Kendati moda transportasi kereta api (KA) lebih favorit ketimbang bus, tetapi sebagian masyarakat tetap melirik bus sebagai tumpangan untuk mudik. Hanya saja menunggangi bus untuk pulang kampung mesti dibayar dengan keletihan fisik.

Gunawan (35) mengatakan masih memiliki sejumlah teman yang memilih pulang kampung menggunakan bus ketimbang kereta. Menurut Gunawan, sebagian temannya yang pulang kampung menggunakan bus umumnya berlokasi jauh dari stasiun.

"Sekarang masih ada kok orang Surabaya mudik menggunakan bus. Kebanyakan mereka menumpangi bus lantaran bus bisa berheti tidak jauh dari rumah. Sebaliknya kalau kereta mesti berhenti di stasiun. Tapi tantanganya adalah macet," tandasnya kepada Infonitas di Stasiun Gambir, Jumat (5/6/2015) ketika akan pulang kampung ke Surabaya.

Gunawan akan bertolak ke Surabaya dengan menumpang KA Argo Lawu. Dia mengaku pernah pulang kampung menggunakan bus. Namun, hingga saat ini dia tidak lagi menjadikan bus sebagai moda transportasi utama. Faktor ongkos menjadi kendala utama yang menyebabkan karyawan pabrik itu beralih ke sarana angkutan KA.

"Sebenarnya, ongkos pulangnya lebih murah menggunakan bus daripada KA. Tiket seharga Rp 350 ribu untuk bus esekutif (khusus mudik) jelas lebih murah ketimbang KA eksekutif yang harganya bisa mendekati Rp 500 ribu. Tapi kalau hitung-hitung sama macet yang nanti terjadi di jalan membuat biaya makan otomatis menjadi ongkos tambahan. Di Pantura itu pas momen mudik butuh waktu 48 jam untuk sampai Surabaya,” imbuh Gunawan.

Dia melanjutkan titik macet menuju Surabaya dimulai terjadi dari Cikampek dan berakhir di Gresik.

Sebagaimana diungkapkan Kakorlantas Mabes Polri Condro Kirono bahwa sejumlah sarana infrastruktur yang dibangun di jalur Pantura pada tahun ini bisa mengurangi kepadatan penumpang di jalur Pantura. Salah satunya beroperasinya jalan tol Cikampek-Palimanan (Cikapali). Tol Cikapali akan dibuka H-4 Lebaran untuk kelancaran arus mudik tahun ini.