Yang jadi permasalahan, adalah pasang-pasangan yang sering mengalami “bahagia itu sulit”. Bagi dia yang mengalami hal itu dalam hubungannya, kenapa agan tetap bertahan kalau tak pernah dibahagiakan?

Manusia dengan jenis ini adalah mahluk yang sudah merasa cukup dengan apa yang dia dan pasangannya rasakan. Padahal, kalau bahagianya gitu-gitu aja, lama-lama pasti bosan.

Tipe orang kayak gini adalah orang yang terlalu pasrah. Agan merasa nggak punya pilihan dan lebih sering ngeluh kayak gini, “Yah, biarinlah nggak bahagia, yang penting punya pacar.” Kalo agan kayak gitu, selain agan orangnya pasrahan, agan juga bego. Masa punya pacar tapi nggak bahagia? Ya mending jomblo tapi bahagia lah!

Orang yang merasa nggak punya pilihan adalah orang yang nggak sadar. Agan nggak sadar bahwa sebenarnya agan selalu punya pilihan. Ketika agan merasa tidak dibahagiakan, sebetulnya agan punya pilihan, yaitu: saling komunikasi, mengutarakan keinginan, marahin pacarnya, bahkan pilihan untuk mengakhiri hubungan.

Semua hal pasti punya pilihan. Yang terpenting adalah, agan mau ngambil pilihan itu atau nggak (?)

Orang yang sok kuat ini merasa, meski agan nggak dibahagiakan, agan akan cukup kuat untuk menghadapi hubungan ini. Agan merasa, meski tidak dibahagiakan dan disakiti, agan akan sanggup untuk bertahan. Padahal, pemikiran kayak gitu salah. Kalau agan sok kuat, pada akhirnya agan akan meledak. Sok kuat ini kayak bom waktu, semakin agan sok kuat, maka akan semakin besar ledakan yang terjadi nanti.

Buat agan-agan yang tetap bertahan meski tak dibahagiakan bahkan tetap bertahan meski sedang disakiti, ingat, cinta adalah perjuangan bersama. Jangan mau kalau agan nggak dibahagiakan. Jangan mau juga kalau cuma agan yang membahagiakan. Cinta adalah saling membahagiakan dan dibahagiakan



Kalau dalam cinta itu cuma agan yang berjuang sendiri, mending agan pacaran sama sapi. Setidaknya setelah kita berjuang sendiri ngerawat tuh sapi, dia bisa dijual lagi. Nggak kayak pasangan yang nggak perhatian itu~