- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Karena Ijazah dan Gelar Sarjana Bukan Harga Mati


TS
dabuzakiyah
Karena Ijazah dan Gelar Sarjana Bukan Harga Mati
Kebanyakan orang akan mengalami siklus hidup yang hampir sama. Masuk sekolah, melanjutkan ke bangku kuliah, lulus, lalu bekerja di perusahaan impian demi bisa hidup mapan. Tapi akhir-akhir ini banyak media yang memberitakan tentang jual-beli ijazah palsu. Prihatin. Sebuah kata yang mewakili perasaan ane atas perilaku sebagian orang-orang yang menurut ane udah keterlaluan. Seperti yang diberitakan media online dibawah ini
Jakarta - Dunia pendidikan digegerkan dengan temuan adanya praktik jual beli ijazah di sejumlah kampus. Kegiatan ini masih eksis karena masyarakat Indonesia terlalu mendewakan sebuah gelar akademisi.
"Mindset kita ini masih menomorsatukan gelar. Selama mendewakan gelar selalu pasti ada orang yang berusaha memalsukan," ujar Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis saat ditemui di Gedung Rektorat, Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (22/5/2015).
Sebagai contoh, untuk satu posisi pekerjaan, kualifikasi yang dibutuhkan adalah lulusan tertentu. Orang yang bernafsu mendapatkan posisi itu, bisa saja membeli ijazah palsu.
Nah, menurut Anis, di sinilah pentingnya sebuah interview terhadap calon tenaga kerja. Kemampuan seseorang akan bisa terlihat dalam proses ini.
Sumber Berita
Pihak akademisi mengaku prihatin terhadap ramainya praktik penerbitan ijazah palsu. Mereka menilai para oknum penerbit ijazah palsu bisa tetap beroperasi karena ada pasar.
Hal itu disampaikan Ketua Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Sangkot Marzuki, di kediaman BJ Habibie, kawasan Patra, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Minggu, 24 Mei 2015. Dia mengatakan, di Indonesia, yang kerap kali dilihat dari ijazah adalah angkanya, seperti nilai ijazah.
"Ada pasarnya dan juga pembelinya. Pembelinya adalah orang-orang yang bisa membayar. Ini sudah menjadi penyakit di Indonesia," kata Sangkot.
Dia turut menyebut ada saja pihak yang memberikan ijazah dengan gelar palsu, misalnya profesor kehormatan.
"Mana ada profesor kehormatan? Kalau di luar negeri, yang namanya honorary professor, dia diangkat menjadi professor dan tidak dibayar. Kalau di Indonesia, namanya Guru Besar," kata Sangkot.
Dia menambahkan, itu merupakan pekerjaan, job. Artinya, kalau sudah selesai ya ditinggalkan. Dia sudah tak lagi berhak menggunakan gelar profesor kehormatan itu.
Sangkot menilai bahwa ijazah palsu kerap digunakan untuk kenaikan pangkat. Pasalnya, yang kerap dilihat di Indonesia, adalah kuantitatf atau angka.
"Di Indonesia ada cum, angka. Ini bisa direkayasa, misalnya untuk kenaikan pangkat. Yang kita heran, paper (ijazah palsu), kok angkanya sama dengan paper yang impactnya kepada masyarakat luas", kata dia.
Sumber Berita
Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, pihaknya sudah bertemu dan berkoordinasi dengan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir terkait banyaknya dugaan jual beli ijazah dan ijazah palsu. Dia mengatakan, penyidik kepolisian siap menindaklanjuti laporan dari Menristek.
"Saya sudah koordinasi dengan Menristek. Kemungkinan besok atau tidak lusa akan diberikan data ke kami," kata Badrodin Haiti di sela-sela acara peresmian pembangunan Gedung Indonesia 1 di Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (23/5/2015).
Badrodin mengatakan, berdasarkan keterangan Menristek dalam koordinasi tersebut, sudah ada 1 alat bukti yang menguatkan adanya tindak pidana dalam jual beli ijazah yang beredar di masyarakat. Terlebih lagi soal ijazah palsu.
"Termasuk mungkin ada salah satu bukti yang bisa dikembangkan. Karena itu dari situ kita akan lakukan penyelidikan jika memang ada unsur pidananya bisa kita lakukan ke tingkat penyidikan," ujar dia.
Namun, ia belum memastikan apakah perlu tim khusus untuk menelusuri dugaan tindak pidana tersebut. Yang jelas, pihaknya masih menunggu laporan resmi dari Menrisktek. Soal jumlah universitas yang akan dilaporkan, mantan Wakapolri itu belum bisa memastikan.
"Yah nanti kita lihat laporan Menristek. Saya tidak tahu (berapa kampus) tapi yang jelas menteri sudah ke kampus itu dan cek langsung dan hasilnya bisa dikoordinasikan," beber Badrodin.
Dia menegaskan, pihaknya tidak ragu-ragu untuk mempidanakan oknum-oknum yang memalsukan ijazah universitas itu. "Jika ada pidananya kita proses secara pidana," ucap Kapolri Badrodin.
Sumber Berita
Miris memang dengan cara mereka ngakalin "ijazah" sebab diluar sana ada orang yang berusaha sebaik mungkin untuk lulus dengan cara yang sah, ada juga yang gagal melanjutkan kuliah bahkan ada juga yang di drop out dari kampusnya. Bukan berarti mau menyalahkan nasib yang digariskan atau keadaan, tapi ada kalanya kita tak punya cukup daya untuk berusaha. Merasa salah jurusan, punya masalah yang sulit diselesaikan, tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan; banyak hal yang bisa jadi alasan kenapa seseorang terpaksa berhenti sebelum lulus dan menyandang gelar sarjana.
Merasa kecewa, sedih, kesal, atau bahkan marah memang wajar saja. Tapi apa yang layak kita renungkan setelahnya? Apakah pantas jika kita merasa bahwa pengalaman buruk ini adalah akhir dari segalanya?

Saat terpaksa meninggalkan bangku kuliah sebelum waktunya, wajar jika kita merasa kecewa. Bahkan, bukan tidak mungkin kita akan merasa marah hingga menyalahkan diri sendiri dan keadaan. Ya, diri kita memang sudah pasti ikut andil hingga kegagalan itu bisa terjadi. Alih-alih sibuk menyalahkan diri sendiri, bukankah lebih baik berkaca dan introspeksi diri? Apa sih yang membuat kegagalan ini bisa terjadi?
Di sisi lain, kita pun selayaknya percaya bahwa memang tidak semua orang digariskan untuk memiliki gelar di belakang nama. Meski gelar tersebut akan memudahkan kita dalam meniti karir, toh masih banyak ragam karir yang bahkan tak butuh gelar dan ijazah dari perguruan tinggi sebagai modalnya. Jika status sebagai pegawai kantoran tak bisa disandang, bukankah profesi sebagai wirausahawan pun boleh dibilang cukup menjanjikan?

Drop out bisa jadi disebabkan banyak hal. Entah memang karena malas, menjalani kuliah sambil sibuk bekerja, hingga terlalu aktif di organisasi misalnya. Kita patut menyadari bahwa kegagalan terjadi lantaran kita tak bisa bijaksana pada diri sendiri. Tapi mari kita renungkan lagi. Kebaikan apa sih yang masih bisa kita syukuri ketika berada di titik ini?
Ketika kita meninggalkan kewajiban di kampus demi pekerjaan atau organisasi tentu masih ada kebaikan yang bisa kita dapati. Lebih dahulu terjun ke dunia kerja dari pada teman-teman lainnya mungkin membuat kita justru lebih berpengalaman daripada mereka. Kita terlatih untuk menerapkan kemampuan dan skill yang dimiliki dan bukan sekadar sibuk bergumul dengan teori.
Ketika kita terlalu sibuk dengan kegiatan organisasi, bisa jadi kita memiliki soft skill yang lebih mumpuni dibanding teman-teman yang menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar saja. Padahal, soft skill macam kemampuan memimpin, berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama dalam tim – kelak juga akan jadi modal penting dalam meniti karir.

Kegagalan memenuhi kuota lulus 14 semester mungkin akan kita tangisi. Kita terpuruk karena menyesal dan kecewa dengan apa yang sudah terjadi. Pengalaman gagal membuat kita begitu rapuh hingga tak punya semangat untuk berusaha lagi.
Mari menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna sehingga kegagalan seharusnya dimaklumi saja. Kegagalan justru jadi pengalaman yang berharga selama kita mau introspeksi dan bisa mengambil pelajaran dibaliknya. Bisa jadi kegagalan malah membuat kita lebih dewasa dan bijaksana, baik dalam berpikir maupun bertindak.

Ijazah dan gelar sarjana bukanlah harga mati ketika kita ingin meraih kesuksesan. Bukan berarti ingin jumawa atau membenarkan kealpaan diri sendiri, tapi banyak orang sukses di luar sana yang ternyata juga mengalami hal yang sama. Nama-nama seperti Mark Zuckerberg, Bill Gates, hingga Steve Jobs pun kabarnya bermasalah dengan pendidikan akademis mereka. Jiwa entrepreneur yang begitu kental hingga kecerdasan yang di atas rata-rata membuat mereka tak bisa berkompromi dengan remeh temeh dunia perkuliahan.
Prestasi menteri Susi Pudjiastuti juga bisa dijadikan inspirasi yang membuat semangat kita bertambah lagi. Bagaimana dirinya yang hanya lulusan SMP bisa jadi pengusaha sukses hingga didapuk menjadi menteri. Pencapaiannya jelas tak datang dalam semalam dan perjuangannya pasti melewati proses yang panjang. Tapi toh dia bisa berhasil dan membuktikan bahwa ijazah dan gelar bukan satu-satunya penentu kesuksesan, bukan?

Ada hal-hal yang memang sudah digariskan dan kita layak menerimanya dengan lapang dada. Namun, ada pula yang bisa kita usahakan sehingga satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah berjuang untuk meraihnya. Di titik-titik terendah dalam hidup, kadang kita memang hanya harus berpikir positif agar bisa bangkit dan melewatinya. Drop out boleh dianggap sebagai bencana dalam hidup, tapi tak salah jika kita percaya bahwa ada kebaikan besar yang akan datang setelahnya. Yang pasti, rezeki akan datang dengan berbagai cara. Ia tak akan tertukar asalkan kita mau gigih berusaha.
Nah, gimana? Setujukah kamu bahwa drop out memang bukan akhir segalanya? Bahkan gelar setinggi apapun, kalau tidak dimanfaatkan untuk membantu sesama maka ilmu itu akan sia-sia. Jadi jangan pernah minder sama orang yang punya gelar yang tinggi dan jangan pernah juga ada niatan untuk membeli "ijazah palsu". Semoga siapa pun yang pernah mengalami kegagalan ini bisa lebih tegar dan semangat untuk menjalani kehidupan yang selanjutnya, ya!
Sumber
Tambahan dari agan-agan sekalian
Quote:
Jual Beli Ijazah Marak, Rektor UI: Mindset Kita Masih Mendewakan Gelar
Jakarta - Dunia pendidikan digegerkan dengan temuan adanya praktik jual beli ijazah di sejumlah kampus. Kegiatan ini masih eksis karena masyarakat Indonesia terlalu mendewakan sebuah gelar akademisi.
"Mindset kita ini masih menomorsatukan gelar. Selama mendewakan gelar selalu pasti ada orang yang berusaha memalsukan," ujar Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis saat ditemui di Gedung Rektorat, Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (22/5/2015).
Sebagai contoh, untuk satu posisi pekerjaan, kualifikasi yang dibutuhkan adalah lulusan tertentu. Orang yang bernafsu mendapatkan posisi itu, bisa saja membeli ijazah palsu.
Nah, menurut Anis, di sinilah pentingnya sebuah interview terhadap calon tenaga kerja. Kemampuan seseorang akan bisa terlihat dalam proses ini.
Sumber Berita
Quote:
Ijazah Palsu di Indonesia Digunakan untuk Naik Pangkat
Pihak akademisi mengaku prihatin terhadap ramainya praktik penerbitan ijazah palsu. Mereka menilai para oknum penerbit ijazah palsu bisa tetap beroperasi karena ada pasar.
Hal itu disampaikan Ketua Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Sangkot Marzuki, di kediaman BJ Habibie, kawasan Patra, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Minggu, 24 Mei 2015. Dia mengatakan, di Indonesia, yang kerap kali dilihat dari ijazah adalah angkanya, seperti nilai ijazah.
"Ada pasarnya dan juga pembelinya. Pembelinya adalah orang-orang yang bisa membayar. Ini sudah menjadi penyakit di Indonesia," kata Sangkot.
Dia turut menyebut ada saja pihak yang memberikan ijazah dengan gelar palsu, misalnya profesor kehormatan.
"Mana ada profesor kehormatan? Kalau di luar negeri, yang namanya honorary professor, dia diangkat menjadi professor dan tidak dibayar. Kalau di Indonesia, namanya Guru Besar," kata Sangkot.
Dia menambahkan, itu merupakan pekerjaan, job. Artinya, kalau sudah selesai ya ditinggalkan. Dia sudah tak lagi berhak menggunakan gelar profesor kehormatan itu.
Sangkot menilai bahwa ijazah palsu kerap digunakan untuk kenaikan pangkat. Pasalnya, yang kerap dilihat di Indonesia, adalah kuantitatf atau angka.
"Di Indonesia ada cum, angka. Ini bisa direkayasa, misalnya untuk kenaikan pangkat. Yang kita heran, paper (ijazah palsu), kok angkanya sama dengan paper yang impactnya kepada masyarakat luas", kata dia.
Sumber Berita
Quote:
Jual Beli Ijazah, Kapolri Koordinasi dengan Menristek Dikti
Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, pihaknya sudah bertemu dan berkoordinasi dengan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir terkait banyaknya dugaan jual beli ijazah dan ijazah palsu. Dia mengatakan, penyidik kepolisian siap menindaklanjuti laporan dari Menristek.
"Saya sudah koordinasi dengan Menristek. Kemungkinan besok atau tidak lusa akan diberikan data ke kami," kata Badrodin Haiti di sela-sela acara peresmian pembangunan Gedung Indonesia 1 di Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (23/5/2015).
Badrodin mengatakan, berdasarkan keterangan Menristek dalam koordinasi tersebut, sudah ada 1 alat bukti yang menguatkan adanya tindak pidana dalam jual beli ijazah yang beredar di masyarakat. Terlebih lagi soal ijazah palsu.
"Termasuk mungkin ada salah satu bukti yang bisa dikembangkan. Karena itu dari situ kita akan lakukan penyelidikan jika memang ada unsur pidananya bisa kita lakukan ke tingkat penyidikan," ujar dia.
Namun, ia belum memastikan apakah perlu tim khusus untuk menelusuri dugaan tindak pidana tersebut. Yang jelas, pihaknya masih menunggu laporan resmi dari Menrisktek. Soal jumlah universitas yang akan dilaporkan, mantan Wakapolri itu belum bisa memastikan.
"Yah nanti kita lihat laporan Menristek. Saya tidak tahu (berapa kampus) tapi yang jelas menteri sudah ke kampus itu dan cek langsung dan hasilnya bisa dikoordinasikan," beber Badrodin.
Dia menegaskan, pihaknya tidak ragu-ragu untuk mempidanakan oknum-oknum yang memalsukan ijazah universitas itu. "Jika ada pidananya kita proses secara pidana," ucap Kapolri Badrodin.
Sumber Berita
Miris memang dengan cara mereka ngakalin "ijazah" sebab diluar sana ada orang yang berusaha sebaik mungkin untuk lulus dengan cara yang sah, ada juga yang gagal melanjutkan kuliah bahkan ada juga yang di drop out dari kampusnya. Bukan berarti mau menyalahkan nasib yang digariskan atau keadaan, tapi ada kalanya kita tak punya cukup daya untuk berusaha. Merasa salah jurusan, punya masalah yang sulit diselesaikan, tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan; banyak hal yang bisa jadi alasan kenapa seseorang terpaksa berhenti sebelum lulus dan menyandang gelar sarjana.
Merasa kecewa, sedih, kesal, atau bahkan marah memang wajar saja. Tapi apa yang layak kita renungkan setelahnya? Apakah pantas jika kita merasa bahwa pengalaman buruk ini adalah akhir dari segalanya?
Quote:
Setiap orang punya garis nasib yang berbeda. Kita tak lantas jadi manusia hina meski gagal menyandang gelar sarjana

Saat terpaksa meninggalkan bangku kuliah sebelum waktunya, wajar jika kita merasa kecewa. Bahkan, bukan tidak mungkin kita akan merasa marah hingga menyalahkan diri sendiri dan keadaan. Ya, diri kita memang sudah pasti ikut andil hingga kegagalan itu bisa terjadi. Alih-alih sibuk menyalahkan diri sendiri, bukankah lebih baik berkaca dan introspeksi diri? Apa sih yang membuat kegagalan ini bisa terjadi?
Di sisi lain, kita pun selayaknya percaya bahwa memang tidak semua orang digariskan untuk memiliki gelar di belakang nama. Meski gelar tersebut akan memudahkan kita dalam meniti karir, toh masih banyak ragam karir yang bahkan tak butuh gelar dan ijazah dari perguruan tinggi sebagai modalnya. Jika status sebagai pegawai kantoran tak bisa disandang, bukankah profesi sebagai wirausahawan pun boleh dibilang cukup menjanjikan?
Quote:
Mereka yang bisa lulus ‘normal’ memang pantas berbangga. Tapi skill dan pengalaman toh bisa didapat dari mana saja

Drop out bisa jadi disebabkan banyak hal. Entah memang karena malas, menjalani kuliah sambil sibuk bekerja, hingga terlalu aktif di organisasi misalnya. Kita patut menyadari bahwa kegagalan terjadi lantaran kita tak bisa bijaksana pada diri sendiri. Tapi mari kita renungkan lagi. Kebaikan apa sih yang masih bisa kita syukuri ketika berada di titik ini?
Ketika kita meninggalkan kewajiban di kampus demi pekerjaan atau organisasi tentu masih ada kebaikan yang bisa kita dapati. Lebih dahulu terjun ke dunia kerja dari pada teman-teman lainnya mungkin membuat kita justru lebih berpengalaman daripada mereka. Kita terlatih untuk menerapkan kemampuan dan skill yang dimiliki dan bukan sekadar sibuk bergumul dengan teori.
Ketika kita terlalu sibuk dengan kegiatan organisasi, bisa jadi kita memiliki soft skill yang lebih mumpuni dibanding teman-teman yang menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar saja. Padahal, soft skill macam kemampuan memimpin, berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama dalam tim – kelak juga akan jadi modal penting dalam meniti karir.
Quote:
Gagal adalah momen yang paling berharga, karena setelahnya kita akan bertumbuh jadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana

Kegagalan memenuhi kuota lulus 14 semester mungkin akan kita tangisi. Kita terpuruk karena menyesal dan kecewa dengan apa yang sudah terjadi. Pengalaman gagal membuat kita begitu rapuh hingga tak punya semangat untuk berusaha lagi.
Mari menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna sehingga kegagalan seharusnya dimaklumi saja. Kegagalan justru jadi pengalaman yang berharga selama kita mau introspeksi dan bisa mengambil pelajaran dibaliknya. Bisa jadi kegagalan malah membuat kita lebih dewasa dan bijaksana, baik dalam berpikir maupun bertindak.
Quote:
Sukses bukan hanya milik mereka yang lulus tepat waktu dan punya IPK tinggi. Pengalaman Mark Zuckerberg hingga Bill Gates bisa jadi inspirasi yang membuat kita semangat lagi

Ijazah dan gelar sarjana bukanlah harga mati ketika kita ingin meraih kesuksesan. Bukan berarti ingin jumawa atau membenarkan kealpaan diri sendiri, tapi banyak orang sukses di luar sana yang ternyata juga mengalami hal yang sama. Nama-nama seperti Mark Zuckerberg, Bill Gates, hingga Steve Jobs pun kabarnya bermasalah dengan pendidikan akademis mereka. Jiwa entrepreneur yang begitu kental hingga kecerdasan yang di atas rata-rata membuat mereka tak bisa berkompromi dengan remeh temeh dunia perkuliahan.
Prestasi menteri Susi Pudjiastuti juga bisa dijadikan inspirasi yang membuat semangat kita bertambah lagi. Bagaimana dirinya yang hanya lulusan SMP bisa jadi pengusaha sukses hingga didapuk menjadi menteri. Pencapaiannya jelas tak datang dalam semalam dan perjuangannya pasti melewati proses yang panjang. Tapi toh dia bisa berhasil dan membuktikan bahwa ijazah dan gelar bukan satu-satunya penentu kesuksesan, bukan?
Quote:
Dibalik sebuah ‘bencana’, Tuhan pasti menyimpan rencana besar. Asalkan mau gigih berusaha, yakinlah bahwa rezeki dari-Nya tak akan pernah tertukar

Ada hal-hal yang memang sudah digariskan dan kita layak menerimanya dengan lapang dada. Namun, ada pula yang bisa kita usahakan sehingga satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah berjuang untuk meraihnya. Di titik-titik terendah dalam hidup, kadang kita memang hanya harus berpikir positif agar bisa bangkit dan melewatinya. Drop out boleh dianggap sebagai bencana dalam hidup, tapi tak salah jika kita percaya bahwa ada kebaikan besar yang akan datang setelahnya. Yang pasti, rezeki akan datang dengan berbagai cara. Ia tak akan tertukar asalkan kita mau gigih berusaha.
Nah, gimana? Setujukah kamu bahwa drop out memang bukan akhir segalanya? Bahkan gelar setinggi apapun, kalau tidak dimanfaatkan untuk membantu sesama maka ilmu itu akan sia-sia. Jadi jangan pernah minder sama orang yang punya gelar yang tinggi dan jangan pernah juga ada niatan untuk membeli "ijazah palsu". Semoga siapa pun yang pernah mengalami kegagalan ini bisa lebih tegar dan semangat untuk menjalani kehidupan yang selanjutnya, ya!

Quote:
Jika agan merasa thread ini bermanfaat dan menginspirasi, kalau berkenan jadikan thread ini Recommend HT
Klik disini gan
Klik disini gan
Sumber
Tambahan dari agan-agan sekalian
Quote:
Original Posted By cimonk1506►sukses engganya orang emang gak diliat dari ijazah sama gelarnya gan,tapi beberapa faktor orang mati-matian mengejar ijazah palsu atau sarjana menurut ane:
1. Gengsi. Orang sekarang ngerasa rendah diri kalo enggak sarjana,meskipun kemampuannya bisa lebih dari yang sarjana.
2.Lamar Kerja. Beberapa perusahaan memang membutuhkan orang yang kompeten,bukan orang yang berpendidikan tinggi,tapi banyak perusahaan yang menolak ijazah lulusan smk karena dianggap kurang memenuhi kualifikasi,padahal kemampuannya bisa lebih dari yang punya gelar sarjana.
mungkin itu pendapat ane tentang fenomena ijazah palsu
1. Gengsi. Orang sekarang ngerasa rendah diri kalo enggak sarjana,meskipun kemampuannya bisa lebih dari yang sarjana.
2.Lamar Kerja. Beberapa perusahaan memang membutuhkan orang yang kompeten,bukan orang yang berpendidikan tinggi,tapi banyak perusahaan yang menolak ijazah lulusan smk karena dianggap kurang memenuhi kualifikasi,padahal kemampuannya bisa lebih dari yang punya gelar sarjana.
mungkin itu pendapat ane tentang fenomena ijazah palsu

Quote:
Original Posted By achandra13►Makasih banyak gan untuk inspirasinya.
Bermanfaat banget buat ane.
Ane salah satu mantan mahasiswa yg gagal karena di drop out.
Tp ane percaya ijazah tinggi tak memungkinkan bisa cepat masuk kerja klo kita gak punya skill sama sekali.
Alhamdulillah walaupun ane ngelamar kerja pakai ijazah SMK, ane bisa masuk ke perusahaan besar milik negara (BUMN).
Ijazah tinggi ga menjamin agan bisa sukses jika tak dibarengi dengan skill yg agan miliki.
Didunia kerja skill lebih terpakai dibanding dengan gelar dibelakang nama agan.
Bermanfaat banget buat ane.
Ane salah satu mantan mahasiswa yg gagal karena di drop out.
Tp ane percaya ijazah tinggi tak memungkinkan bisa cepat masuk kerja klo kita gak punya skill sama sekali.
Alhamdulillah walaupun ane ngelamar kerja pakai ijazah SMK, ane bisa masuk ke perusahaan besar milik negara (BUMN).
Ijazah tinggi ga menjamin agan bisa sukses jika tak dibarengi dengan skill yg agan miliki.
Didunia kerja skill lebih terpakai dibanding dengan gelar dibelakang nama agan.

Quote:
Original Posted By Freddy.Krueger.►Sebenernya sih ane setuju sama TS
Ijazah dan Gelar itu bukan harga mati kok, Bisa diliat banyak orang yang tidak kuliah tapi mereka berhasil meraih kesuksesan salah satunya menteri kita yang "cuma" lulusan SMP. Tapi yang perlu ditekankan disini yang terpenting bukanlah Ijazah atau pun Gelar tapi lebih ke arah proses belajar itu sendiri 
Kalau agan liat sendiri, di indonesia kalau ngampus paling cuma dateng pulang dateng pulang tanpa berusaha untuk menikmati proses belajar itu sendiri, jangankan untuk menikmati proses belajar ke kampus aja cuma bawa kertas kosong 1 pensil 1
Jika seandainya agan bisa menikmati proses belajar itu sendiri, Dengan sendirinya agan bakal ngabisin banyak waktu buat memperdalam dan memperbanyak ilmu yang akan pelajari selama ngampus, Agan bisa jadi seorang yang profesional dibidang yang akan pelajari. Ijazah dan Gelar pada akhirnya jadi tanpa bukti dari hasil proses belajar agan menjadi bukti agan menjalanin proses belajar selama 4 tahun 
Kalau diperhatiin, coba agan bandingin sama yang lulusan SMA, S1 , S2 dan S3. Pasti memiliki pola pikir yang berbeda
Lalu bagaimana dengan yang di DO dari kampusnya tapi bisa sukses
Mereka walau pun di DO oleh kampus mereka, tapi mereka gak pernah berhenti untuk belajar karena pada dasarnya mereka menikmati proses belajar tersebut
yang pada akhirnya walau pun tanpa gelar mereka tetap memiliki kemampuan dengan orang-orang yang memiliki Gelar. Jadi Ijazah atau Gelar bukan harga mati, tapi menjadi suatu tanda bukti proses belajar yang agan lakukan selama 4 tahun dikampus 
tapi kalau yang mahasiswa kupu-kupu atau asal kuliah dan gak kuliah terus kerjaannya cuma nganggur atau main internet
jangan harap deh bisa sukses dengan mudah


Kalau agan liat sendiri, di indonesia kalau ngampus paling cuma dateng pulang dateng pulang tanpa berusaha untuk menikmati proses belajar itu sendiri, jangankan untuk menikmati proses belajar ke kampus aja cuma bawa kertas kosong 1 pensil 1


Kalau diperhatiin, coba agan bandingin sama yang lulusan SMA, S1 , S2 dan S3. Pasti memiliki pola pikir yang berbeda

Lalu bagaimana dengan yang di DO dari kampusnya tapi bisa sukses



tapi kalau yang mahasiswa kupu-kupu atau asal kuliah dan gak kuliah terus kerjaannya cuma nganggur atau main internet

Quote:
Original Posted By LymllCasper.►ane quote kalimat mario teguh aja deh ya buat motivasi yg keadaannya sama kaya ane....
Orang-orang hebat banyak berasal dari anak muda yang tadinya banyak masalah.
Tapi segera memperbaiki diri....
ane juga salah satu mahasiswa DO yg pas kuliah gara2 terlalu nyantai maen game, akhirnya kebawa males sampe 14 semester lewat, padahal tinggal skripsi doang..
ane sadar udah terlalu jauh keluar jalur,
ane berbenah diri, minta maaf ke nyokap ane, trus ane berbenah diri, ane ikut kursus di bidang oil&gas 4bln lebih pagi siang malem ngelatih skill ane, sampe ane mual2...
cari-cari info lowongan, bikin cv yg bener, trus ngrim sebanyak2nya lamaran dan cv ane..
alhamdulillah walaupun masih ijazah sma, skrg ane udah dapet kerja di salah satu BUMN besar indonesia...
intinya tetap berusaha semaksimal mungkin karena kita gak akan tau keadaan kita kedepannya gimna....
if u want to make something for yourself,
work harder than everybody else...
segera bangkit perbaiki diri jangan lupa berdoa kepada yg maha kuasa...
Orang-orang hebat banyak berasal dari anak muda yang tadinya banyak masalah.
Tapi segera memperbaiki diri....
ane juga salah satu mahasiswa DO yg pas kuliah gara2 terlalu nyantai maen game, akhirnya kebawa males sampe 14 semester lewat, padahal tinggal skripsi doang..

ane sadar udah terlalu jauh keluar jalur,
ane berbenah diri, minta maaf ke nyokap ane, trus ane berbenah diri, ane ikut kursus di bidang oil&gas 4bln lebih pagi siang malem ngelatih skill ane, sampe ane mual2...
cari-cari info lowongan, bikin cv yg bener, trus ngrim sebanyak2nya lamaran dan cv ane..
alhamdulillah walaupun masih ijazah sma, skrg ane udah dapet kerja di salah satu BUMN besar indonesia...
intinya tetap berusaha semaksimal mungkin karena kita gak akan tau keadaan kita kedepannya gimna....
if u want to make something for yourself,
work harder than everybody else...
segera bangkit perbaiki diri jangan lupa berdoa kepada yg maha kuasa...
Quote:
Original Posted By hakoniwa93►PNS banyak nih gan...
bos ane juga beli izajah, cuman tujuanny cuma jaga gengsi doank... soalny doi dulu kuliah di Singapore 3 tahun kena usir pulang (gagal mulu ujianny) eh kuliah di Indon 3 bulan langsung S1

dan yg sedihny Mindset mahasiswa sekarang (termasuk temen2 ane) itu ya seperti yg dibilang di atas "mendewakan gelar"
padahal mereka ga tau, kalo baru kerja itu dianggap sama dengan tamatan SMA (kecuali pas ente ngelamar kerja, untuk jabatan tertentu yang nuntut pengalaman minimal)
jadi intiny mau tamatan SMA, S1 ato S2 y kalo belum ada pengalaman, trus ngelamar kerja... bakal disamain sama anak SMA yg lagi kuliah.. (karena ente pas baru kerja pasti harus diajar2in lagi)
bos ane juga beli izajah, cuman tujuanny cuma jaga gengsi doank... soalny doi dulu kuliah di Singapore 3 tahun kena usir pulang (gagal mulu ujianny) eh kuliah di Indon 3 bulan langsung S1



dan yg sedihny Mindset mahasiswa sekarang (termasuk temen2 ane) itu ya seperti yg dibilang di atas "mendewakan gelar"
padahal mereka ga tau, kalo baru kerja itu dianggap sama dengan tamatan SMA (kecuali pas ente ngelamar kerja, untuk jabatan tertentu yang nuntut pengalaman minimal)
jadi intiny mau tamatan SMA, S1 ato S2 y kalo belum ada pengalaman, trus ngelamar kerja... bakal disamain sama anak SMA yg lagi kuliah.. (karena ente pas baru kerja pasti harus diajar2in lagi)
Quote:
Original Posted By budibds►Bukan cuma ijasah juga sih gan, banyak faktor terutama nilai
Nilai ini gokil banget. Bikin orang ambil cara apapun biar dapet nilai gede... nilai harus segini lah segono lah kalo nggak gede ntar gak lolos ini lah apa lah itu lah bla bla bla...
Ane jadi inget kutipan guru olahraga ane
"Indonesia itu negara hebat, jujur juga hebat. Kalo mau Indonesia lebih hebat, Jujur" Kira kira seperti itu
Negara ini cuma kurang jujur aja
Nilai ini gokil banget. Bikin orang ambil cara apapun biar dapet nilai gede... nilai harus segini lah segono lah kalo nggak gede ntar gak lolos ini lah apa lah itu lah bla bla bla...
Ane jadi inget kutipan guru olahraga ane
"Indonesia itu negara hebat, jujur juga hebat. Kalo mau Indonesia lebih hebat, Jujur" Kira kira seperti itu
Negara ini cuma kurang jujur aja

Quote:
Quote:
Jangan lupa mampir ke lapak ane yang lainnya juga ya gan! 

Diubah oleh dabuzakiyah 20-06-2015 08:37


nona212 memberi reputasi
1
98.6K
Kutip
822
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan