- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Guruh Sukarno Putra Ikut Luruskan Kesalahan Tempat Lahir Bung Karno
TS
etoong87
Guruh Sukarno Putra Ikut Luruskan Kesalahan Tempat Lahir Bung Karno
Quote:
Putra Presiden pertama RI Ir. Sukarno, Guruh Sukarno Putra menyampaikan beberapa koreksi atas pemahaman yang keliru mengenai sosok ayah yang sering dikenal sebagai Sang Proklamator tersebut.
"Yang pertama terkait tempat lahir Bung Karno. Di buku-buku pelajaran sekolah dan ensiklopedia masih saja menyebutkan tempat lahir Bung Karno di Blitar, padahal sebenarnya di Surabaya," kata Guruh dalam acara penerbitan buku "Di Bawah Bendera Revolusi (Jilid II)" seperti dikutip antara pada Sabtu, (06/07).
Guruh juga menjelaskan penulisan nama Bung Karno yang benar adalah Sukarno. "Yang benar adalah Sukarno, dengan u, bukan Soekarno," tutur Guruh pada acara tersebut yang juga untuk memperingati 114 tahun kelahiran Bung Karno.
Ucapan Bung Karno pada halaman 32 autobiografi Bung Karno yang ditulis Cindy Adams mendukung pernyataan Guruh tersebut. Guruh kemudian mengucapkan langsung kutipan Bung Karno yang berjudul "Sukarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" tersebut.
"Waktu di sekolah tanda tanganku dieja Soekarno, sesuai ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, aku memerintahkan agar semua oe diterjemahkan kembali menjadi u. Nama Soekarno menjadi Sukarno. Tetapi tidak mudah mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi dalam hal tanda tangan aku masih menulis Soe," ujar Guruh.
Guruh juga memberi koreksi pemahaman tentang "Jasmerah" yang merupakan judul pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1966.
"Jasmerah itu sering disebut-sebut pemerintahan zaman Orde Baru (Orba) supaya konotasinya Bung Karno identik dengan PKI. Padahal Jasmerah itu kan artinya jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, tapi orang banyak keliru mengartikannya jadi jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Melupakan dan meninggalkan itu beda jauh," kata Guruh.
Guruh juga membantah anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa masa pemerintahan Bung Karno adalah zaman Orde Lama.
"Kalau menyebut Bung Karno Orde Lama itu suatu penghinaan. Bung Karno sendiri anti Orde Lama karena Orde Lama adalah keadaan pada saat manusia Indonesia masih dengan mental dijajah atau zaman kolonialisme. Kalau mau bilang ya sebut saja pemerintahan masa Bung Karno, bukan pemerintahan masa Orla," kata Guruh.
Bahkan, menurut Guruh, wasiat ayah nya untuk dimakamkan di daerah Periangan, Jawa Barat pun tidak dipenuhi. "Bung Karno dalam wasiatnya sering bilang, kalau saya meninggal nanti saya ingin dimakamkan di Priangan dimana banyak pegunungan dan sungai mengalir. Saya cukup dikuburkan di sebuah pohon rindang. Makam saya tidak usah diapa-apakan, tidak usah diberi nisan dan tulisan macam-macam. Cukup batu sederhana dengan tulisan Sukarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," ujar Guruh.
"Yang pertama terkait tempat lahir Bung Karno. Di buku-buku pelajaran sekolah dan ensiklopedia masih saja menyebutkan tempat lahir Bung Karno di Blitar, padahal sebenarnya di Surabaya," kata Guruh dalam acara penerbitan buku "Di Bawah Bendera Revolusi (Jilid II)" seperti dikutip antara pada Sabtu, (06/07).
Guruh juga menjelaskan penulisan nama Bung Karno yang benar adalah Sukarno. "Yang benar adalah Sukarno, dengan u, bukan Soekarno," tutur Guruh pada acara tersebut yang juga untuk memperingati 114 tahun kelahiran Bung Karno.
Ucapan Bung Karno pada halaman 32 autobiografi Bung Karno yang ditulis Cindy Adams mendukung pernyataan Guruh tersebut. Guruh kemudian mengucapkan langsung kutipan Bung Karno yang berjudul "Sukarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" tersebut.
"Waktu di sekolah tanda tanganku dieja Soekarno, sesuai ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, aku memerintahkan agar semua oe diterjemahkan kembali menjadi u. Nama Soekarno menjadi Sukarno. Tetapi tidak mudah mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi dalam hal tanda tangan aku masih menulis Soe," ujar Guruh.
Guruh juga memberi koreksi pemahaman tentang "Jasmerah" yang merupakan judul pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1966.
"Jasmerah itu sering disebut-sebut pemerintahan zaman Orde Baru (Orba) supaya konotasinya Bung Karno identik dengan PKI. Padahal Jasmerah itu kan artinya jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, tapi orang banyak keliru mengartikannya jadi jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Melupakan dan meninggalkan itu beda jauh," kata Guruh.
Guruh juga membantah anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa masa pemerintahan Bung Karno adalah zaman Orde Lama.
"Kalau menyebut Bung Karno Orde Lama itu suatu penghinaan. Bung Karno sendiri anti Orde Lama karena Orde Lama adalah keadaan pada saat manusia Indonesia masih dengan mental dijajah atau zaman kolonialisme. Kalau mau bilang ya sebut saja pemerintahan masa Bung Karno, bukan pemerintahan masa Orla," kata Guruh.
Bahkan, menurut Guruh, wasiat ayah nya untuk dimakamkan di daerah Periangan, Jawa Barat pun tidak dipenuhi. "Bung Karno dalam wasiatnya sering bilang, kalau saya meninggal nanti saya ingin dimakamkan di Priangan dimana banyak pegunungan dan sungai mengalir. Saya cukup dikuburkan di sebuah pohon rindang. Makam saya tidak usah diapa-apakan, tidak usah diberi nisan dan tulisan macam-macam. Cukup batu sederhana dengan tulisan Sukarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," ujar Guruh.
sumber : indowarta
0
4.1K
Kutip
10
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan