, padahal momentumnya sudah lewat. Akibatnya, inflasi mulai meninggi.

Tahun 2014 adalah tahun politik. Jadi, wajar kalau ada gonjang-ganjing sedikit. Tapi ketika Jokowi menang, awalnya ada persepsi positif dari pasar keuangan. IHSG pun naik sampai menembus level 5.000, dan kurs rupiah terhadap dolar AS juga relatif terjaga. Padahal, fundamental ekonomi kita tidak membaik.

Tapi, sayang persepsi tersebut tidak dapat dipertahankan, karena kinerja pemerintahan Jokowi mengecewakan pasar keuangan. Buntutnya, IHSG tergerus dan dolar AS menggila.

Di saat semakin memburuknya fundamental ekonomi, ditambah persepsi sudah menjadi negatif, jangan salahkan bila ada spekulan mendompleng untuk mengambil keuntungan. Toh, mereka hanya mengikuti arah, bukan menciptakannya.

Bila akhirnya ekonomi semakin memburuk, biasanya pemerintah akan menjadikan spekulan sebagai kambing hitam. Padahal, krisis ekonomi tercipta karena kegagalan pemerintah untuk mempertahankan persepsi positif.
http://indonesianreview.com/daniel-r...bing-hitam-bos


Harga Kebutuhan Pokok, Naik Lebih dari 100 Persen

indosiar.com, Banjarmasin - Harga kebutuhan pokok di Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengalami kenaikan tajam. Harga sayur mayur yang didatangkan dari Pulau Jawa naik hingga diatas 100 persen. Penyebab kenaikan ini karena akibat isu kenaikan harga BBM serta tersendatnya pasokan menyusul terganggunya angkutan laut.

Seperti di Pasar Antasari, Banjarmasin, harga sawi yang semula hanya 2 ribu rupiah menjadi 8 ribu rupiah perkilo. Kembang kol yang awalnya hanya 4 ribu rupiah kini menjadi 12 ribu rupiah. Sedangkan untuk telur ayam dan telur itik hanya mengalami kenaikan sekitar seribu rupiah perkilogram. Untuk beras lokal harga dipatok sebesar 5 ribu rupiah perliter, padahal sehari sebelumnya hanya 4500 rupiah perliter.

Pedagang bernama Meli mengatakan, kenaikan harga sejumlah bahan pokok tersebut dampaknya sangat dirasakan oleh warga. Biasanya dalam sehari cukup 25 ribu rupiah untuk berbelanja dan kini harus mengeluarkan uang diatas 30 ribu rupiah.

Sementara itu menurut beberapa orang pedagang, kenaikan harga hingga 100 persen ini terjadi akibat kelangkaan dan kenaikan harga bahan bakar minyak, tingginya gelombang laut Jawa hingga kenaikan rutin awal tahun. Sejauh ini pihak Bulog Kalimantan Selatan belum juga melakukan operasi stabilitas harga.
http://www.indosiar.com/fokus/harga-...sen_66987.html


Mendag Sebut Bank Penyebab Harga Bahan Pokok Mahal
29 Jan 2014 at 11:01 WIB

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengakui saat ini terjadi ketidakstabilan pada harga bahan kebutuhan pokok dan sayuran.

Ketidakstabilan harga ini terjadi karena pasokan yang minim dan adanya kesulitan yang didapatkan petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian.

"Akhir-akhir ini harga naik nggak karuan, karena mungkin pasokan sulit dan petaninya dipersulit," ujar dia saat memberikan sambutan pada peresmian Pasar Leuwipanjang, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (29/1/2014).

Gita mencontohkan, harga daging sapi yang hingga saat ini masih tinggi. Padahal di Singapura, harga daging tersebut bisa lebih rendah dari yang dijual di Indonesia.

"Harga daging sapi ini di sana setengahnya dari Purwakarta. Negara yang nggak punya sawah, harga pangannya malah lebih murah. Ini karena keterbatasan pendanaan," lanjut dia.

Menurut dia, saat ini petani sulit untuk mendapatkan kredit dari perbankan sehingga harus melakukan pinjaman ke tungkulak yang bunganya mencapai 100%.

Hal berbeda di terjadi di negara tetangga seperti Malaysia. Petani dinegara tersebut hanya dikenakan bunga sebesar 2%.

"Di sini di bank sampai 15%. Jadi produk yang sampai ke pasar itu tidak murah, ujung-ujung kasian konsumen karena harga produknya tidak semurah yang diinginkan. Kalau boleh usul, para pedagang ini komplain saja ke bank, kenapa menetapkan bunga yang tinggi," katanya.

Selain itu, Gita menjelaskan dari 56 juta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), hanya 22 juta yang mempunyai rekening di bank. Sedangkan sisanya yang sebanyak 34 juta tidak punya sehingga tidak punya akses ke pendanaan. "Itu menjadi sulit. Bagaimana tukang bakso mau menambah gerobaknya menjadi 5 misalnya kalau seperti ini," tandas dia.
http://bisnis.liputan6.com/read/8126...an-pokok-mahal

-------------------------------------

Namanya juga Mekanisme Pasar, bahwa harga setiap hari dan setiap saat pasti bergerak naik atau turun, berdasarkan dinamika perubahan Supply dan Demand barang yang diperdagangkan. Kecuali model pasarnya Monopoli atau Oligopoli, maka kemungkinan bermainnya spekulan yang mempermainkan harga pasar, bisa saja terjadi. Tapi selama ini fluktuasi harga bahan pokok di Indonesia itu lebih disebabkan karena keadaan alam (musim atau cuaca yang menyebabkan kegagalan panen), banjir, kekeringan, asap, kenaikan biaya produksi akibat BBM naik, dan biaya transportasi mahal sebagai akibat kemacetan di pantura. Spekulasi memang ada, tapi itu biasanya dilakukan importir hitam. Sebenarnya sektor Perbankan juga bisa menjadi sebab mahalnya harga bahan pokok itu.

emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh zitizen4r 15-06-2015 13:48
0
2.5K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan