- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
HORMATILAH ORANG YANG TIDAK BERPUASA


TS
brocholista
HORMATILAH ORANG YANG TIDAK BERPUASA
Quote:
Selamat pagi, siang sore dan malam buat kaskuser semua.
Sebelum'y ane mohon maaf jika thread ini kurang berkenan di hati kalian. Di sini ane cuma share tulisan dari Pak Darwis Tere Liye yg ane copas langsung dari fanspage beliau, yg menurut ane bagus untuk mencerahkan pemikiran kita tentang bagaimana kita saling menghormati tampa perlu kita minta. Karna itulah yg nama'y toleransi sejati.
Berhububung banyak yg gagal faham dari thread ini yg terbaca dari komentar2 kaskuser di bawah, maka ane menghimbau kepada agan/wati untuk membaca dan memahami terlebih dahulu isi thread ini supaya gk ada komentar yg salah fokus.
Jika ada perbedaan pendapat, maka ane anggap sebuah kewajaran karna ane tau isi kepala dan pemikiran setiap orang berbeda. Namun demikian, kita mesti juga mengedepankan etika dgn berkomentar secara santun.
Isi Thread
Tanggapan TS:
Sebagaimana yg kita tau. Setiap ramadhan pasti muncul hal2 seperti ini. Sebener'y itu hal yg wajar dalam sebuah negara yg beragam suku, ras dan agama. Jangankan di luar islam. Di dalam islam sendiri-pun tetap msh ada perbedaan. Dan inti'y sekali lgi kita harus menghormati perbedaan tersebut. Namun toh pada akhir'y riak itu surut dengan sendiri'y dan Ramadhan berlalu dengan sukses.
Dan jelang Ramadhan tahun ini, riak itu muncul kembali. Bukan tanpa sebab. Justru sang pemicu riak itu hadir dari seorang pejabat negara sekelas Mentri Agama.
Pasti agan masih ingatkan tentang Tweet beliau beberapa waktu lalu?
Dan tulisan dari thread ini hanyalah satu dari sekian banyak tulisan yg bereaksi atas tweet Pak Mentri.
Sebenar'y tanpa Pak Menag bikin tweet lebay seperti itu juga, umat muslim kebanyakan gk mempermasalahkan hal tersebut. Gk ada umat muslim yg memaksa warung2 harus tutup selama bulan ramadhan. jika-pun ada itu hanya kelompok2 tertentu dan bukan dari suara terbanyak. Ane sendiri bahkan mgkn kebanyakan muslim juga gk setuju, apalagi dengan tindakan anarkis,merusak dan merugikan orang lain. Apalagi di bulan ramadhan dimana kita harus menjaga sikap dan melawan hawa nafsu. Dalam islam sebenar'y itu gk dianjurkan.
Sebenar'y bulan ramadahan itu sama sekali gk merugikan warug2 makan yg gk buka. Bahkan jika warung2 itu tetap buka mgkn mereka yg rugi sendiri, karena sebagian besar orang sedang berpuasa dan pengaruh'y tentu pembeli akan menurun drastis. Tapi jika mereka jeli membaca peluang, malah dapat meningkatkan omset penjualan mereka. Tinggal mereka rubah jadwal buka warung'y ajah pas menjelang buka dan sahur. Tau sendirikan gimana masyarakat kita yg begitu konsumtif. Bahkan banyak warung2 yg dadakan buka demi ingin mendapat keuntungan berjualan takjil (makanan berbuka puasa)
Dan tentang hiburan2 malam yg menyuguhkan kemaksiatan, apa susah'y sih sebulan ini berhenti sejenak demi menghormati bulan suci bagi umat islam. Bukan umat islam yg ingin di hormati, tapi menghormati bulan yg di sucikan umat islam itu sendiri yg mayoritas.
Toh selama setahun ada 12 bulan. libur sebulan tentu gk masalahkan.
Ada yg komen ini cuma tentang mayoritas dan minoritas. Memang masuk akaljuga. Dimana2 mayoritas selalu mendapat porsi lebih. Lihat ajah negara2 di eropa dan barat yg nonmuslim'y mayoritas. Hiburan malam tetap buka dan muslim yg minoritas gk punya prioritas, gk punya porsi untuk meminta menutup hiburan2 malam disana, dan itu gk jadi masalah bagi mereka yg minoritas.
Gk usah jauh2. di negri sendiri-pun pasti begitu. Contoh di bali yg mayoritas'y hindu saat hari nyepi. Mereka yg minoritas ya harus menghargai dan menghormati ibadah umat hindu disana dan harus mengikuti aturan yg ada di sana. Dan itulah yg nama'y Toleransi
Terakhir, ane ucapkan terimakasih atas komentar kaskuser semua.
Harapan TS semoga kaskuser bisa bijak dalam berkomentar dan tidak menyakut pautkan thread ini ke dalam isu sara yg akan membuat indonesia terpecah belah.
Damai itu Indah
Sebelum'y ane mohon maaf jika thread ini kurang berkenan di hati kalian. Di sini ane cuma share tulisan dari Pak Darwis Tere Liye yg ane copas langsung dari fanspage beliau, yg menurut ane bagus untuk mencerahkan pemikiran kita tentang bagaimana kita saling menghormati tampa perlu kita minta. Karna itulah yg nama'y toleransi sejati.
Berhububung banyak yg gagal faham dari thread ini yg terbaca dari komentar2 kaskuser di bawah, maka ane menghimbau kepada agan/wati untuk membaca dan memahami terlebih dahulu isi thread ini supaya gk ada komentar yg salah fokus.
Jika ada perbedaan pendapat, maka ane anggap sebuah kewajaran karna ane tau isi kepala dan pemikiran setiap orang berbeda. Namun demikian, kita mesti juga mengedepankan etika dgn berkomentar secara santun.
Isi Thread
Quote:
12 tahun silam, saat saya baru lulus kuliah, saya sudah menemukan konsep baru yang sangat membingungkan ini: Orang2 berpuasa diminta menghormati orang2 yang tidak berpuasa. Maka, saat ramadhan datang, apa salahnya jika tempat2 hiburan tetap buka, rumah makan tetap beroperasi penuh, dsbgnya. Apa salahnya jika klub malam tetap beroperasi. Toh, mereka juga mencari makan, nafkah dari bisnis mereka.
Saya membaca tulisan itu di milist (jaman itu belum ada media sosial). Saya masih muda, masih tidak berpengalaman. Saat membaca tulisan tersebut, aduhai, isinya masuk akal sekali. Benar loh, kan kita berpuasa itu disuruh menahan diri, agar jadi lebih baik, masa' kita akan tergoda saat melihat warung buka, masa' kita akan tergoda saat melihat tempat hiburan ada di mana2? Full beroperasi. Kalau masih, berarti puasa kita nggak oke. Itu logika yang masuk akal sekali. Tapi saya bersyukur, saya tidak pernah membiarkan "logika" sendirian saat menentukan prinsip2 yang akan saya gigit. Saya selalu memberikan kesempatan mendengarkan pendapat lain.
Baik. Itu mungkin masuk akal, orang2 berpuasa disuruh menghormati orang2 tidak berpuasa, tapi di mana poinnya?
Apakah orang2 yang berpuasa mengganggu kemaslahatan hidup orang2 tidak berpuasa?
Apakah orang2 berpuasa ini punya potensi merusak?
Sehingga harus ada tulisan, himbauan, pernyataan: kalian yang puasa, hormatilah orang yang tidak berpuasa. No way, man, itu logika yang bablas sekali.
Saya tahu, ada banyak razia penuh kekerasan dilakukan kelompok tertentu atas tempat2 hiburan, warung2, dll. Tapi itu bukan cerminan kelompok besar muslim di negeri ini. Kelompok besarnya, bahkan tidak suka dengan cara2 penuh kekerasan ini, pun tidak suka dengan kelompok ini.
Lantas siapa yang seharusnya menghormati?
Default dalam situasi ini adalah:
ingatlah baik2, ramadhan itu sudah ribuan tahun usianya, 1.434 tahun tepatnya. Bahkan perintah shaum, itu hampir seusia manusia di bumi ini, agama2 terdahulu juga memilikinya. Kalau itu sebuah tradisi, maka dia lebih tua dibanding tradisi apapun yang kalian kenal, silahkan sebut tradisinya, puasa lebih tua. Maka, tidak pantas, manusia yang usianya paling rata2 hanya 60 tahun, tiba2 mengkritisi puasa, memandangnya sebagai sesuatu yang artifisial, tidak penting, dsbgnya.
Ramadhan adalah bulan paling penting dalam agama Islam, jelas sekali posisinya.
Sama dengan sebuah komplek, itu komplek sudah 1.434 tahun punya tradisi tidak boleh memelihara hewan peliharaan. Kemudian datanglah keluarga baru, membawa hewan yang berisik sekali setiap malam. Siapa yang disuruh menghormati?
Wow, warga satu komplek yang disuruh menghormati keluarga dengan hewan berisik? Demi alasan egaliter, HAM, kesetaraan, kebebasan, dan omong kosong lainnya.
Kalian tahu, ketika orang2 tidak punya argumen substantif dalam hidup ini, maka senjata mereka memang hanya itu: kebebasan. Amunisi paling mudah saat melawan agama adalah: kebebasan. Hingga lupa, siapa sih yang over sekali menyikapi situasi ini?
Karena sejatinya, tidak ada pula yang menyuruh warung2 full tutup, warung2 makan cukup diberikan tirai saat bulan Ramadhan, semua baik2 saja. Itu lebih dari cukup. Lantas soal klub malam? Diskotik? Tempat2 menjual minuman keras? Kalian punya 11 bulan untuk melakukannya, diminta libur sebulan, apa susahnya? 11 bulan orang lain menghormati kalian melakukannya, maka tiba giliran 1 bulan, apa susahnya mengalah? Tidak perlu sampai ribut, sampai berantem, sampai dirazia, cukup kesadaran diri saja. Tidak ada yang meminta kalian tutup 12 bulan.
Kusutnya masalah ini, kadang yang mengotot sekali justeru sebenarnya orang beragama Islam. Orang2 yang beragama lain, sudah otomatis menyesuaikan diri. Saya punya banyak teman2 non Islam, saat mereka makan siang, mereka dengan sangat respek minta ijin, bisa menempatkan diri dengan baik. Hampir semua agama itu punya ibadah yang harus dihormati.
Di Bali misalnya, saat Nyepi, mau agama apapun, semua orang diminta menghormati Nyepi. Tidak ada alasan: kebebasan, boleh dong saya hura2 saat Nyepi.
Saya tahu, silahkan saja jika kalian tetap punya tapi, tapi dan tapi. Saya hanya mengingatkan: sekali orang2 mulai terbiasa membalik2 logika, dalam urusan ini, hanya soal waktu, besok lusa akan ada yang bilang: adzan di masjid itu mengganggu. Kemudian orang2 akan mengangguk, mengamini, benar juga ya, kenapa harus teriak2 sih adzannya? Kenapa harus pakai speaker? Kan bisa pakai SMS, miskol, dll. Itu pemeluk agama Islam kok bego banget, tidak tahu teknologi.
Saat itu terjadi, maka silahkan tanggung dosanya, wahai kalian, orang2 yang bangga sekali dengan logika hidupnya.
Bangga sekali dengan kepintarannya berdebat, kalian --mungkin tanpa menyadarinya-- telah memulai menggelindingkan bola salju agar orang2 lain mulai meninggalkan agamanya.
Terakhir, ada jutaan anak2 kami yang baru belajar puasa ramadhan ini, saat mereka pulang sekolah TK, SD, saat mereka habis2an menahan haus dan lapar, maka jika kalian yang keblinger sekali pintarnya tidak bisa melihat mozaik besar ramadhan, lihatlah anak2 ini, mereka sedang berusaha taat melaksanakan perinta agama--bahkan saat mereka belum tahu-menahu. Hormatilah anak2 kami ini. Jangan suruh mereka menghormati orang2 yang tidak berpuasa.
Darwis Tere Liye
Sumur : https://m.facebook.com/story.php?sto...78209&refid=17
Saya membaca tulisan itu di milist (jaman itu belum ada media sosial). Saya masih muda, masih tidak berpengalaman. Saat membaca tulisan tersebut, aduhai, isinya masuk akal sekali. Benar loh, kan kita berpuasa itu disuruh menahan diri, agar jadi lebih baik, masa' kita akan tergoda saat melihat warung buka, masa' kita akan tergoda saat melihat tempat hiburan ada di mana2? Full beroperasi. Kalau masih, berarti puasa kita nggak oke. Itu logika yang masuk akal sekali. Tapi saya bersyukur, saya tidak pernah membiarkan "logika" sendirian saat menentukan prinsip2 yang akan saya gigit. Saya selalu memberikan kesempatan mendengarkan pendapat lain.
Baik. Itu mungkin masuk akal, orang2 berpuasa disuruh menghormati orang2 tidak berpuasa, tapi di mana poinnya?
Apakah orang2 yang berpuasa mengganggu kemaslahatan hidup orang2 tidak berpuasa?
Apakah orang2 berpuasa ini punya potensi merusak?
Sehingga harus ada tulisan, himbauan, pernyataan: kalian yang puasa, hormatilah orang yang tidak berpuasa. No way, man, itu logika yang bablas sekali.
Saya tahu, ada banyak razia penuh kekerasan dilakukan kelompok tertentu atas tempat2 hiburan, warung2, dll. Tapi itu bukan cerminan kelompok besar muslim di negeri ini. Kelompok besarnya, bahkan tidak suka dengan cara2 penuh kekerasan ini, pun tidak suka dengan kelompok ini.
Lantas siapa yang seharusnya menghormati?
Default dalam situasi ini adalah:
ingatlah baik2, ramadhan itu sudah ribuan tahun usianya, 1.434 tahun tepatnya. Bahkan perintah shaum, itu hampir seusia manusia di bumi ini, agama2 terdahulu juga memilikinya. Kalau itu sebuah tradisi, maka dia lebih tua dibanding tradisi apapun yang kalian kenal, silahkan sebut tradisinya, puasa lebih tua. Maka, tidak pantas, manusia yang usianya paling rata2 hanya 60 tahun, tiba2 mengkritisi puasa, memandangnya sebagai sesuatu yang artifisial, tidak penting, dsbgnya.
Ramadhan adalah bulan paling penting dalam agama Islam, jelas sekali posisinya.
Sama dengan sebuah komplek, itu komplek sudah 1.434 tahun punya tradisi tidak boleh memelihara hewan peliharaan. Kemudian datanglah keluarga baru, membawa hewan yang berisik sekali setiap malam. Siapa yang disuruh menghormati?
Wow, warga satu komplek yang disuruh menghormati keluarga dengan hewan berisik? Demi alasan egaliter, HAM, kesetaraan, kebebasan, dan omong kosong lainnya.
Kalian tahu, ketika orang2 tidak punya argumen substantif dalam hidup ini, maka senjata mereka memang hanya itu: kebebasan. Amunisi paling mudah saat melawan agama adalah: kebebasan. Hingga lupa, siapa sih yang over sekali menyikapi situasi ini?
Karena sejatinya, tidak ada pula yang menyuruh warung2 full tutup, warung2 makan cukup diberikan tirai saat bulan Ramadhan, semua baik2 saja. Itu lebih dari cukup. Lantas soal klub malam? Diskotik? Tempat2 menjual minuman keras? Kalian punya 11 bulan untuk melakukannya, diminta libur sebulan, apa susahnya? 11 bulan orang lain menghormati kalian melakukannya, maka tiba giliran 1 bulan, apa susahnya mengalah? Tidak perlu sampai ribut, sampai berantem, sampai dirazia, cukup kesadaran diri saja. Tidak ada yang meminta kalian tutup 12 bulan.
Kusutnya masalah ini, kadang yang mengotot sekali justeru sebenarnya orang beragama Islam. Orang2 yang beragama lain, sudah otomatis menyesuaikan diri. Saya punya banyak teman2 non Islam, saat mereka makan siang, mereka dengan sangat respek minta ijin, bisa menempatkan diri dengan baik. Hampir semua agama itu punya ibadah yang harus dihormati.
Di Bali misalnya, saat Nyepi, mau agama apapun, semua orang diminta menghormati Nyepi. Tidak ada alasan: kebebasan, boleh dong saya hura2 saat Nyepi.
Saya tahu, silahkan saja jika kalian tetap punya tapi, tapi dan tapi. Saya hanya mengingatkan: sekali orang2 mulai terbiasa membalik2 logika, dalam urusan ini, hanya soal waktu, besok lusa akan ada yang bilang: adzan di masjid itu mengganggu. Kemudian orang2 akan mengangguk, mengamini, benar juga ya, kenapa harus teriak2 sih adzannya? Kenapa harus pakai speaker? Kan bisa pakai SMS, miskol, dll. Itu pemeluk agama Islam kok bego banget, tidak tahu teknologi.
Saat itu terjadi, maka silahkan tanggung dosanya, wahai kalian, orang2 yang bangga sekali dengan logika hidupnya.
Bangga sekali dengan kepintarannya berdebat, kalian --mungkin tanpa menyadarinya-- telah memulai menggelindingkan bola salju agar orang2 lain mulai meninggalkan agamanya.
Terakhir, ada jutaan anak2 kami yang baru belajar puasa ramadhan ini, saat mereka pulang sekolah TK, SD, saat mereka habis2an menahan haus dan lapar, maka jika kalian yang keblinger sekali pintarnya tidak bisa melihat mozaik besar ramadhan, lihatlah anak2 ini, mereka sedang berusaha taat melaksanakan perinta agama--bahkan saat mereka belum tahu-menahu. Hormatilah anak2 kami ini. Jangan suruh mereka menghormati orang2 yang tidak berpuasa.
Darwis Tere Liye
Sumur : https://m.facebook.com/story.php?sto...78209&refid=17
Tanggapan TS:
Sebagaimana yg kita tau. Setiap ramadhan pasti muncul hal2 seperti ini. Sebener'y itu hal yg wajar dalam sebuah negara yg beragam suku, ras dan agama. Jangankan di luar islam. Di dalam islam sendiri-pun tetap msh ada perbedaan. Dan inti'y sekali lgi kita harus menghormati perbedaan tersebut. Namun toh pada akhir'y riak itu surut dengan sendiri'y dan Ramadhan berlalu dengan sukses.
Dan jelang Ramadhan tahun ini, riak itu muncul kembali. Bukan tanpa sebab. Justru sang pemicu riak itu hadir dari seorang pejabat negara sekelas Mentri Agama.
Pasti agan masih ingatkan tentang Tweet beliau beberapa waktu lalu?
Spoiler for "Tweet Pak Menag":
[img]
[/img]
Ane perjelas tweet beliau.
LUKMAN H. SAIFUDDIN : WARUNG2 TAK PERLU DIPAKSA TUTUP. KITA HARUS HORMATI JUGA HAK MEREKA YG TAK BERKEWAJIBAN DAN TAK SEDANG BERPUASA
.
Ane perjelas tweet beliau.
LUKMAN H. SAIFUDDIN : WARUNG2 TAK PERLU DIPAKSA TUTUP. KITA HARUS HORMATI JUGA HAK MEREKA YG TAK BERKEWAJIBAN DAN TAK SEDANG BERPUASA
Dan tulisan dari thread ini hanyalah satu dari sekian banyak tulisan yg bereaksi atas tweet Pak Mentri.
Sebenar'y tanpa Pak Menag bikin tweet lebay seperti itu juga, umat muslim kebanyakan gk mempermasalahkan hal tersebut. Gk ada umat muslim yg memaksa warung2 harus tutup selama bulan ramadhan. jika-pun ada itu hanya kelompok2 tertentu dan bukan dari suara terbanyak. Ane sendiri bahkan mgkn kebanyakan muslim juga gk setuju, apalagi dengan tindakan anarkis,merusak dan merugikan orang lain. Apalagi di bulan ramadhan dimana kita harus menjaga sikap dan melawan hawa nafsu. Dalam islam sebenar'y itu gk dianjurkan.
Sebenar'y bulan ramadahan itu sama sekali gk merugikan warug2 makan yg gk buka. Bahkan jika warung2 itu tetap buka mgkn mereka yg rugi sendiri, karena sebagian besar orang sedang berpuasa dan pengaruh'y tentu pembeli akan menurun drastis. Tapi jika mereka jeli membaca peluang, malah dapat meningkatkan omset penjualan mereka. Tinggal mereka rubah jadwal buka warung'y ajah pas menjelang buka dan sahur. Tau sendirikan gimana masyarakat kita yg begitu konsumtif. Bahkan banyak warung2 yg dadakan buka demi ingin mendapat keuntungan berjualan takjil (makanan berbuka puasa)
Dan tentang hiburan2 malam yg menyuguhkan kemaksiatan, apa susah'y sih sebulan ini berhenti sejenak demi menghormati bulan suci bagi umat islam. Bukan umat islam yg ingin di hormati, tapi menghormati bulan yg di sucikan umat islam itu sendiri yg mayoritas.
Toh selama setahun ada 12 bulan. libur sebulan tentu gk masalahkan.
Ada yg komen ini cuma tentang mayoritas dan minoritas. Memang masuk akaljuga. Dimana2 mayoritas selalu mendapat porsi lebih. Lihat ajah negara2 di eropa dan barat yg nonmuslim'y mayoritas. Hiburan malam tetap buka dan muslim yg minoritas gk punya prioritas, gk punya porsi untuk meminta menutup hiburan2 malam disana, dan itu gk jadi masalah bagi mereka yg minoritas.
Gk usah jauh2. di negri sendiri-pun pasti begitu. Contoh di bali yg mayoritas'y hindu saat hari nyepi. Mereka yg minoritas ya harus menghargai dan menghormati ibadah umat hindu disana dan harus mengikuti aturan yg ada di sana. Dan itulah yg nama'y Toleransi
Terakhir, ane ucapkan terimakasih atas komentar kaskuser semua.
Harapan TS semoga kaskuser bisa bijak dalam berkomentar dan tidak menyakut pautkan thread ini ke dalam isu sara yg akan membuat indonesia terpecah belah.
Damai itu Indah

Quote:
Diubah oleh brocholista 13-06-2015 09:15
0
32.2K
Kutip
364
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan