Ada masalah lingkungan ‘kelas berat’ kayak pembuangan limbah, pencemaran laut, emisi karbon, yang semuanya ngaruh langsung ke pemanasan global. Kita sebagai rakyat jelata, sebaik apapun berusaha, tetap butuh dukungan dari pemerintah dan organisasi internasional untuk nanganin masalah lingkungan skala global kayak gini. Tapi bukan berarti kita cuma bisa diam. Kita bisa bantu dengan hal-hal kecil. Misalnya nih yaa…
NGGAK BUANG SAMPAH SEMBARANGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN. Uhuk. Maaf, ane terbawa emosi.
Udah bukan rahasia kalau budaya membuang sampah pada tempatnya masih harus ditegakkan lagi di Indonesia. Waktu belum musim hujan, orang dengan seenaknya buang sampah ke sembarang tempat termasuk ke sungai. Begitu musim hujan tiba, aliran sungai bisa mampet karena sampah, terus meluap, dan akhirnya bikin banjir. Kalau udah gitu, siapa coba yang disalahin? Pemerintah laaah... Kan emang paling enak tuh nyalahin pemerintah. Emang nggak salah kalau sebagai rakyat jelata kita mengharap pemerintah bisa melakukan lebih untuk pencegahan banjir. Tapi kalau sendirinya masih buang sampah ke sungai, ke aliran air lainnya, ke tempat-tempat yang nggak seharusnya, emangnya nggak malu tuh?
Quote:
Yang tinggal di perumahan, biasanya udah bayar iuran rutin setiap bulan untuk membayar jasa tukang angkut sampah. Jadi tinggal buang sampah di bak sampah yang biasanya juga udah dimiliki masing-masing rumah. Bahkan ada juga yang udah inisiatif untuk misahin sampah. Sampah yang basah, kering, dan yang masih bisa didaur ulang dipisahin supaya pemrosesannya lebih gampang. Kalaupun nggak ada, nggak berarti bisa buang sampah di sembarang tempat. Malahan ada yang sengaja bawa sampah pakai motor terus dibuang di pinggir jalan.
Quote:
Nggak sampah-sampah rumah tangga yang banyak aja, gan. Coba deh, pas naik kendaraan umum macam bus atau angkot terus ngemil snack atau permen. Buangnya ke mana? Ke lantai bus? Habis makan, terus dengan santainya dibuang gitu aja di pojokan. Atau lebih parah lagi dibuang ke jalan lewat jendela. Hih. Kalau agan termasuk yang kayak gitu, ane mah males temenan sama agan. Mungkin kelihatannya sepele, tapi kalau semua orang buang sampah yang kecil dan sepele itu sembarangan setiap kali bus melakukan perjalanan, ya lama-lama sampahnya banyak dan numpuk dong. Gampangnya sih, kalau sampahnya kecil, agan bisa coba simpan di kantong baju atau kantong celana. Atau bisa pakai cara ane, simpan di kantong samping ransel. Nanti begitu nemu tempat sampah, baru deh buang ke situ. Atau kalau nggak bisa disimpan dulu, dipegang aja dulu. Megang hape seharian aja bisa, megang plastik minuman dari Sevel sebentar aja masa nggak bisa...
Quote:
ane pikir, mungkin karena sanksi buat orang-orang yang buang sampah sembarangan ini belum efektif. Pengelolaan lingkungan hidup diatur di Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, sementara untuk pengelolaan sampah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Tapi kayaknya peraturan ini diketatin semaunya aja deh. Pas diberlakukan dengan ketat, bakal ada petugas yang siap menegur (dengan galak) siapa aja yang buang sampah sembarangan. Kalau apes, bahkan sampai masuk berita di TV nasional juga. Tapi selebihnya? Hayuk weh buang sampah sembarangan deui. Mungkin, sanksinya harus diganti. Misalnya, kalau kedapatan buang sampah sembarangan, bakal dihukum dengan cara disuruh nyortir sampah organik dan non-organik di tempat pembuangan sampah. Di sini mah kan gitu. Kalau sanksinya nggak ketat, orang-orang malah makin males untuk naatin peraturan.