Selamat malam kaskuser yg bijak
Saya ingin sedikit curhat tentang apa yg saya pikirkan. Semoga curhatan saya ini tidak merugikan berbagai pihak yg membacanya.
Spoiler for masyarakat indonesia diarahkan menjadi badut konsumtif:
Pikiran pertama yg ada diotak saya sekarang adalah, negara kita sedang diarahkan untuk menjadi bangsa yang pemalas dan konsumtif. Umpanya kita jual tanah untuk beli motor, beli mobil, beli gadget yang tentunya barang2 tsb akan habis. Sehingga tanah yg kita jual hilang begitu saja.
Kenapa artis bayarannya mahal? Acara2 banyak yg tidak mendidik?
Coba tanya anak2 sekarang, siapa yg tau siapa itu Habibie? Siapa yg bercita2 untuk menjadi seperti beliau? Siapa yg tidak kenal artis2 papan atas? Siapa yg tidak ingin menjadi seperti mereka? Dampaknya? Hanya segelintir orang yg akhirnya berhasil menjadi artis papan atas. Atau mungkin lebih cocok disebut entertainer? Atau penghibur? Penghiburnya siapa?
Belakangan ini saya mendengar ada kasus2 yg menunjukan bahwa penghibur tanah air dan org yg gagal menjadi artis berkecimpung di dunia prostitusi. Kenapa bisa seperti itu? Yup, gaya hidup. Kembali lagi, artis2 papan atas umumnya memiliki gaya hidup yg tinggi. Tas bermerek dan mobil sport lumrah kita saksikan di infotainment. Akhirnya, mereka2 yg blm sampai pada tahap itu memaksakan diri dan mencari jalan pintas agar bisa bersaing.
'Apa kata teman2? Saudara?' 'Katanya artis masa penampilan seperti itu' mungkin pemikiran seperti itu pernah ada di benak beberapa dari mereka sehingga mendorong mereka melakukan cara yg salah.
Tidak jarang saya mendengar ahli ekonomi berkata bahwa negara kita adalah negara yang berkembang. Tapi apakah itu berarti bahwa kita juga harus menjadi bangsa yg konsumtif?
Saya sendiri merupakan salah satu pengguna produk asing. Khususnya gadget. Ya, gadget sangat membantu kita dalam berbagai kegiatan. Tapi sayangnya, banyak dari masyarakat kita yg justru menggunakan gadgetnya untuk melakukan hal2 yg tidak produktif. Chatting seharian tanpa ada makna, asik sendiri dan senyam senyum sendiri disaat bersama keluarga, teman dan kolega, intinya melakukan hal yang hanya membuang waktu.
Saya bukan ahli ekonom, tapi saya ingin memberikan contoh yg simpel. Seorang anak petani merengek memaksakan ayahnya untuk beli gadget agar dapat setara dengan teman2nya. Simpelnya, petani yg mendapatkan uang dari menjual padi dalam negeri ini menghabiskan uangnya ke negara yg memproduksi gadget tsb. Akhirnya, apakah negara kita bisa lebih maju dari negara tsb? Ya negara kita masih lebih banyak import daripada eksport. Salah satu penyebabnya adalah kita yg malas, yg hanya mau menikmati hasil. Masyarakat kita cenderung mau yg instan.
Pernah saya menyaksikan di suatu acara para penguasa dan pengusaha di indonesia menonton aksi dari para penghibur. Sebenarnya saya tidak menyalahkan apabila memang menghibur dengan cara yg benar seperti menyanyi, menggambar atau menunjukan bakat lain yang memang pantas untuk disaksikan. Namun kaum penghibur yg saya saksikan ini menjatuhkan diri mereka atau rekan mereka hanya agar org yg menonton terhibur. Apakah ini yg diharapkan masa depan bangsa kita? Melihat generasi kita tumbuh dengan kiblat menjadi penghibur? Mendapatkan rezeki dengan cara ditertawakan orang?
Dampaknya, banyak generasi muda yg akhirnya malas untuk sekolah, malas untuk belajar dan bercita2 untuk menjadi penghibur konsumtif yg membuat penontonnya ingin menjadi seperti mereka. Dan bagi mereka yg gagal, akan menambah jumlah pengangguran dan berujung di kriminalitas.
Maaf saya tidak bermaksud merendahkan suatu profesi. Namun saya hanya berharap agar negara kita bisa maju dengan tumbuhnya generasi berpendidikan yang bisa membangun bangsa kita dan dengan menggunakan tangan sendiri.
Semoga dengan sedikit curahan hati dari saya bisa sedikit meningkatkan mental kita untuk menjadi bangsa yg produktif.