Pengungsi Rohingya Ngemil Cabe, Lapar atau Doyan?

Aceh Timur - Dapur umum posko pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Desa Bayeun, Rantau Selamat, Aceh Timur, didirikan di bawah rumpun kelapa sawit di pojok kiri kam pengungsian. Tak jauh dari situ sebuah karung putih ukuran 2x2 meter dibentangkan di atas tanah. Tumpukan tinggi cabe merah segar diletakkan di atas karung tersebut.

Cabe sebanyak itu dialokasikan bagi pengungsi yang ternyata memang gemar makan cabe. Afiffudin, petugas Dinas Kesehatan Aceh Timur mengatakan, para pengungsi biasa makan cabe merah mentah-mentah tanpa dimasak lebih dulu. "Saat makan, di tangan mereka selalu ada cabe merah utuh yang langsung digigiti seperti lalapan," kata Afif kepada Tempo, Kamis, 28 Mei 2015.

Hassan Ali, 33 tahun, salah satu pengungsi mengatakan kegemaran mereka terhadap cabe agar memberi rasa pada makanan. Para pengungsi belum terbiasa dengan makanan Indonesia yang disajikan di posko penampungan. Tak hanya itu, saat dalam pelayaran pun cabe bekal utama mereka. Ali berujar di atas kapal ada sekarung cabe yang biasa dimakan mentah tanpa ditemani makanan lain.

Selain cabe, kegemaran lain para pengungsi adalah jeruk nipis. Jeruk kecil asam yang sedianya untuk memasak ikan agar tak amis itu justru habis dicemili pengungsi. Ini jadi cemilan favorit perempuan dan anak-anak. "Mereka makan jeruk nipis seperti jeruk manis," kata Yeni Ginting, staf Puskesmas Aceh Timur yang bertugas di klinik posko.

Yeni gemas dengan kebiasaan para pengungsi. Sebabnya, efek jeruk nipis menyebabkan mereka bolak-balik minta obat diare. Dari pagi hingga malam klinik dipenuhi pengungsi dengan keluhan perut. Mereka menunjuk-nunjuk perut sambil melirik gambar orang sakit perut di meja klinik. Bahkan, ada pengungsi yang lima kali ke toilet. "Gimana enggak diare kalau makannya begitu," ujar Yeni.

SUMBER..............