- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
WNI yang Dipaksa Turun dari Pesawat di Turki, Diinterogasi Soal ISIS


TS
onta.wannabi
WNI yang Dipaksa Turun dari Pesawat di Turki, Diinterogasi Soal ISIS
Quote:
Selasa, 02/06/2015 04:29 WIB
Laporan dari Istanbul
WNI yang Dipaksa Turun dari Pesawat di Turki, Diinterogasi Soal ISIS
M Iqbal - detikNews
Halaman 1 dari 2

Foto: Rombongan dari Indonesia (Iqbal/detikcom)
Istanbul - Sebanyak 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang hendak terbang dari Istanbul menuju Hatay di Turki, dipaksa turun dari Pesawat Turkish Airlines di bandara Ataturk, Istanbul, Turki, saat hendak lepas landas. WNI itu digiring ke kantor kepolisian bandara dan beberapa diinterogasi.
Sebanyak 10 WNI yaitu 4 orang aktivis Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS sebagai panitia), 3 tokoh organisasi Indonesia, dan 3 jurnalis termasuk detikcom dibawa ke kantor polisi bandara setelah disita seluruh HP, kamera, rekaman, tablet dan laptop saat ditahan di dalam bus selama sekitar 30 menit.
Rombongan dipaksa turun dari pesawat sekitar pukul 15.15 waktu Istanbul (atau pukul 19.15 WIB) di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, Senin (1/5/2015), dan digiring ke kantor polisi. Di dalam kantor polisi, rombongan diminta duduk di semacam ruang tamu.
Lalu beberapa orang bergantian dipanggil ke ruangan yang di dalamnya ada petinggi kepolisian. WNI yang pertama dipanggil adalah Sekjen FIPS Abu Harits yang juga ketua panitia, lalu Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda indonesia (MIUMI) Fahmy Salim, panitia Abdush Shomad. Ketiganya ditanya dengan bahasa arab.
Setelah ketiganya, yang keempat dan terakhir dipanggil adalah detikcom. 3 Orang yang dipanggil sebelumnya ditanyai tentang tujuan ke Hatay yang berbatasan dengan Suriah, hingga soal ISIS. detikcom juga ditanya hal yang serupa terutama ISIS, lantaran ada foto berupa barang bukti bendera ISIS di HP.
Foto tersebut adalah foto yang menampilkan barang bukti seorang terduga ISIS yang menampilkan bendera ISIS dan lainnya. Dijelaskan bahwa foto itu diperoleh detikcom dari narasumber saat ramai WNI ditangkap diduga terkait ISIS.
3 Orang polisi tak berseragam diduga intelejen/anti teror bertanya lebih dalam soal darimana foto itu diperoleh, untuk keperluan apa, dan sebagainya, termasuk soal pekerjaan wartawan yang minta dibuktikan mulai dari paspor, ID hingga laman detik.com.
"What do you think about ISIS?" lanjut petinggi polisi sambil duduk. "They are moslem, and we are moslem," imbuhnya memancing.
Pertanyaan soal ISIS dijawab bahwa mereka adalah kelompok teror yang beroperasi di Irak dan Suriah. Diminta tegaskan juga soal apakah ISIS teroris dan lainnya. Selesai semua pertanyaan, lalu diminta kembali menunggu. Polisi dan pihak keamanan bandara kembali tampak berdiskusi dan berlalu lalang.
Seluruh HP, laptop, tablet, komputer, dan kamera diperiksa satu persatu. Jika ada alat yang dipassword, mereka minta dibukakan. Setiap ada foto atau dokumen terkait ISIS akan ditanya langsung.
Saat proses penahanan dan pemeriksaan itu, polisi melarang saat ada salah seorang yang ingin ke toilet. Tak hanya itu,mereka menolak mengizinkan ke mushala untuk salat, lantaran belum salat duhur dan ashar.
Terpaksa, rombongan salat dengan cara tayamum di ruangan sempit tersebut hingga selesai. Sekitar 4 jam polisi dan pihak keamanan menahan rombongan WNI yang hendak ke Provinsi Hattay. Selain alat komunikasi, seluruh pasport juga disita.
Sekedar diketahui, tujuan keberangkatan rombongan ke Hatay adalah memberikan bantuan untuk pengungsi Suriah melalui seorang dokter asal Suriah. Di Hatay, rombongan juga akan bertemu perwakilan organisasi kemanusiaan terbesar di Turki IHH yang mengurus pengungsi di dalam dan luar Suriah.

Laporan dari Istanbul
WNI yang Dipaksa Turun dari Pesawat di Turki, Diinterogasi Soal ISIS
M Iqbal - detikNews
Halaman 1 dari 2

Foto: Rombongan dari Indonesia (Iqbal/detikcom)
Istanbul - Sebanyak 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang hendak terbang dari Istanbul menuju Hatay di Turki, dipaksa turun dari Pesawat Turkish Airlines di bandara Ataturk, Istanbul, Turki, saat hendak lepas landas. WNI itu digiring ke kantor kepolisian bandara dan beberapa diinterogasi.
Sebanyak 10 WNI yaitu 4 orang aktivis Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS sebagai panitia), 3 tokoh organisasi Indonesia, dan 3 jurnalis termasuk detikcom dibawa ke kantor polisi bandara setelah disita seluruh HP, kamera, rekaman, tablet dan laptop saat ditahan di dalam bus selama sekitar 30 menit.
Rombongan dipaksa turun dari pesawat sekitar pukul 15.15 waktu Istanbul (atau pukul 19.15 WIB) di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, Senin (1/5/2015), dan digiring ke kantor polisi. Di dalam kantor polisi, rombongan diminta duduk di semacam ruang tamu.
Lalu beberapa orang bergantian dipanggil ke ruangan yang di dalamnya ada petinggi kepolisian. WNI yang pertama dipanggil adalah Sekjen FIPS Abu Harits yang juga ketua panitia, lalu Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda indonesia (MIUMI) Fahmy Salim, panitia Abdush Shomad. Ketiganya ditanya dengan bahasa arab.
Setelah ketiganya, yang keempat dan terakhir dipanggil adalah detikcom. 3 Orang yang dipanggil sebelumnya ditanyai tentang tujuan ke Hatay yang berbatasan dengan Suriah, hingga soal ISIS. detikcom juga ditanya hal yang serupa terutama ISIS, lantaran ada foto berupa barang bukti bendera ISIS di HP.
Foto tersebut adalah foto yang menampilkan barang bukti seorang terduga ISIS yang menampilkan bendera ISIS dan lainnya. Dijelaskan bahwa foto itu diperoleh detikcom dari narasumber saat ramai WNI ditangkap diduga terkait ISIS.
3 Orang polisi tak berseragam diduga intelejen/anti teror bertanya lebih dalam soal darimana foto itu diperoleh, untuk keperluan apa, dan sebagainya, termasuk soal pekerjaan wartawan yang minta dibuktikan mulai dari paspor, ID hingga laman detik.com.
"What do you think about ISIS?" lanjut petinggi polisi sambil duduk. "They are moslem, and we are moslem," imbuhnya memancing.
Pertanyaan soal ISIS dijawab bahwa mereka adalah kelompok teror yang beroperasi di Irak dan Suriah. Diminta tegaskan juga soal apakah ISIS teroris dan lainnya. Selesai semua pertanyaan, lalu diminta kembali menunggu. Polisi dan pihak keamanan bandara kembali tampak berdiskusi dan berlalu lalang.
Seluruh HP, laptop, tablet, komputer, dan kamera diperiksa satu persatu. Jika ada alat yang dipassword, mereka minta dibukakan. Setiap ada foto atau dokumen terkait ISIS akan ditanya langsung.
Saat proses penahanan dan pemeriksaan itu, polisi melarang saat ada salah seorang yang ingin ke toilet. Tak hanya itu,mereka menolak mengizinkan ke mushala untuk salat, lantaran belum salat duhur dan ashar.
Terpaksa, rombongan salat dengan cara tayamum di ruangan sempit tersebut hingga selesai. Sekitar 4 jam polisi dan pihak keamanan menahan rombongan WNI yang hendak ke Provinsi Hattay. Selain alat komunikasi, seluruh pasport juga disita.
Sekedar diketahui, tujuan keberangkatan rombongan ke Hatay adalah memberikan bantuan untuk pengungsi Suriah melalui seorang dokter asal Suriah. Di Hatay, rombongan juga akan bertemu perwakilan organisasi kemanusiaan terbesar di Turki IHH yang mengurus pengungsi di dalam dan luar Suriah.

http://news.detik.com/read/2015/06/0...gasi-soal-isis
masya alloh mau sholat dilarang


0
3.1K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan