- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menikmati Fashion Anak Indonesia


TS
kemalmahendra
Menikmati Fashion Anak Indonesia
Pernyataan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye saat berbicara pada acara APEC CEO Summit di Bali sangatlah menggelitik. Menurut Presiden Park, negerinya mengandalkan ekonomi kreatif sebagai sebuah kekuatan karena tidak mengenal "the law of diminishing return". Nilai yang didapat dari pengembangan ekonomi kreatif akan terus bertambah.
Kita pun bisa memanfaatkan ekonomi kreatif sebagai sebuah kekuatan. Anak-anak Indonesia mempunyai keterampilan tangan yang sangat kuat. Semua produk yang dikerjakan dengan tangan, hasilnya selalu sempurna.
Salah satu karya anak-anak Indonesia yang bisa dinikmati adalah di bidang busana. Mulai hari Sabtu di Senayan City, Jakarta digelar Jakarta Fashion Week. Pada acara itu karya-karya besar anak Indonesia itu bisa dilihat perkembangannya.
Sejauh ini para designer sudah memertunjukkan kemampuannya, dengan tidak hanya memamerkan karyanya di Indonesia. Belum lama ini empat designer muda Indonesia seperti Toton Januar, Yosafat Dwi Kurniawan, Major Minor, dan Tex Saverio mengikuti Paris Fashion Week.
Banyak designer-designer Indonesia yang sudah berkelas internasional. Pebatik Josephine Komara atau dikenal dengan sebutan Obin, belum lama ini melakukan pameran di Jepang. Kain Obin selama ini sangat disukai oleh orang-orang Jepang.
Seperti dikatakan Presiden Park, untuk karya kreatif tidak ada nilai yang standar. Semua ditentukan oleh selera dari konsumen. Ketika konsumen sudah menyukai barang yang diingininya, maka harga tidak lagi ada batasnya.
Bangsa-bangsa Eropa sudah sejak dulu sebenarnya memanfatkan ekonomi kreatif. Italia, Prancis, Inggris, dan Jerman sejak dulu dikenal sebagai produsen untuk segala produk fashion mulai dari sepatu, baju, tas, kacamata, minyak wangi, bahkan hingga pakaian dalam.
Nilai yang bisa dihasilkan dari bisnis itu mencapai miliaran dollar AS. Sebab untuk sebuah tas seperti Hermes, orang berani membelinya dengan harga Rp750 juta. Produsen tas seperti Louis Vuitton bahkan membangun konglomerasi.
Produk yang dihasilkan anak-anak Indonesia sebenarnyatidak kalah mutunya. Yang belum kita miliki adalah brand atau merek. Dibutuhkan upaya untuk memperkuat merek yang ada dan promosi yang baik untuk membangun cita rasa yang tinggi.
Belajar dari pengalaman yang dilakukan produsen fashion Eropa, mereka membangun merek melalui bintang-bintang film besar. Begitu artis-artis besar menggunakannya, maka itu menjadi mode yang mendunia dan dengan itulah kemudian bisa dipetik hasil yang berlipat ganda.
Pertanyaannya, apakah kita mampu mengejar ketertinggalan pengembangan ekonomi kreatif dari bangsa-bangsa Eropa? Belajar dari pengalaman Korea Selatan, mereka mampu untuk mengejar ketertinggalannya dan bahkan menembus dunia.
Itulah yang dicontohkan Presiden Park dengan artis Korea, Psy. Tarian Gangnam Style mampu menjadi tarian dunia dan dilakukan oleh artis-artis dunia. Era teknologi informasi memungkinkan negara-negara baru mengejar ketertinggalan dari negara maju.
Kunci untuk mengejar ketertinggalan itu terletak pada faktor manusianya. Korea Selatan memacu tinggi pendidikan bangsanya. Setelah kualitas pendidikan rata-rata ditingkatkan, maka "Korean Waves" artau "Gelombang Korea" lebih mudah untuk ditularkan ke seluruh dunia.
Semua itu tidak bisa dilakukan dengan sendirinya. Pemerintah harus hadir untuk mendorong peningkatan kualitas manusia dan kemudian memberi kesempatan kepada putra-putra bangsa mengembangkan inovasi dan kreatifitas. Negara turut aktif mendorong karya-karya anak bangsanya untuk menembus dunia.
Kalau kita ingin berhasil mengembangkan ekonomi kreatif, maka pemerintah harus mempunyai kesungguhan untuk menjadikan itu sebagai kekuatan. Dimulai dari peningkatan kualitas manusia Indonesia agar mereka bisa memaksimalkan kekuatan tangannya. Pemerintah harus yang pertama menghargai dan menggunakan karya putra-putra Indonesia itu. Pemerintah harus bangga dalam arti yang sesungguhnya terhadap produk Indonesia.
Baru setelah pemerintah bangga dengan produk bangsa sendiri, masyarakat pun diajak bangga terhadap produk anak Indonesia, maka kita bisa mengajak masyarakat dunia untuk bangga terhadap produk bangsa Indonesia. Tidak mungkin kita membuat produk anak Indonesia mendunia, kalau kita sendiri tidak bangga terhadap karya anak bangsa sendiri.
Kita pun bisa memanfaatkan ekonomi kreatif sebagai sebuah kekuatan. Anak-anak Indonesia mempunyai keterampilan tangan yang sangat kuat. Semua produk yang dikerjakan dengan tangan, hasilnya selalu sempurna.
Salah satu karya anak-anak Indonesia yang bisa dinikmati adalah di bidang busana. Mulai hari Sabtu di Senayan City, Jakarta digelar Jakarta Fashion Week. Pada acara itu karya-karya besar anak Indonesia itu bisa dilihat perkembangannya.
Sejauh ini para designer sudah memertunjukkan kemampuannya, dengan tidak hanya memamerkan karyanya di Indonesia. Belum lama ini empat designer muda Indonesia seperti Toton Januar, Yosafat Dwi Kurniawan, Major Minor, dan Tex Saverio mengikuti Paris Fashion Week.
Banyak designer-designer Indonesia yang sudah berkelas internasional. Pebatik Josephine Komara atau dikenal dengan sebutan Obin, belum lama ini melakukan pameran di Jepang. Kain Obin selama ini sangat disukai oleh orang-orang Jepang.
Seperti dikatakan Presiden Park, untuk karya kreatif tidak ada nilai yang standar. Semua ditentukan oleh selera dari konsumen. Ketika konsumen sudah menyukai barang yang diingininya, maka harga tidak lagi ada batasnya.
Bangsa-bangsa Eropa sudah sejak dulu sebenarnya memanfatkan ekonomi kreatif. Italia, Prancis, Inggris, dan Jerman sejak dulu dikenal sebagai produsen untuk segala produk fashion mulai dari sepatu, baju, tas, kacamata, minyak wangi, bahkan hingga pakaian dalam.
Nilai yang bisa dihasilkan dari bisnis itu mencapai miliaran dollar AS. Sebab untuk sebuah tas seperti Hermes, orang berani membelinya dengan harga Rp750 juta. Produsen tas seperti Louis Vuitton bahkan membangun konglomerasi.
Produk yang dihasilkan anak-anak Indonesia sebenarnyatidak kalah mutunya. Yang belum kita miliki adalah brand atau merek. Dibutuhkan upaya untuk memperkuat merek yang ada dan promosi yang baik untuk membangun cita rasa yang tinggi.
Belajar dari pengalaman yang dilakukan produsen fashion Eropa, mereka membangun merek melalui bintang-bintang film besar. Begitu artis-artis besar menggunakannya, maka itu menjadi mode yang mendunia dan dengan itulah kemudian bisa dipetik hasil yang berlipat ganda.
Pertanyaannya, apakah kita mampu mengejar ketertinggalan pengembangan ekonomi kreatif dari bangsa-bangsa Eropa? Belajar dari pengalaman Korea Selatan, mereka mampu untuk mengejar ketertinggalannya dan bahkan menembus dunia.
Itulah yang dicontohkan Presiden Park dengan artis Korea, Psy. Tarian Gangnam Style mampu menjadi tarian dunia dan dilakukan oleh artis-artis dunia. Era teknologi informasi memungkinkan negara-negara baru mengejar ketertinggalan dari negara maju.
Kunci untuk mengejar ketertinggalan itu terletak pada faktor manusianya. Korea Selatan memacu tinggi pendidikan bangsanya. Setelah kualitas pendidikan rata-rata ditingkatkan, maka "Korean Waves" artau "Gelombang Korea" lebih mudah untuk ditularkan ke seluruh dunia.
Semua itu tidak bisa dilakukan dengan sendirinya. Pemerintah harus hadir untuk mendorong peningkatan kualitas manusia dan kemudian memberi kesempatan kepada putra-putra bangsa mengembangkan inovasi dan kreatifitas. Negara turut aktif mendorong karya-karya anak bangsanya untuk menembus dunia.
Kalau kita ingin berhasil mengembangkan ekonomi kreatif, maka pemerintah harus mempunyai kesungguhan untuk menjadikan itu sebagai kekuatan. Dimulai dari peningkatan kualitas manusia Indonesia agar mereka bisa memaksimalkan kekuatan tangannya. Pemerintah harus yang pertama menghargai dan menggunakan karya putra-putra Indonesia itu. Pemerintah harus bangga dalam arti yang sesungguhnya terhadap produk Indonesia.
Baru setelah pemerintah bangga dengan produk bangsa sendiri, masyarakat pun diajak bangga terhadap produk anak Indonesia, maka kita bisa mengajak masyarakat dunia untuk bangga terhadap produk bangsa Indonesia. Tidak mungkin kita membuat produk anak Indonesia mendunia, kalau kita sendiri tidak bangga terhadap karya anak bangsa sendiri.
0
1.7K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan